1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan 1 latar belakang masalah, 2 rumusan masalah, 3 tujuan penelitian, 4 manfaat penelitian, 5 spesifikasi produk, dan 6
definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar merupakan pendidikan dasar yang penting diberikan pada anak sebagai bekal untuk jenjang pendidikan
selanjutnya. Pendidikan jenjang SD tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kelas rendah kelas I, II, III serta kelas atas kelas IV, V, VI. Pada jenjang SD
terutama sejak SD kelas rendah, salah satu keterampilan yang perlu dikuasai anak adalah keterampilan berbahasa Depdiknas, 2009: 1. Bahasa merupakan alat
komunikasi yang penting dan efektif bagi manusia dalam mengekspresikan diri dan berinteraksi dengan orang lain Djamarah, 2011: 46. Berdasarkan hal
tersebut, keterampilan berbahasa perlu dipelajari dan dikembangkan dengan baik agar seseorang dapat berkomunikasi dan mengekspresikan diri dengan baik.
Pada pendidikan di Indonesia, keterampilan berbahasa diajarkan melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
Indonesia perlu diajarkan kepada anak sejak berada di jenjang pendidikan dasar. Melalui pembelajaran di jenjang pendidikan dasar, siswa diharapkan dapat
memiliki keterampilan berbahasa Indonesia yang baik sebagai landasan untuk jenjang selanjutnya Zulela, 2012: 2. Tujuan dari mata pelajaran Bahasa
2
Indonesia SD adalah 1 agar siswa dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai etika yang berlaku, 2 menghargai dan bangga dengan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan, 3 menggunakan bahasa Indonesia dengan tepat dan efektif, 4 menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, emosional, dan sosial, 5 meningkatkan dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan dan budi pekerti, serta 6 menghargai sastra
Indonesia sebagai khasanah budaya Zulela, 2012: 4-5. Selain tujuan tersebut, mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat penting untuk diajarkan karena berperan
untuk melatih keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis sehingga siswa dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia secara lisan
dan tertulis Susanto, 2013: 245. Keterampilan berbahasa yang perlu diajarkan dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia terdiri dari empat komponen yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis Depdiknas, 2009: 3. Keempat keterampilan
berbahasa tersebut saling berhubungan satu sama lain dan diperoleh secara teratur dan berurutan sesuai tahap perkembangan bahasa. Keterampilan menyimak dan
berbicara dapat dikuasai sejak sebelum memasuki usia sekolah, sedangkan keterampilan menulis dan membaca perlu dikuasai anak sejak memasuki usia
sekolah Tarigan, 1985: 1. Keterampilan membaca dan menulis siswa kelas rendah ini kemudian diajarkan pada siswa dalam satu paket pembelajaran yang
disebut pembelajaran membaca dan menulis permulaan atau dapat disingkat MMP.
3
Membaca dan menulis permulaan merupakan pembelajaran yang difokuskan kepada keterampilan membaca dan menulis permulaan pada kelas
awal sejak anak memasuki bangku sekolah Mulyati, 2011: 5. Keterampilan membaca adalah keterampilan dalam mengenal dan mengingat simbol-simbol
bahasa tulis Abdurrahman, 2009: 200. Keterampilan menulis adalah keterampilan dalam menggambarkan pikiran, perasaan, serta ide ke dalam bentuk
lambang-lambang atau simbol bahasa Abdurrahman, 2009: 224. Kedua keterampilan ini saling berhubungan satu sama lain. Keterampilan-keterampilan
ini diajarkan kepada siswa kelas rendah melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dituangkan dalam berbagai Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar
KD yang berkaitan dengan keterampilan membaca dan menulis permulaan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Keterampilan membaca dan menulis permulaan perlu dikuasai siswa kelas rendah karena merupakan landasan dasar bagi penguasaan bidang studi yang
lainnya Halimah, 2014: 192. Selain itu, keterampilan ini juga penting dikuasai siswa kelas rendah karena pada usia ini siswa memiliki tugas utama untuk
mempelajari bahasa tulis Ngalimun, 2014: 3. Sejak memasuki usia SD, siswa perlu memiliki kemampuan untuk menyerap informasi dan menyampaikan
gagasan dengan bahasa tulis Depdiknas, 2001: 12. Hal-hal inilah yang menjadi alasan pentingnya penguasaan keterampilan membaca dan menulis bagi siswa
sejak berada di kelas rendah. Akan tetapi, pada saat ini masih terdapat permasalahan berkaitan dengan
penguasaan keterampilan membaca dan menulis siswa di Indonesia. Permasalahan
4
yang berkaitan dengan pembelajaran membaca dan menulis di Indonesia adalah masih rendahnya keterampilan membaca dan menulis siswa. Permasalahan ini
tercermin dalam hasil evaluasi yang dilakukan oleh Progress in International Reading Literacy Study PIRLS pada tahun 2011 yang menunjukkan bahwa
prestasi membaca siswa Indonesia masih rendah karena berada pada urutan ke 45 dari 49 negara dengan nilai rata-rata 4,28 Kompas, 14 Desember 2012. Selain
itu, kemampuan membaca dan menulis masyarakat Indonesia saat ini masih rendah yang ditandai dengan rendahnya budaya literasi. Hal ini dibuktikan dengan
hasil penelitian Programme for International Student Assessment PISA pada tahun 2012 yang menyebutkan bahwa budaya literasi Indonesia menempati urutan
ke 64 dari 65 negara yang diteliti Republika, 15 Desember 2014. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterampilan membaca dan menulis
masyarakat Indonesia masih rendah di dunia internasional. Senada dengan permasalahan tersebut, pada pembelajaran nyata di kelas
ditemukan fakta bahwa terdapat siswa kelas II SD yang masih mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan membaca menulis permulaan.
Berdasarkan wawancara analisis kebutuhan yang peneliti lakukan pada tanggal 30 Maret 2015 dengan guru II SD Negeri Boto, peneliti memperoleh informasi
tentang pembelajaran membaca menulis permulaan di SD tersebut. Sebanyak enam siswa dari 21 siswa kelas II SD di kelas tersebut mengalami kesulitan dalam
menguasai keterampilan membaca dan menulis permulaan. Berdasarkan informasi dari guru dan observasi yang peneliti lakukan, terdapat beberapa siswa tersebut
masih mengalami kesulitan dalam membaca karena masih mengeja per huruf dan
5
per suku kata. Hal ini tentu menyebabkan siswa tersebut belajar lebih lambat dan banyak meminta bantuan guru untuk membantu membaca. Selain itu, siswa juga
kurang termotivasi dan sering mengeluh dalam menulis menggunakan huruf tegak bersambung. Siswa banyak yang merasa kesulitan dalam menulis menggunakan
huruf tegak bersambung. Hal ini dikarenakan kurangnya sarana berlatih siswa untuk menulis menggunakan huruf tegak bersambung dan hanya menggunakan
buku halus tegak bersambung. Berkaitan dengan pentingnya peranan keterampilan membaca dan
menulis permulaan bagi perkembangan siswa, maka diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan keterampilan membaca menulis permulaan siswa. Berdasarkan
informasi guru, cara yang digunakan untuk membantu siswa menguasai keterampilan MMP adalah penggunaan metode tutorial sebaya saat pembelajaran
membaca dan menulis serta memberikan tugas latihan membaca di rumah. Akan tetapi, hal tersebut tidak terlalu efektif untuk mengatasi kesulitan siswa. Kesulitan
siswa dalam menguasai keterampilan MMP ini dapat disebabkan oleh kurangnya bahan ajar menarik untuk pembelajaran serta kurangnya lembar kerja sebagai
sarana berlatih siswa. Pada kegiatan pembelajaran guru juga hanya menggunakan buku pegangan dari pemerintah yang mengandaikan bahwa setiap siswa sudah
terampil dalam membaca dan menulis permulaan. Selain itu, guru juga tidak menggunakan bahan ajar khusus untuk membantu siswa menguasai keterampilan
MMP. Padahal, bahan ajar memiliki peranan penting sebagai sumber belajar dalam membantu pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum
6
dan kebutuhan siswa serta memberi kemudahan siswa untuk belajar secara mandiri Prastowo, 2014: 140-142.
Berdasarkan permasalahan tersebut, guru mengungkapkan bahwa guru memerlukan bahan ajar yang inovatif untuk menunjang penguasaan keterampilan
membaca dan menulis siswa SD kelas II. Guru juga mengungkapkan bahwa saat ini diperlukan bahan ajar yang menarik bagi siswa, terutama berupa buku-buku
dengan cerita anak yang menarik, warna-warni serta up to date sehingga anak- anak lebih termotivasi untuk belajar membaca dan menulis. Selain itu, sesuai
dengan tahap perkembangan kognitif Piaget, siswa kelas II SD memerlukan objek konkret dalam pembelajaran, bukan berupa simbol-simbol atau hal-hal yang
abstrak Djiwandono, 2002: 90. Oleh karena itu, siswa memerlukan bahan ajar yang menarik dan contoh-contoh konkret dalam belajar membaca dan menulis.
Pada penelitian ini peneliti mengembangkan buku suplemen muatan pelajaran Bahasa Indonesia sebagai sarana berlatih membaca dan menulis bagi
siswa SD kelas II. Buku adalah kumpulan kertas berisi informasi tertentu yang disusun secara sistematis, dijilid, dan diberi sampul sebagai salah satu sumber
pembelajaran Sitepu, 2012: 13. Buku yang dikembangkan ini juga dapat disebut sebagai buku suplemen MMP. Melalui buku suplemen ini siswa dapat berlatih
secara rutin secara mandiri maupun dengan pendampingan dari orang lain seperti guru serta orang tua. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarigan 1985: 3 bahwa
keterampilan berbahasa dapat diperoleh dan dikuasai melalui praktik dan latihan. Siswa dapat berlatih untuk membaca dan menulis sesering mungkin melalui
penggunaan buku suplemen MMP ini. Pada akhir kegiatan, siswa melakukan
7
kegiatan review untuk mengulas kembali kegiatan dan materi yang telah dipelajari siswa serta refleksi untuk mengetahui peningkatan penguasaan membaca menulis
permulaan siswa. Buku suplemen MMP ini berisi bahan dan kegiatan belajar membaca
menulis permulaan yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan membaca dan menulis siswa kelas II SD. Pada usia ini siswa perlu memiliki pengetahuan
tentang huruf, suku kata, dan kata yang diperlukan untuk membaca Ngalimun, 2014: 36. Buku suplemen ini dapat membantu siswa untuk mempelajari hal-hal
tersebut secara bertahap menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami siswa. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran bahasa, yaitu
pembelajaran dari hal-hal yang sederhana menuju kompleks serta dari mudah menuju sukar Djamarah, 2011: 71. Selain itu, buku suplemen ini berisi berbagai
macam teks atau cerita pendek yang menarik serta gambar-gambar yang berwarna-warni untuk menarik perhatian dan meningkatkan motivasi belajar
siswa. Buku suplemen muatan pelajaran Bahasa Indonesia untuk pembelajaran membaca dan menulis permulaan ini masih berada dalam proses pengembangan
dan memerlukan penyempurnaan.
1.2 Rumusan Masalah