Nama Kitab Ali yang memuat Hukum-Hukum (Islam)

a. Nama Kitab Ali yang memuat Hukum-Hukum (Islam)

Para imam Ahlul Bait as. telah menamakan kitab Ali yang memuat hukum- hukum yang telah didiktekan oleh Nabi saw. kepadanya dengan Al- Jâmi‘ah, sebagaimana hal ini dijelaskan di dalam riwayat-riwayat berikut ini:

Dalam Al-Kâfî dan Bashâ’ir Ad-Darajât, diriwayatkan dari Abu Bashîr bahwa ia berkata —redaksi riwayat ini dinukil dari kitab pertama: “Aku pernah bertamu ke rumah Abu Abdillah. Aku berkata kepada beliau, ‘Semoga aku dijadikan sebagai tebusan Anda! Aku akan bertanya kepada Anda tentang sebuah masalah. Apakah di sini ada orang lain yang mendengar ucapanku?’ (Mendengar ucapanku itu), beliau menyingkap sebuah tabir yang menghalangi beliau dan rumah lain. Beliau memasuki

1 Ibid, hal. 150. Dan pada, hal. 146 terdapat tambahan redaksi sedikit. Muhammad bin Hakîm adalah salah seorang yang meriwayatkan hadis dari Imam Al-

Kâzhim as. Silakan merujuk Qâmûs Ar-Rijâl, jil. 8, hal. 151. 2 Bashâ’ir Ad-Darajât, hal. 149, hadis ke-14, hal. 154, hadis ke-7, dan pada, hal. 142,

hadis ke-1 terdapat sedikit perbedaan redaksi; Ushûl Al-Kâfî, jil. 1, hal. 241, hadis ke- 60; Al-Wâfî, jil. 2, hal. 135. Bakr bin Karb Ash-Shairafî adalah seorang penduduk Kufah. Ia meriwayatkan hadis dari Imam Al-Bâqir dan Imam Ash-Shâdiq as. Silakan merujuk Qâmûs Ar-Rijâl, jil.

2, hal. 225.

B AB III: P ASAL K EEMPAT 426

rumah itu seraya berkata, ‘Wahai Abu Muhammad, tanyakanlah apa yang kau ingin kan.’ Aku berkata, ‘Semoga aku dijadikan tebusan Anda! Para

pengikut Anda mengatakan bahwa Rasulullah saw. mengajarkan kepada Ali satu bab dan ia membuka seribu pintu lagi dari satu pintu itu ....’ Beliau menjawab, ‘Wahai Abu Muhammad, sesungguhnya kami memiliki Al- Jâmi‘ah, dan mereka tidak tahu tentang Al-Jâmi‘ah itu.’ Aku bertanya, ‘Semoga aku dijadikan tebusan Anda! Apakah Al-Jâmi‘ah itu?’ Beliau menjawab, ‘Al-Jâmi‘ah adalah sebuah shahîfah yang berukuran sepanjang tujuh puluh depa dengan ukuran depa Rasulullah. Beliau mendiktekan dan Ali menulisnya dengan tangan kanannya. Di dalam shahîfah ini terdapat segala sesuatu yang dihalalkan dan diharamkan, dan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh umat manusia, sampai-sampai (hukum) diyat untuk luka- luka sepele.’ Dan beliau memukulku dengan tangannya (demi menunjukkan bahwa luka bekas pukulan tangan itu juga memiliki diyat — pen.) Beliau melanjutkan, ‘Wahai Abu Muhammad, apaka engkau memberikan izin kepadaku?’ Aku menjawab, ‘Semoga aku dijadikan tebusan Anda! Aku adalah untuk Anda. Kerjakanlah apa yang Anda kehendaki.’ Beliau memencet tubuhku dengan tangannya seraya berkata, ‘Sampai-sampai (hukum) diyat untuk ini.’ Sepertinya beliau marah. Aku berkata, ‘Demi Allah, inilah ilmu (yang sebenarnya) ....” 1

Diriwayatkan dar i Sulaiman bin Khâlid bahwa ia berkata: “Aku pernah mendengar Abu Abdillah berkata, ‘Sesungguhnya kami memiliki sebuah shahîfah yang diberi nama Al- Jâmi‘ah. Tidak ada hal-hal yang dihalalkan dan diharamkan kecuali seluruhnya telah disebutkan di dalamnya, sampai- sampai (hukum) diyat untuk luka- 2 luka yang sepele.’”

Menurut sebuah riwayat: “Sesungguhnya kami memiliki sebuah shahîfah yang berukuran sepanjang tujuh puluh depa yang berisi dikte Rasulullah dan tulisan tangan Ali. Tidak ada sesuatu yang halal dan haram

kecuali seluruhnya telah disebutkan di dalamnya, sampai-sampai (hukum) diyat 3 untuk luka- luka sepele.”

Diriwayatkan dari Ali bin Ri’âb, dari Abu Abdillah bahwa beliau pernah ditanya tentang Al- Jâmi‘ah. Beliau menjawab: “Al-Jâmi‘ah adalah

1 Ushûl Al-Kâfî, jil. 1, hal. 239, hadis ke-1; Bashâ’ir Ad-Darajât, hal. 151-152; Al- Wâfî , jil. 2, hal. 135. Hadis ini sebenarnya sangat panjang sekali dan kami hanya

menukil bagian yang diperlukan. 2 Bashâ’ir Ad-Darajât, hal. 142-143.

3 Ibid, hal. 143.

B AB III: P ASAL K EEMPAT

sebuah shahîfah yang berukuran sepanjang tujuh puluh depa yang ditulis di atas kulit yang sudah disamak (berbentuk) seperti paha unta berpunuk ganda (ketika digulung). Di dalamnya terdapat segala sesuatu yang diperlukan oleh umat manusia. Tidak ada sebuah masalah pun kecuali ia terdapat di dalamnya, sampai-sampai (hukum) diyat untuk luka-luka

sepele.” 1 Dalam Bashâ’ir Ad-Darajât juga, diriwayatkan dari Abu Bashîr, dari

Imam Abu Abdillah Ash- Shâdiq as., bahwa ia berkata: “Aku pernah mendengar beliau berkata sedangkan beliau tengah membahas fatwa Ibn Syabramah, ‘Di mana dia jika dibandingkan dengan Al-Jâmi‘ah? Rasulullah saw. mendiktekan dan Ali menulis dengan tangannya. Di dalamnya terdapat segala sesuatu yang halal dan haram, sampai-sampai (hukum) diyat untuk luka-luka se 2 pele.’”

Dalam Al-Kâfî dan Bashâ’ir Ad-Darajât, diriwayatkan dari Abu Syaibah bahwa ia berkata: “Aku pernah mendengar Abu Abdillah as. berkata, ‘Ilmu Ibn Syabramah mencair jika dibandingkan dengan Al- Jâmi‘ah. Al-Jâmi‘ah berisi dikte Rasulullah saw. dan tulisan tangan Ali. Al- Jâmi‘ah tidak memberikan kesempatan kepada seseorang untuk angkat bicara. Di dalamnya terdapat ilmu hal-hal yang halal dan haram. Orang-orang yang meyakini qiyâs mencari ilmu dari qiyâs, dan tidak bertambah bagi mereka kecuali kejauhan. Sesungguhnya agama Allah tidak dapat digapai dengan jalan qiyâs 3 .”

Begitulah para imam Ahlul Bait membebaskan diri mereka dari berpendapat dengan bersandarkan kepada ra’y (pendapat pribadi), dan mereka bersandarkan kepada hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah saw., dari malaikat Jibril, dan dari Allah dalam mengutarakan pendapat mereka.

Adapun berkenaan dengan Ibn Syabramah, ia adalah Abdullah bin Syabramah adh-Dhabbî Al-Kûfî. Ia adalah seorang penyair. Ia pernah

1 Ibid, hal. 142 dan 149. Ali bin Ri’âb Ath-Thahhân Al-Kûfî meriwayatkan dari Imam Ash-Shâdiq as. Silakan

merujuk Qâmûs Ar-Rijâl, jil. 6, hal. 489. 2 Ibid, hal. 145, 146, dan 148.

3 Ushûl Al-Kâfî, jil. 1, hal. 57, hadis ke-14; Bashâ’ir Ad-Darajât, hal. 146 dan 149- 150; Al-Wâfî, jil. 1, hal. 58.

Abu Syaibah Al-Asadî meriwayatkan hadis dari Imam Ash-Shâdiq as. Silakan merujuk Qâmûs Ar-Rijâl, jil. 10, hal. 99.

B AB III: P ASAL K EEMPAT 428

menjadi hakim untuk Abu Ja‘far Al-Manshûr untuk kawasan Kufah. Ia meninggal dunia pada tahun 144 Hijriah. 1