Kemampuan Koneksi Matematika dengan Kehidupan Sehari-hari

sehari-hari baik pada tahapan relating dan applying. Begitupula pada tahap experiencing, siswa membangun konsep yang akan dipelajari berdasarkan masalah kehidupan sehari-hari yang diberikan dalam LKS. Siswa juga diberi kesempatan untuk bereksplorasi dan diberikan bimbingan berupa pertanyaan- pertanyaan yang mengarahkan sehingga siswa lebih memahami keterkaitan antara materi perbandingan dengan masalah di kehidupan sehari-hari. Baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, indikator ini merupakan indikator dengan pencapaian tertinggi dibanding dua indikator lainnya. Hal ini terjadi pada kelompok kontrol dapat diakibatkan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari lebih sering ditemukan sehingga siswa lebih akrab dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari dibanding masalah yang melibatkan lebih dari satu konsep matematika atau dengan mata pelajaran lain. Uraian di atas menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran REACT dengan teknik Scaffolding pada pokok bahasan Perbandingan dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 11 Depok memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan koneksi matematik siswa. Pengaruh tersebut terlihat dari kemampuan siswa dalam mengaitkan antar topik matematika, mengaitkan matematika dengan mata pelajaran lain dan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan pada pembelajaran menggunakan strategi REACT dengan teknik Scaffolding siswa dibiasakan untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar dan melihat kaitan materi yang dipelajari dengan konsep lain baik dalam matematika maupun di luar matematika dengan disertai bimbingan berupa pertanyaan-pertanyaan arahan dari guru yang dapat menstimulasi pola berpikir siswa.

E. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah dilakukan agar hasil yang diperoleh maksimal. Namun demikian masih terdapat hal-hal yang di luar kendali peneliti sehingga hasil penelitian inipun memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan perbandingan, sehingga belum dapat digeneralisasikan pada pokok bahasan lain. 2. Jumlah siswa pada kelompok penelitian relatif banyak sehingga terkadang peneliti menemui kesulitan dalam membimbing siswa yang menemui kesulitan secara intensif. 3. LKS dengan materi Perbandingan yang diberikan tampaknya belum cukup memfasilitasi siswa untuk dapat terlatih mengkonstruksi konsep dengan mengaitkan topik-topik matematika. Kemampuan tersebut lebih banyak dilatih pada tahap transferring ketika siswa diberikan masalah yang melibatkan lebih dari 1 topik matematika. 4. Pemilihan kelas sebagai sampel penelitian dilakukan secara acak pada kelas yang diasumsikan memiliki kemampuan yang sama, namun asumsi tersebut belum didukung data-data yang valid dari lapangan. 5. LKS pada setiap pertemuan dikumpulkan dan dikembalikan pada pertemuan berikutnya, sehingga dapat mengurangi fungsi LKS sebagai bahan ajar untuk membantu siswa memahami konsep pelajaran. 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kemampuan koneksi matematik siswa kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan strategi REACT dengan teknik Scaffolding memiliki rata-rata 67,98. Nilai kemampuan koneksi matematik siswa pada indikator koneksi antar konsep matematika mencapai 59,47, kemampuan koneksi matematika dengan mata pelajaran lain mencapai nilai 71,59, serta kemampuan koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari mencapai nilai 76,42. Hal ini terjadi dapat disebabkan selama proses pembelajaran menggunakan strategi REACT dengan teknik Scaffolding siswa terbiasa dihadapkan dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari dan dibimbing untuk dapat memahami masalah dan mengaitkannya dengan konsep yang telah dipelajari. Sedangkan kurangnya nilai yang dicapai pada indikator koneksi antar konsep matematika dibanding indikator lainnya dapat disebabkan kurangnya pemahaman siswa akan materi yang dikaitkan dengan konsep Perbandingan. Selain itu siswa masih banyak yang menganggap materi matematika satu dengan yang lain tidak saling berkaitan sehingga mereka cenderung lupa dengan materi yang sudah dipelajari. 2. Kemampuan koneksi matematik siswa yang pembelajarannya dilakukan secara konvensional dengan strategi ekspositori memiliki rata-rata 57,50. Kemampuan koneksi matematik siswa pada indikator koneksi antar konsep matematika mencapai nilai 56,06, kemampuan koneksi matematika dengan mata pelajaran lain mencapai 58,33, dan kemampuan koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari mencapai 60,23. Hal ini dapat disebabkan karena selama proses pembelajaran siswa lebih terbiasa jika dihadapkan pada masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dibanding masalah yang berkaitan dengan konsep matematika lain atau dengan konsep pada mata pelajaran lain. 3. Siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi REACT dengan teknik Scaffolding memiliki kemampuan koneksi matematik yang lebih tinggi dibanding siswa yang pembelajarannya dilakukan secara konvensional dengan strategi ekspositori. Hal ini terlihat dari hasil analisis posttest kemampuan koneksi matematik siswa yang dilakukan menggunakan uji-t dengan hasil t hitung = 3,96 dan t tabel = 1,66 sehingga jika dibandingkan maka t hitung lebih besar dari t tabel , . Hal ini mengantarkan pada kesimpulan bahwa rata-rata hasil tes kemampuan koneksi matematik siswa yang diajar menggunakan strategi REACT dengan teknik Scaffolding lebih tinggi dibanding siswa yang diajarkan secara konvensional. Rata-rata kemampuan koneksi matematik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebesar 67,98 dan 57,50. Perbedaan rata-rata yang diperoleh ini tidak dapat dilepaskan dari perbedaan perlakuan yang diberikan pada kedua kelompok selama proses pembelajaran. Begitupula dengan nilai kemampuan koneksi matematik yang dicapai siswa pada kedua kelompok berdasarkan indikator koneksi matematik, dapat diamati bahwa siswa pada kelompok eksperimen memperoleh nilai yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol pada semua indikator. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan strategi REACT dengan teknik Scaffolding memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan koneksi matematik siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti selanjutnya yang hendak melaksanakan penelitian mengenai strategi REACT dengan teknik Scaffolding agar meneliti untuk kemampuan matematis lain yang perlu dikembangkan dan pada materi serta jenjang yang berbeda. Selain itu, pada penelitian ini variabel yang dikontrol hanya pada