Shafiy (Harta Khusus Milik Seorang Pemimpin)

5.4.3. Shafiy (Harta Khusus Milik Seorang Pemimpin)

Bentuk plural dari shafiy adalah shafâyâ. Pada masa Jahiliyah, shafiy adalah harta yang diambil oleh seorang pemimpin (untuk dirinya) dari sekian harta yang berhasil dirampas dari musuh sebelum dibagi-bagikan (secara merata).

Di dalam syariat Islam, shafiy adalah harta yang dimiliki oleh Rasulullah saw. secara murni tanpa keikutsertaan muslimin dalam kepemilikannya, baik berupa harta yang dapat dipindah-pindahkan maupun harta yang tidak dapat dipindah-pindahkan, seperti tanah dan rumah, selain saham beliau dalam khumus. 1

Seluruh penjelasan yang telah kami paparkan itu dapat dipahami dari beberapa riwayat berikut ini:

c. 2 Dalam Sunan-nya, Abu Dâwûd meriwayatkan dari Khalifah Umar bahwa Rasulullah saw. memiliki tiga shafiy: shafiy Bani Nadhîr,

Khaibar, dan Fadak .... Di dalam hadis yang lain Umar berkata: “Sesungguhnya Allah mengkhususkan kepada Rasulullah saw. dengan sebuah keistimewaan yang mana Dia tidak pernah memberikan keistimewaan tersebut kepada seorang pun dari umat manusia. Dia berfirman, ‘Dan apa saja harta rampasan [fay’] yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya [dari harta benda mereka], maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kuda pun dan [tidak pula] seekor unta pun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya terhadap siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.’ (QS. Al-Hasyr [59]:6) Dan Allah telah memberikan fay’ Bani Nadhîr kepada Rasul-Nya ....” Di dalam hadis yang lain, setelah menyebutkan ayat tersebut, ia juga berkata: “Ini semua adalah khusus untuk Rasulullah saw; daerah-daerah Arab seperti Fadak dan ini dan itu.”

d. Abu Dâwûd meriwayatkan dari Az- Zuhrî bahwa ia berkata: “Nabi saw. mengadakan perdamaian dengan penduduk Fadak dan beberapa desa, dan beliau juga mengepung sekelompok kaum yang lain. Mereka mengirimkan pesan perdamaian kepada beliau. Allah berfirman, ‘Maka segala sesuatu yang kamu dapatkan tidak dengan mengerahkan seekor kuda pun dan [tidak pula] seekor unta pun.’ Yaitu tanpa peperangan. Harta Bani Nadhîr adalah harta murni milik

1 Nihâyah Al-Lughah, karya Ibn Al-Atsîr. 2 Sunan Abi Dâwûd, kitab Al-Kharâj, bab Shafâyâ Rasulullah saw., jil. 3, hal. 141; Al-

Amwâl , karya Abu ‘Ubaid, hal. 9.

B AB III: P ASAL K ETIGA 119

Rasulullah saw. Beliau tidak menaklukkannya dengan cara paksa, tetapi muslimin menaklukkannya dengan cara perdamaian. Dari penjelasan yang telah kami paparkan itu terbukti bahwa pendapat peneliti ulung, Ibn Al-Atsîr yang telah dijelaskan di dalam Nihâyah Al- Lughah , kata [ افص] itu tidak betul. Ia berkata, ‘Shafiy adalah harta yang diambil oleh komandan laskar untuk dirinya dari harta rampasan perang (yang berhasil dirampas) sebelum dibagi-bagikan (kepada muslimin). Harta ini juga dinamakan shafiyah yang bentuk pluralnya adalah shafâyâ . Termasuk dalam masalah ini adalah hadis ‘Aisyah yang mengatakan, ‘Shafiyah termasuk harta shafiy.’ Yaitu, Shafiyah binti Huyaiy adalah salah satu harta rampasan perang Khaibar yang telah dipilih oleh Rasulullah saw. untuk dirinya. Penyebutan hal ini (shafiy dan shafâyâ) sering diulang- ulang di dalam hadis.’”

Ia melanjutkan: “Di dalam hadis Ali dan Abbas disebutkan bahwa mereka pernah menemui Umar ra. dalam keadaan mereka bertikai tentang shawâfî dari harta Bani Nadhîr yang telah diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya. Shawâfî adalah rumah dan tanah yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya atau ia meninggal dunia sedangkan ia tidak memiliki pewaris. Bentuk tunggalnya adalah shâfiyah. Al-Azharî berkata, ‘Tanah-tanah yang dimiliki oleh seorang penguasa secara murni disebut shawâfî .’”

Dan para ahli bahasa yang datang setelah Al-Azharî dan Ibn Al- Astîr mengambil arti shafiy tersebut dari mereka, seperti Ibn Mazhûr di dalam Lisân Al- ‘Arabnya, kata [ افص].

Kesimpulan pendapat mereka adalah, bahwa shafiy yang berbentuk plural shafâyâ adalah harta yang diambil oleh pemimpin perang dari harta rampasan perang yang tidak bisa dipindah-pindahkan, dan shâfiyah yang berbentuk plural shawâfî adalah harta yang dimiliki oleh seorang pemimpin secara murni yang berupa tanah dan rumah. Aku tidak tahu bagaimana hal ini dapat dibenarkan, padahal Khalifah Umar menamakan Fadak, Khaibar, dan desa-desa Arab yang lainnya sebagai harta shafiy Rasulullah saw.?

Kita juga mendapatkan Abu Dâwûd 1 yang meninggal pada tahun 275 Hijriah telah membuka sebuah bab yang berjudul Shafâyâ Rasulillah saw. Di

1 Abu Dâwûd Sulaiman bin Al- Asy‘ats As-Sijistânî, penulis kitab Sunan. Ia pernah berkata: “Aku pernah menulis hadis Rasulullah saw. sebanyak lima ratus ribu hadis.

Kupilih dari hadis-hadis itu dan kutulis dalam kitab ini, yaitu Sunan. Aku

B AB III: P ASAL K ETIGA

dalam bab ini, ia menyebutkan hal daerah-daerah yang telah disebutkan di dalam hadis Umar dan selain Umar tersebut.

Kita lihat bahwa pembagian tersebut telah diambil dari (pendapat) Al- Azharî 1 (wafat 370 H.), yaitu setelah masa waktu satu abad dari masa Abu

Dâwûd. Dan mungkin hal ini diambil dari tradisi yang sedang berlaku pada masanya, bukan dari tradisi sebelumnya, khususnya dari aliran Qarâmithah yang mana ia pernah hidup dalam tawanan mereka selama satu abad dan banyak terpengaruh oleh gaya bicara dan kehidupan mereka sehari-hari.

Kesimpulan

Shafâyâ —yang bentuk tunggalnya adalah shafiy—masih digunakan—hingga periode Abu Dâwûd —dalam arti setiap harta, seperti tanah dan rumah, yang menjadi hak miliki khusus dan murni Rasulullah saw.