D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat ditarik kesimpulan bahwa H ditolak dan H
1
diterima. Artinya, rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa yang diajarkan menggunakan strategi pembelajaran REACT dengan teknik
Scaffolding lebih tinggi secara signifikan dibanding rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa yang diajarkan secara konvensional degan strategi ekspositori.
Adanya perbedaan kemampuan koneksi matematik siswa kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol tidak terlepas dari perbedaan perlakuan
yang diterapkan pada kedua kelompok selama proses pembelajaran. Pada kelompok eksperimen diterapkan strategi REACT dengan teknik Scaffolding,
yaitu pembelajaran yang lebih terpusat kepada siswa sedangkan guru menjadi pembimbing yang mengarahkan siswa dalam belajar. Sedangkan pada kelompok
kontrol pembelajaran dilakukan secara konvensional dengan strategi ekspositori sebagaimana pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru matematika di kelas
tersebut. Pada pembelajaran secara konvensional ini guru berperan sebagai sumber dan pemberi informasi, dan siswa menerima apa yang disampaikan guru
tanpa perlu adanya proses pencarian dan menemukan terlebih dahulu. Penjelasan mengenai proses pembelajaran yang dilaksanakan pada kelompok
eksperimen dan kontrol serta hasil posttest kemampuan koneksi matematik siswa kelompok eksperimen dan kontrol diuraikan sebagai berikut.
1. Proses Pembelajaran di Kelas
Penelitian ini dilakukan dalam 9 kali pertemuan dengan rincian 8 kali pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk posttest.
Pada kelas VII.6 yang berperan sebagai kelompok eksperimen pembelajaran dilaksanakan menggunakan strategi pembelajaran REACT dengan teknik
Scaffolding. Strategi pembelajaran REACT dengan teknik Scaffolding terdiri dari berbagai kegiatan yang membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar, dimulai dari mengaitkan relating, mengalami experiencing, menerapkan
applying, bekerja
sama cooperating
dan menransfer
transferring. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut siswa diberikan pegangan
berupa LKS yang telah disusun sesuai tahapan-tahapan strategi pembelajaran REACT dan teknik Scaffolding. Peran guru adalah sebagai pembimbing dengan
memberi Scaffolding guna mengupayakan tercapainya tujuan pembelajaran. Pembelajaran matematika pada kelompok eksperimen diawali dengan tahap
relating, yaitu dengan menyampaikan materi yang akan dipelajari, memberi motivasi dengan menyampaikan manfaatnya di kehidupan sehari-hari dan pada
bidang lain, serta mengingatkan materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Siswa kemudian dibentuk dalam kelompok belajar dan
diberikan LKS yang telah disusun sesuai tahapan strategi REACT dengan teknik Scaffolding untuk membantu mereka dalam membangun konsep yang akan
dipelajari. Pada awal pertemuan proses pembentukan kelompok ini cukup memakan waktu. Siswa kemudian diminta mengamati ilustrasi yang ada pada
LKS. Untuk membantu siswa memahami ilustrasi tersebut guru memberikan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang dekat dengan kehidupan siswa. Pertanyaan
yang diajukan seperti ‘Apakah kamu pernah berjalan kaki dari rumah ke sekolah? Berapa lama waktu yang kalian butuhkan? Pernahkan kamu ke sekolah dengan
naik sepeda? Berapa lama waktu yang dibutuhkan?’. Hal ini efektif untuk memunculkan partisipasi siswa inviting student participation dalam
pembelajaran karena pertanyaan yang diberikan dapat dijawab dengan mudah oleh semua siswa namun dapat memberikan gambaran mengenai materi yang
akan dipelajari. Siswa terlihat antusias, aktif dan berlomba-lomba menjawab pertanyaan guru sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki.
Siswa kemudian diarahkan untuk menuliskan jawaban mereka pada LKS. Gambar 4.2 adalah contoh pekerjaan siswa kelompok eksperimen pada tahap relating:
Gambar 4.2 Pekerjaan Siswa Kelompok Eksperimen Pada Tahap
Relating