kewalahan. Tapi dari keseluruhan sejumlah 200 orang sudah memanfaatkan konseling individu. Untuk layanan bimbingan karir hampir
semua kelas sudah diberikan. Secara pengajaran di kurikulum 2013 tidak masuk, pemanfaatannya sih sudah.”
1
Pada layanan bimbingan klasikal, fasilitas yang diberikan oleh kepala sekolah untuk mendukung program kerja BK berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Ramli selaku Kepala Sekolah, mengatakan bahwa: “Jelas fasilitas itu sendiri misalnya fasilitas konsultasi, jadi
silahkan jam berapapun dia bisa konsultasi, kemudian BK juga mendampingi untuk mengatasi be
rbagai masalah.”
2
Dari hasil data terkait bimbingan klasikal, penulis menyimpulkan bahwa sebagian besar layanan di sekolah berupa bimbingan klasikal hanya
terpenuhi hampir 50 hal ini dikarenakan sudah tidak adanya jadwal mata pelajaran Bimbingan dan Konseling di dalam kurikulum 2013, guru BK
hanya memanfaatkan jam-jam kosong apabila ada guru yang tidak masuk maka beliau yang menggantikan dengan jadwal bimbingan ke kelas-kelas.
Untuk mendukung berjalannya layanan, Kepala Sekolah memfasilitasi jam konsultasi untuk para siswa datang ke ruang BK untuk berdiskusi ataupun
mencurahkan pendapat dan masalah-masalahnya terutama masalah yang berkaitan dengan belajar. Seharusnya secara terjadwal bimbingan klasikal
sendiri harus memfasilitasi seluruh siswa, apabila hanya memanfaatkan konsultasi ke ruang BK maka tidak semua siswa dapat memanfaatkan
layanan bimbingan itu sendiri.
2. Layanan Orientasi
Pada layanan orientasi bertujuan untuk memungkinkan peserta didik dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah,
berupa kerjasama pihak sekolah dalam pengenalan tata tertib yang ada di sekolah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara terkait layanan orientasi
1
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno Guru BPBK, SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
2
Hasil wawancara dengan Bapak Ramli Kepala Sekolah, SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
terutama dalam hal sosialisasi dan penerapan tata tertib, menurut Bapak Ramli selaku Kepala S
ekolah mengatakan bahwa: “Ya, saya kerjasamanya saya katakan bahwa kepada guru BK tolong diterapkan tata tertibnya
kemudian juga reward dan punishment. Ada reward penghargaan kepada anak-anak yang berprestasi dan juga untuk anak-
anak yang baik.”
3
Pada layanan orientasi ada sosialisasi preventif agar siswa lebih disiplin dalam belajar, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
Sukarno selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, mengatakan bahwa: “Kalau upaya pencegahan banyak ya, artinya setiap siswa diberi
jadwal untuk diberikan pengarahan. Ada jadwal setiap siswa itu mungkin kalau jumlah siswanya sampai 400 itu mungkin jadwal pengarahannya
secara pribadi itu satu bulan satu kali.”
4
Dari hasil data terkait layanan orientasi, penulis menyimpulkan bahwa dalam melaksanakan layanan orientasi kerjasama antara kepala
sekolah dengan guru BK dalam menerapkan tata tertib di sekolah sudah cukup baik sehingga siswa lebih mengenal dan memahami tata tertib yang
ada di sekolah berupa sistem poin. Di SMKN 59 Jakarta itu sendiri diterapkan sistem poin penghargaan dan poin pelanggaran. Poin
penghargaan diberikan kepada siswa yang berprestasi dan mampu melaksanakan tugas belajar mereka sebaik mungkin, kriteria poin
ditentukan oleh sekolah. Sedangkan poin pelanggaran diberikan untuk siswa yang sering melanggar aturan sekolah, semakin banyak poin
pelanggaran maka semakin banyak sanksi yang akan mereka dapat. Di SMKN 59 Jakarta sudah ada jadwal pengarahan dalam layanan orientasi
dan sudah terjadwal pengarahan tersebut secara pribadi hingga satu bulan sekali.
3
Hasil wawancara dengan Bapak Ramli Kepala Sekolah, SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
4
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno Wakil Kepala Sekolah SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014.
3. Layanan Pengumpulan Data
Pada layanan pengumpulan data yaitu berupa kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi peserta didik, dan
lingkungan peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan layanan pengumpulan data apabila terjadi pelanggaran disiplin, menurut
Bapak Sudik Prayitno selaku guru BK mengatakan bahwa: “Mengatasi pelanggaran disiplin dengan orangtua, dengan wakasek kesiswaan sebagai
pelaporan, semua diberi tahu ini poin-poinnya bagaimana menurut pendapat mereka apakah perlu pembinaan atau diperlakukan sanksi.
Dengan memantau surat perjanjian yang dilakukan wakasek kesiswaan. Apabila kasus sudah terkumpul dan orangtua sudah diberi tahu semua
hukumannya diputuskan oleh wakasek kesiswaan. Guru BK memantau sejauh mana siswa melakukan perintah dari surat perjanjian. Koordinasi
dengan orangtua yang paling utama.”
5
Apabila ada siswa yang tidak disiplin terutama mengalami keterlambatan, maka data akan dikumpulkan dan hasilnya dilaporkan ke
wali kelas seperti hasil wawancara dengan Ibu Wiwik, beliau mengatakan bahwa: “Misalnya masalah keterlambatan, saya kumpulkan di pos dan
saya suruh jalan jongkok sekalian berolahraga biasanya dari 50 jadi 30 orang yang terlambat, berkurang lah istilahnya itu yang keterlambatan 15
menit. Biasanya yang datang lebih lama lagi saya suruh membantu membersihkan musholla apalagi di hari Jumat. Tapi kalau terlambat sudah
berkali-kali dipanggil orangtua dan hasilnya dilaporkan ke wali kelas, dan ditindak lanjuti oleh wali kelasnya.”
6
Dari hasil data terkait layanan pengumpulan data, penulis menyimpulkan bahwa layanan ini digunakan sebagai bentuk pelaporan
siswa yang bermasalah serta sebagai wadah pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling.
5
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno Guru BK SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
6
Hasil wawancara dengan Ibu Wiwik Wijayanti Guru Piket SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.