Tahap Perkembangan Bahasa Kajian Pustaka

13 Tahap keempat adalah tahap operasional formal pada anak usia 11-18 tahun. Tahapan ini dapat dikatakan sebagai tahapan yang terjadi pada anak-anak yang mulai beranjak remaja. Anak sudah mampu berpikir secara sistematis dan abstrak untuk memecahkan suatu masalah Mar’at, 2006: 195. Anak sudah mampu mempelajari dan memahami berbagai hal yang bersifat abstrak. Pada tahapan ini anak sudah mampu berpikir secara abstrak dan sudah mampu memecahkan berbagai masalah yang menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Berdasarkan tahapan-tahapan perkembangan kognitif Jean Piaget tersebut, dapat diketahui bahwa siswa SD kelas rendah dengan kisaran usia 6 atau 7 tahun sampai 9 tahun berada dalam tahapan kogitif operasional konkret. Pada tahapan ini anak-anak sudah mampu berpikir rasional dan logis tetapi masih terikat pada pengalaman konkret yang dialami anak. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses belajarnya, siswa kelas rendah perlu difasilitasi dengan objek konkret sebagai sumber belajarnya agar dapat belajar dengan lebih optimal. Selain itu, siswa kelas rendah juga memiliki karakteristik suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan mudah terpengaruh lingkungan Susanto, 2013: 86. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka siswa kelas rendah memerlukan pembelajaran menggunakan objek konkret yang menyenangkan dan dapat memfasilitasi rasa ingin tahu siswa. Salah satu objek konkret yang dapat membantu proses belajar siswa adalah melalui penggunaan bahan ajar.

2.1.2 Tahap Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan lambang-lambang yang disepakati dan memiliki makna tertentu berupa simbol-simbol huruf, kata, beserta susunannya sebagai alat untuk 14 ekspresi diri Tanlain, 2006: 34. Bahasa merupakan komponen yang penting untuk dikuasai manusia dalam berkomunikasi dan sebagai sarana untuk mengekspresikan diri. Penguasaan bahasa pada setiap orang tentu berkaitan dengan tahapan perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa merupakan peningkatan kemampuan berkomunikasi seseorang, baik secara lisan, tertulis, maupun melalui isyarat Djamarah, 2011: 48. Keterampilan-keterampilan pada keterampilan berbahasa saling berhubungan satu sama lain dan diperoleh secara teratur dan berurutan. Keterampilan berbahasa ini dapat dikuasai seseorang sesuai dengan perkembangan bahasanya. Keterampilan menyimak dan berbicara dapat dikuasai sejak sebelum memasuki usia sekolah, sedangkan keterampilan menulis dan membaca perlu dikuasai anak sejak memasuki usia sekolah Tarigan, 1985: 1. Penguasaan keempat keterampilan berbahasa tersebut dapat diperoleh seseorang sesuai dengan tahapan perkembangan bahasanya. Piaget dan Vygotsky membagi tahapan perkembangan bahasa menjadi tahapan meraban atau pralinguistik dan tahapan linguistik Hartati, 2011: 24. Tahapan meraban sejak lahir-1 tahun ditandai dengan kemampuan anak untuk berkomunikasi walau hanya dengan cara menoleh, menangis atau tersenyum dan berkomunikasi dengan gerakan isyarat. Tahapan linguistik terdiri dari: 1 tahap holofrastik 1-2 tahun yaitu anak sudah mulai mengucapkan satu kata untuk mewakili seluruh ide yang disampaikan, 2 tahap kalimat dua kata 2-2,5 tahun yaitu tahapan saat anak mampu mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat, 3 tahap pengembangan bahasa 2,5-4 tahun yaitu tahapan ketika anak bercakap-cakap 15 dengan teman sebaya dan aktif memulai percakapan, 4 tahap tata bahasa menjelang dewasa 4-5 tahun yaitu tahapan ketika anak mulai menerapkan struktur tata bahasa dan kalimat-kalimat yang lebih rumit, dan 5 tahap kompetensi penuh, yaitu tahapan ketika anak sudah mampu menguasai bahasa ibunya dan melakukan ujaran dalam kalimat pendek Hartati, 2011: 24-40. Tahapan-tahapan perkembangan bahasa tersebut menunjukkan tahap perkembangan anak sebelum memasuki usia Sekolah Dasar. Setelah memasuki SD, anak akan akan beralih dari bahasa lisan ke bahasa tulis. Salah satu keterampilan bahasa tulis yang dipelajari anak adalah keterampilan membaca. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, keterampilan membaca ini juga dapat dikuasai melalui tahapan perkembangan membaca. Owens dalam Ngalimun, 2014: 36 menyatakan bahwa terdapat lima tahapan perkembangan membaca, yaitu: 1 tahap I 6-8 tahun yaitu tahapan saat anak sudah mengenal huruf, suku kata, kata, dan kalimat, serta mampu membaca dengan terpusat pada kata-kata lepas dalam teks sederhana, 2 tahap II 9-10 tahun yaitu tahapan saat anak sudah mampu menganalisis kata-kata sesuai dengan konteks bacaan, 3 tahap III 11-14 tahun yaitu tahapan saat anak sudah mampu memahami bacaan atau tulisan, 4 tahap IV 15-18 tahun yaitu seseorang sudah mampu menyimpulkan dan memahami pandangan penulis dalam bacaan, dan 5 tahap V mahasiswa- jenjang selanjutnya yaitu tahapan di mana seseorang sudah mampu menanggapi bacaan secara kritis. Berdasarkan tahapan-tahapan perkembangan bahasa tersebut, dapat diketahui bahwa siswa kelas II SD perlu memiliki kemampuan berbahasa tulis, 16 yaitu membaca dan menulis. Pada tahapan ini siswa memiliki keterampilan dalam memahami huruf, suku kata, kata, dan kalimat. Siswa juga mampu memahami kata-kata dalam teks sederhana, sehingga siswa perlu mengembangkan perbendaharaan katanya. Berdasarkan karakteristik ini, siswa kelas II SD perlu berlatih untuk menyusun huruf, suku kata, dan kalimat dengan dengan baik secara bertahap.

2.1.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar