Pandangan Madrasah Khulafâ’

g. Pandangan Madrasah Khulafâ’

Mir Sayid Ali Bin Muhammad bin Ali Al-Hanafî Al-Astarâbâdî (wafat 816 H.) dalam syarahnya atas kitab Al-Mawâqif karya Al-Qâdhî ‘Adhud Al-Îjî (wafat 756 H.) menanggapai tentang Al-Jafr dan Al- Jâmi‘ah. Ia menulis: “Kedua kitab itu kitab milik Imam Ali ra. Dalam kedua kitab itu telah disebutkan seluruh peristiwa yang akan terjadi hingga hancurnya zaman. Para imam dari keturunan beliau mengetahui hal itu dan menghukumi berdasarkan hukum yan g tertera di dalamnya. Dalam surat keputusan pengangkatan sebagai putra mahkota yang telah ditulis oleh Ali bin Mûsâ ra. kepada Al- Ma’mûn ditegaslan, ‘Sesungguhnya engkau telah mengetahui hak-hak kami yang tidak diketahui oleh sesepuhmu. Maka aku menerima surat keputusan itu. Hanya saja kitab Al-Jafr dan Al- Jâmi‘ah menunjukkan bahwa surat keputusan itu tidak akan sempurna 3 ....’”

1 Al-Fakhrîi, hal. 178 cet. Muhammad Ali Shubaih dan anak-anaknya, Kairo, karya Ibnu Ath- Thakthaqî Abu Ja‘far Muhammad bin Tâjuddîn Abul Hasan Thabathabai,

pemuka keturunan Imam Ali di Irak. Ia telah menulis kitab pada tahun 701 di Mushal yang kemudian ia hadiahkan kepada walikota Mushal Fakhruddin Isa. Silakan Anda rujuk tulisan Hîwâr tentangnya dalam Dâ’irah Al-Ma‘ârif Al-Islamiyyah, jil. 1, hal. 217-1218.

2 Bihâr Al-Anwâr, cet. Al-Kampânî, jil. 12, hal. 42 dan cet. Maktabah Islamiyah, Tehran, jil. 49, hal. 148-153.

3 Al-Maqashad Ats-Tsânî min An- Naw‘ Ats-Tsânî min Al-Fashl Ats-Tsânî min Al- Marshad Ats-Tsâlits min Al-Mawqif Ats-Tsâlits . Silakan Anda rujuk hal. 276, cet.

Bûlâq, tahun 1266 H.

B AB III: P ASAL K EEMPAT 458

Thâsy Kibrzadeh Al-Mawla Ahmad bin Musthafâ (wafat 962 H.) dalam kitab Miftâh As- Sa‘âdah dan Mishbâh As-Siyâdah menulis: “... saat Khalifah melimpahkan kekhalifahan setelahnya kepada Ali bin Mûsâ Ar-Ridhâ dan menulis surat keputusan untuk itu, Ali bin Mûsâ menulis di surat itu, ‘Ya, hanya saja kitab Al-Jafr dan Al- Jâmi‘ah menunjukkan bahwa surat keputusan ini tidak rampung. Hal itu lantaran —seperti yang telah beliau tegaskan—Al- Ma’mûn mencium gelagat yang tidak enak dari Bani Hâsyim. Maka ia meracun Ali bin Mûsâ Ar-Ridhâ dengan anggur, sebagaimana tertera dalam

kitab- 1 kitab sejarah.’” Orang-orang yang menyebut Al-Jafr dan Al- Jâmi‘ah dari kalangan

madrasah Khulafâ’: Syaikh Kamâluddîn Abu Sâlim bin Thalhah Muhammad bin Thalhah An-Nashîbînî Asy- Syâfi‘î (wafat 652 H.) memiliki sebuah buku yang berjudul Al-Jafr Al- Jâmi‘ wa An-Nûr Al-Lâmi‘. Dalam buku Kasyf Azh-Zhunûn disebutkan: “Buku ini berbentuk kecil dan hanya berjumlah satu jilid. Buku ini diawali dengan, ‘Segala puji bagi Allah yang telah memberitahukan orang yang telah Dia pilih ....’ Dalam buku ini juga ditegaskan, ‘Para imam dari keturunan Ja‘far mengetahui kitab Al-Jafr tersebut ....’” 2

Buku itu memiliki sebuah bab yang berjudul ‘Ilm Al-Jafr wa Al-Jâmi‘. Syaikh Kamâluddîn menulis: “Al-Jafr dan Al-Jâmi‘ah adalah dua kitab yang agung. Salah satu darinya telah disebut oleh Imam Ali bin Abi Thalib as. di atas mimbar saat beliau berpidato di masjid Kufah. Sedang kitab yang lain disimpan oleh Rasulullah. Lalu beliau memerintahkan Ali as. untuk menyusunnya. Lalu Ali as. menulisnya dengan huruf yang beragam seperti metode kitab Adam as.; yaitu beliau menulisnya pada sebuah kulit unta yang sudah disamak. Maka tersebarlah kabar itu di seluruh kalangan masyarakat, karena dalam kitab ini terdapat catatan untuk seluruh peristiwa yang terjadi

pada zaman terdahulu dan yang akan datang.” 3 Ibn Khaldûn dalam Muqaddimah- nya berkata: “Hal ini sudah sering

terjadi pada Ja‘far dan orang-orang sepertinya dari kalangan Ahlul Bait as. Sandaran mereka dalam masalah ini —wallâhu a‘lâm—adalah intuisi (kasyf) yang mereka miliki lantaran hak wilâyah mereka. Jika hal yang serupa tidak dapat dipungkiri bisa dimiliki oleh selain mereka dari kalangan para wali

1 Jil. 2, hal. 420-421, menukil dari buku Miftâh As- Sa‘adah, cet. Ke-1, tahun 1238- 1329 di Haidar Abad dan dinukil juga di Kasyf Az-Zhunûn, jil. 2, hal. 591.

2 Kasyf Az-Zhunûn, jil. 2, hal. 592. 3 Kasyf Az-Zhunûn, jil. 2, hal. 591.

B AB III: P ASAL K EEMPAT

yang berasal dari keluarga dan pelanjut mereka, sedangkan Rasulullah saw. pe 1 rnah bersabda, ‘Sesunguhnya di antara kalian ada muddatsîn’ , maka

Ahlul Bait adalah orang yang paling layak atas kedudukan yang mulia dan anugerah karamah ini” 2

Setelah itu, Ibn Khaldûn menegaskan yang ringkasannya: “Sesung- guhnya Hârûn bin said Al- ‘Ajalî adalah ketua kelompok Zaidiyah. Ia

memiliki sebuah kitab yang diriwayatkannya dari Ja‘far bin Muhammad Ash-Shâdiq. Dalam kitab ini terdapat apa yang akan menimpa Ahlul Bait

secara umum dan untuk sebagian orang dari mereka secara khusus. Hal semacam ini ba nyak dialami oleh Ja‘far dan orang-orang yang semisalnya berdasarkan karamah dan intuisi yang biasa juga dimiliki oleh para wali Allah yang lain. Kitab itu ditulis pada kulit kerbau ....

Dalam kitab ini terdapat tafsir Al- Qur’an dan makna-makna lainnya yan g ganjil yang diriwayatkan dari Ja‘far Ash-Shâdiq as. .... Jika benar bahwa sanad kitab itu berasal dari Ja‘far Ash-Shâdiq, maka itu adalah sebaik-baik sandaran buat dirinya atau buat para pembesar kaumnya. Mereka adalah ahli karamah. Benar bahwa ia telah memper- ingatkan kepada sebagian kerabatnya dengan peristiwa yang akan me-nimpa mereka, dan peristiwa itu terjadi sebagaimana yang ia beritahukan.

Ja‘far pernah memperingatkan Yahyâ putra pamannya, Zaid, tentang kematiannya. Tapi ia tidak menggubris peringatan itu. Yahyâ keluar memberontak, dan akhirnya terbunuh oleh daerah Jauzjan sebagaimana telah kita ketahui bersama.

Jika karamah itu bisa terjadi untuk selain mereka, maka apa pendapat Anda tentang ilmu, agama, peninggalan kenabian, dan anugerah Allah atas mereka dengan silsilah keturunan yang mulia? Semua itu menyaksikan bahwa seluruh keturunannya adalah figur-figur yang suci. banyak sekali realita semacam ini yang dinukil di kalangan Ahlul Bait as. dan tidak bersandarkan kepada siapa pun.” 3

Abul ‘Alâ’ Al-Ma‘arî (wafat 449 H.) telah menyinggung hal ini dalam syairnya: Mereka telah takjub terhadap Ahlul Bait as. Saat ilmu mereka berada di kulit Al-Jafr, Dan cermin yang kecil yang memunculkan

1 Orang-orang yang dapat berdialog langsung dengan pada malaikat —pen. 2 Muqaddimah Ibnu Khaldûn, jil. 1, hal. 595-596, pasal ke-53. 3 Al-Muqaddimah, jil. 1, hal. 60-601, cet. Darul Kitab Al-Lubnânî, tahun 1956.

B AB III: P ASAL K EEMPAT 460

Setiap yang makmur dan yang tandus. 1

Dalam hadis-hadis yang telah dipaparkan di atas, kita lihat bagaimana para imam merujuk kepada kitab Ali as., Al-Jafr, dan mushaf Fathimah as. dalam mencari tahu tentang berita dunia. Kita juga dapatkan Al-Jafr yang masyhur dalam kitab-kitab madrasah Khulafâ’, dan sebagian dari mereka menukil bahwa para imam merujuk kepada kedua kitab itu.

berikut ini contoh-contoh perujukan para imam Ahlul Bait as. kepada kitab Ali as. yang disebut Al- Jâmi‘ah dalam rangka menjelaskan hukum- hukum syariat Islam.