bicarakan terlebih dahulu baru kita bawa ke guru BK, lalu kita diskusikan sama-
sama.”
12
Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan, kerjasama dalam mengatasi permasalahan siswa antara guru piket, wali kelas, guru
mata pelajaran dan guru BK sudah cukup baik. Dengan mengumpulkan data catatan kasus siswa yang ada di sekolah kemudian apabila dirasa
sudah cukup berat maka guru BK bersama dengan wali kelas membicarakan masalah yang ada pada siswa tersebut kemudian sama-
sama mencari solusi terbaik untuk siswa agar mau berubah. Apabila belum ada perubahan maka dilakukan konferensi kasus dengan pemanggilan
orangtua sebagai upaya penyelesaian masalah secara bersama-sama.
4. Kolaborasi dengan Orangtua
Kolaborasi dengan orangtua merupakan layanan responsif yang penting agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya
berlangsung di sekolahmadrasah, tetapi juga oleh orang tua dirumah. Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kolaborasi dengan orang tua
dalam hal kasus penanganan siswa yang tidak disiplin belajar, menurut Bapak Sukarno, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan mengatakan
bahwa: “kasusnya itu misalnya terlambat sampai 3x berturut-turut itu dipanggil orang tua. Di sini maksimal tidak masuk itu 12x, kalau tidak
masuk 12x sudah dikeluarkan oleh sekolah. Setiap 3x tidak masuk dipanggil orangtua, kalau sampai 12x dikeluarkan”.
13
Menurut Bapak Sudik Prayitno pelayanan di sekolah belum cukup maksimal karena kurang koordinatifnya orangtua, beliau mengatakan
bahwa: “Sepertinya belum maksimal, karena jumlah guru tidak memadai. Kadang-kadang waktu yang terbatas harus melayani sekian orang, kendala
teknis. Orangtua tidak koordinatif juga, sekolah hanya dianggap seperti
12
Hasil wawancara dengan Bapak Tomi Sukito Ketua Lab.Pemasaran Wali kelas, 28 November 2014.
13
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno Wakil Kepala Sekolah, SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014.
penitipan anak, anak tidak dipantau perkembangan belajarnya oleh orangtua.”
14
Menjelaskan lebih lanjut mengenai hambatan dalam membina siswa agar lebih disiplin, Bapak Sukarno selaku wakil kepala sekolah
mengatakan bahwa: “Hambatannya dari pihak orangtua, orangtua selama sekolah gratis tidak memperhatikan anak sama sekali. Jadi orangtua tidak
pernah kontrol, dipanggil juga susah kadang-kadang. Karena sekolah gratis, orangtua kurang perhatian kepada anak dan kepada sekolah. Jadi
seolah-olah semua persoalan ditangani sekolah, padahal itu persoalan anak
nya sendiri, pihak orangtua lepas tangan”.
15
Kolaborasi dengan orangtua dalam hal penanganan keterlambatan, menurut Ibu Wiwik selaku guru piket,
mengatakan bahwa: “Ya, kalau terlambat lagi penanganannya maka kita datangkan orangtua kami mohon
bantuan kepada orangtua untuk keberangkatan pagi tolong diingatkan oleh orangtua, anak ini dibangunkan pagi dengan sholat shubuh supaya datang
ke sekolahan, apabila masih terlambat orangtua akan diberikan pengarahan.”
16
Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan bahwa kolaborasi antara pihak sekolah dengan orangtua masih dirasa kurang. Hal
ini dikarenakan sikap orangtua yang kurang peduli terhadap aktivitas belajar anaknya di sekolah. Orangtua menganggap anak mereka sudah
menjadi tanggung jawab sekolah sepenuhnya apabila di sekolah, padahal peran orangtua dirumah juga menentukan kemajuan belajar siswa di
sekolah. Seharusnya orangtua perlu bekerjasama dengan konselor agar proses bimbingan itu sendiri tidak hanya berlangsung di sekolah saja,
tetapi harus dilakukan oleh orangtuanya dirumah. Orangtua diharapkan dapat memberitahu kemajuan anaknya dirumah ke sekolah terutama
14
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Guru BPBK SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
15
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014.
16
Hasil wawancara dengan Ibu Wiwik Wijayanti Guru Piket SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014.