23
dan terpadu. Bahan ajar berguna untuk membantu siswa belajar secara lebih mandiri, memungkinankan siswa belajar kapanpun dan di manapun, serta
mengarahkan siswa untuk menguasai kompetensi tertentu Prastowo, 2014: 140. Bahan ajar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan
bentuknya, yaitu bahan cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar interaktif Prastowo, 2014: 148. Bahan ajar cetak merupakan bahan
ajar berupa kertas seperti buku modul, lembar kerja siswa, brosur, maupun gambar. Bahan ajar dengar audio merupakan bahan ajar yang dapat didengakan
seperti kaset, radio, maupun piringan hitam. Bahan ajar pandang dengar audiovisual merupakan bahan ajar yang mengkombinasikan gambar dengan
suara seperti film dan video. Bahan ajar interaktif merupakan kombinasi dari dua atau lebih media yang dikendalikan oleh penggunanya. Berdasarkan macam-
macam bahan ajar ini, guru perlu memiliki kemampuan untuk memilih bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran serta karakteristik siswa.
2.1.4.2 Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar berperan membantu guru dalam menyampaikan informasi, membantu
siswa dalam memperoleh pengetahuan baru, dan mengurangi ketergantungan terhadap guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan Widodo Jasmadi,
2008: 40. Berkaitan dengan peranan bahan ajar tersebut, penyusunan bahan ajar perlu direncanakan dengan baik dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran. Terdapat enam prinsip pembelajaran yang perlu diperhatikan yaitu
1 dimulai dari hal mudah ke yang sulit, dan dari hal konkret ke yang abstrak, 2
24
pengulangan untuk memperkuat materi, 3 adanya umpan balik positif untuk penguatan pada siswa, 4 perlunya menciptakan motivasi siswa, 5 menciptakan
pembelajaran secara bertahap dan berkelanjutan, serta 6 adanya dorongan untuk mencapai tujuan Depdiknas, 2008: 11.
Selain perlu memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, pemilihan model pengembangan juga perlu diperhatikan dalam pengembangan bahan ajar. Hal ini
dilakukan karena model pengembangan berperan penting dalam membantu seorang pengembang untuk bekerja secara praktis dan sistematis sesuai konsep-
konsep teoritis Suparman, 2012: 112. Hal ini berguna untuk membantu dalam mengembangkan produk sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang telah
ditentukan. Salah satu model pengembangan yang sering digunakan adalah model pengembangan Dick Carey. Model pengembangan Dick Carey merupakan
model pengembangan yang terdiri dari sepuluh langkah pengembangan sering dipakai dalam penelitian dan pengembangan secara luas Setyosari, 2013: 230.
Gambar 2.1 Model Pengembangan Dick Carey Setyosari, 2013: 234
25
Gambar 2.1 tersebut menunjukkan langkah-langkah dari model pengembangan menurut Dick Carey. Berikut ini penjelasan dari setiap langkah
berdasarkan model pengembangan Dick Carey Setyosari, 2013: 230-235 tersebut:
1. Analisis kebutuhan dan tujuan
Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kebutuhan untuk menentukan produk yang dikembangkan. Kebutuhan tersebut dapat berupa
keadaan yang kurang dari seharusnya atau kesenjangan antara keadaan nyata dengan yang diharapkan Suparman, 2012: 118.
2. Melakukan analisis pembelajaran
Langkah ini dilakukan untuk menganalisis rancangan produk atau desain yang dikembangkan sebagai spesifikasi produk yang dikembangkan.
3. Menganalisis pebelajar dan konteks
Pada langkah ini dilakukan analisis terhadap siswa, pembelajaran, dan latar pembelajaran. Analisis terhadap karakteristik siswa ini digunakan untuk
mengidentifikasi karakteristik siswa yang berhubungan dengan produk yang dikembangkan Suparman, 2012: 183.
4. Merumuskan tujuan khusus
Pada langkah ini dilakukan perumusan tujuan dan indikator-indikator dari standar kompetensi yang telah ada.
5. Mengembangkan instrumen assesment
Langkah ini dilakukan untuk mengembangkan instrumen untuk menilai produk yang dikembangkan, misalnya angket atau kuesioner.
26
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan strategi yang menunjang pengembangan produk dan berkaitan dengan proses pengembangan.
7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran
Langkah ini merupakan langkah di mana seorang pengembang melakukan proses pengembangan bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. 8.
Merancang dan melakukan evaluasi formatif Pada langkah ini dilakukan penilaian dalam proses pengembangan produk
untuk menilai kualitas produk sebagai bahan revisi. Evaluasi ini dapat berupa penilaian oleh ahli maupun uji coba dalam kelompok kecil dan besar
Suparman, 2012: 308. 9.
Melakukan revisi Revisi merupakan langkah yang dilakukan untuk melakukan perbaikan produk
yang dikembangkan sesuai dengan hasil penilaian kelayakan produk. Pada model pengembangan ini, revisi terhubung dengan setiap langkah
pengembangan. 10.
Melakukan evaluasi sumatif Evaluasi sumatif dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk yang
dikembangkan secara keseluruhan. Langkah-langkah tersebut diperlukan untuk mengembangkan bahan ajar
yang sesuai dengan hasil analisis kebutuhan dan tujuan yang telah ditentukan. Selain melalui langkah-langkah yang tepat, bahan ajar juga perlu dinilai kualitas
27
dan kelayakannya. Beberapa aspek yang perlu dinilai dari suatu bahan ajar menurut pendapat Cunningsworth 1995: 3-4 adalah aims and apporaches
tujuan dan pendekatan, design and organization desain dan pengorganisasian, language content isi kebahasaan, skills keterampilan, topic topik, dan
methodology metodologi. Aspek-aspek tersebut dapat diadaptasi sebagai indikator untuk menilai kualitas dan kelayakan dari suatu bahan yang
dikembangkan.
2.1.5 Buku Suplemen Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia