Nikah Mut‘ah dalam Al-Qur’an

6.2.3. Nikah Mut‘ah dalam Al-Qur’an

Allah swt. berfirman: “Maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya [secara sempurna] sebagai suatu kewajiban;

dan tiadalah mengapa bagimu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya sesudah menentukan maha itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengta hui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisâ’ [4]:24).

a. Dalam Al-Mushannaf, Abdurrazzâq meriwayatkan dari ‘Athâ’ bahwa Ibn Abbas senantiasa membaca: “Maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka —hingga suatu masa, maka berikanlah kepada mereka mahar 2 nya [secara sempurna].”

b. Dalam Tafsir Ath-Thabarî, diriwayatkan dari Habîb bin Abi Tsâbit bahwa ia berkata: “Ibn Abbas pernah memberikan sebuah mushaf (Al- Qur’an) kepadaku seraya berkata, ‘Mushaf ini sesuai dengan bacaan Ubay dan di dalamnya terdapat ayat, ‘Maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka

—hingga suatu masa.’” 3

1 Silakan me rujuk pembahasan nikah mut‘ah dalam buku-buku fiqih mazhab Imamiah, seperti Syarah Al- Lum‘ah Ad-Dimasyqiyah, Syara’i‘ Al-Islam, dan lain

sebagainya. 2 Al-Mushannaf, karya Abdurrazzâq, bab Al- Mut‘ah, jil. 7, hal. 497 dan 498.

Abdurrazzâq bin Hammâm Ash- Shan‘ânî (126-211 H.) adalah pembesar kabilah Himyar. Para penulis Enam Kitab Shahîh meriwayatkan hadisnya. Silakan merujuk biografinya dalam Al- Jam‘ baina Rijâl Ash-Shahîhain dan Taqrîb At-Tahdzîb. Silakan juga merujuk Bidayah Al-Mujtahid, karya Ibn Rusyd, jil. 2, hal. 63.

3 Tafsir Ath-Thabarî, jil. 5, hal. 9.

B AB III: P ASAL K ETIGA 335

c. Dalam Tafsir Ath-Thabarî, diriwayatkan dari Abi Nadhrah melalui dua jalur bahwa ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada Ibn Abbas

tentang nikah mut‘ah. Ia balik bertanya, ‘Apakah engkau tidak membaca surah An- Nisâ’?’ Aku menjawab, ‘Pernah.’ Ia bertanya lagi, ‘Apakah engkau tidak membaca ‘maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka hingga suatu masa ?’ Aku menjawab, ‘Seandai-nya aku membaca demikian, niscaya aku ti dak akan bertanya kepadamu.’ Ia berkata, ‘Ayat itu memang dibaca demikian.’”

d. Diriwayatkan dari Abi Nadhrah bahwa ia berkata: “Aku membaca ayat ini di hadapan Ibn Abbas demikian, ‘Maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka.’ Ibn Abbas menimpali, ‘Hingga masa yang telah ditentukan.’ Aku berkata, ‘Aku tidak membacanya demikian.’ Ia berkata, ‘Demi Allah, Dia telah menurunkannya demikian.’ Ia mengucapkan itu sebanyak tiga kali.”

e. Diriwayatkan dari ‘Umair dan Ishâq bahwa Ibn Abbas membaca ‘maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka hingga masa yang

telah ditentukan’.”

f. Diriwayatkan dari Mujâhid: “Maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka”, yaitu nikah mut‘ah.

g. Diriwayatkan dari ‘Amr bin Murrah bahwa ia pernah mendengar Sa ‘îd bin Jubair membaca ‘maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka hingga masa yang telah ditentukan’.

h. Diriwayatkan dari Qatâdah bahwa ia berkata: “Menurut bacaan Ubay bin Ka‘b adalah ‘maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka hingga masa yang telah ditentukan’.”

i. Diriwayatkan dari Syu‘bah, dari Hakam bahwa ia berkata: “Aku pernah bertanya kepadanya tentang ayat ini; apakah ayat ini telah di- nasakh ?” Ia menjawab: “Tidak.” Kami telah menyebutkan hadis 2-9 dengan menukil dari kitab Tafsir Ath-Thabarî dan kami juga telah meringkas sebagiannya.

j. Dalam Ahkâm Al-Qur’an, karya Al-Jashshâsh juga disebutkan riwayat Abi Nadhr dan Abi Tsâbit yang diriwayatkan dari Ibn Abbas dan juga hadis (yang menyebutkan) bacaan Ubay bin Ka‘b tersebut. 1

k. Dalam As-Sunan Al-Kubrâ-nya, Al-Baihaqî meriwayatkan dari Muhammad bin Ka‘b bahwa Ibn Abbas berkata: “Nikah mut‘ah

1 Ahkâm Al- Qur’an, jil. 2, hal. 147.

B AB III: P ASAL K ETIGA

sudah ada di permulaan Islam dan para sahabat selalu membaca ayat ‘maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka hingga masa yang

telah ditentukan’.” 1 l. Dalam Syarah An-Nawawî ‘alâ Shahîh Muslim disebutkan: “Dan

menurut bacaan Ibn Mas‘ûd (ayat itu) dibaca ‘maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka hingga suatu masa’.” 2

m. Dalam Tafsir Az-Zamakhsyarî disebutkan: “Menurut sebuah pendapat,

ayat itu turun berkenaan dengan nikah mut‘ah yang pernah dikerjakan dengan masa tiga hari ... Nikah dinamakan dengan nikah mut‘ah lantaran sang suami menikmati istrinya. Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa nikah ini adalah kokoh (muhkamah), yaitu tidak di- nasakh , dan ia selalu membaca ‘maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka hingga masa yang telah ditentukan’.” 3

n. Al-Qurthubî berkata: “Mayoritas (jumhûr) ulama berpendapat bahwa

yang dimaksud (dengan ayat tersebut) adalah nikah m ut‘ah yang telah ada di permulaan Islam, dan Ibn Abbas, Ubay, dan Ibn Jubair membaca ‘maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka hingga masa yang telah ditentukan, maka berikanlah mahar mereka’.” 4

o. Dalam Tafsir Ibn Katsîr disebutkan: “Ibn Abbas, Ubay, Ka‘b, Sa‘îd bin

Jubair, dan As-Suddî selalu membaca ‘maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka —hingga masa yang telah ditentukan,

berikanlah kepada mereka maharnya [secara sempurna] sebagai suatu kewajiban’. Mujâhid berkata, ‘Ayat ini turun berkenaan dengan nikah mut‘ah.’” 5

p. Dalam Tafsir As-Suyûthî terdapat riwayat Abi Tsâbit, Abi Nadhrah,

Qatâdah, dan Sa‘îd bin Jubair tentang bacaan Ubay dan juga riwayat Mujâhid, As- Suddî, dan ‘Athâ’ dari Ibn Abbas, serta riwayat Hakam bahwa ayat ini tidak di-nasakh . Diriwayatkan dai ‘Athâ’, dari Ibn Abbas bahwa ia berkata: “Nikah mut‘ah adalah pernikahan yang telah terdapat di dalam surah An-Nisa, ‘Maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka —hingga masa sekian dan sekian dengan mas kawin sekian dan sekian ’. Di antara kedua suami istri itu tidak

1 Sunan Al-Baihaqî, jil. 7, hal. 205. 2 Syarah An- Nawawî ‘alâ Shahîh Muslim, jil. 9, hal. 179. 3 Al-Kasysyâf, karya Az-Zamakhsyarî, jil. 1, hal. 519. 4 Tafsir Al-Qurthubî, jil. 5, hal. 130. 5 Tafsir Ibn Katsîr, jil. 1, hal. 474.

B AB III: P ASAL K ETIGA 337

terdapat hak waris-mewarisi. Jika mereka rela melanjutkan (pernikahan) setelah masa itu usai, maka mereka bisa melanjutkan, dan jika mereka ingin berpisah, maka itu terserah kepada mereka ....” 1

Seluruh mufasir tersebut dan selain mereka 2 telah menyebutkan riwayat- riwayat yang telah kami sebutkan itu Dalam Tafsir ayat tersebut, dan kita

lihat bahwa dinukil dari Ibn Abbas, Ubay bin Ka‘b, Sadi bin Jubair, Mujâhid, Qatâdah, dan selain mereka bahwa mereka selalu membaca ‘maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka —hingga masa yang telah ditentukan ’. Mereka menambahkan ‘hingga masa yang telah ditentukan’ hanya sekedar untuk menafsirkan ayat tersebut. Dan sebagai saksi atas hal ini adalah terakhir penafsiran yang telah diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa ia berkata: “Maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka—hingga masa sekian dan sekian dengan mas kawin sekian dan sekian.”

Ubay juga pernah mendengar tafsir tersebut dari Rasulullah saw. Yaitu, ketika beliau menambahkan ‘hingga masa yang telah ditentukan’, beliau hanya ingin menafsirkan ayat tersebut dengan ungkapan tersebut.