konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak
dicapainya jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.
35
Berdasarkan keseluruhan fungsi bimbingan dan konseling penulis menyimpulkan fungsi bimbingan dan konseling adalah
pemahaman tentang diri seorang klien, menyingkirkan segala hambatan yang dialami klien dalam mencapai kesejahteraan,
mengentaskan permasalahan yang dialami klien dan mengembangkan minat dan bakat yang dimliki klien.
4. Asas-asas bimbingan dan konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional. Sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan, dan
penyikapan yang meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan konselor terhadap kasus, pekerjaan professional itu harus dilaksanakan
dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas proses dan lain-lainnya. Dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling
kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan
pelayanan itu. Asas-asas
yang dimaksudkan
adalah asas
kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, keahlian, ahli tangan
dan tut wuri handayani Prayitno, 1987. a.
Asas Kerahasiaan Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan
dan konseling, kadang-kadang klien harus menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi rahasia kepada konselor. Oleh karena itu konselor
harus menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya dari kliennya.
35
Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005. h.57-58.
Sebagaimana firman Allah swt. Bahwa memelihara amanah dan menepati janji nerupakan salah satu karakteristik orang beruntung.
Sebagaimana firman Allah dalam surat al Mu’minun23:8;
Artinya; … Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya.
36
b. Asas Kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau klien, maupun dari
pihak konselor. Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya,
serta mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada konselor, dan konselor juga hendaknya
dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.
37
c. Asas keterbukaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik klien yang menjadi sasaran layanankegiatan bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi
dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini Guru Pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan
peserta didik klien. Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri
peserta didik yang menjadi sasaran layanankegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, Guru Pembimbing terlebih dahulu harus bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura.
36
Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005. h. 63
37
Prayitno Erman Amti, Op. Cit, h. 114-120.
d. Asas Kekinian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan
peserta didik klien dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampaupun” dilihat
dampak danatau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang.
38
e. Asas kemandirian
Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam klien.
Pada tahap awal proses konseling, biasanya klien menampakkan sikap yang lebih tergantung dibandingkan pada tahap akhir proses
konseling. Sebenarnya sikap ketergantungan klien terhadap konselor ditentukan respon-respon yang diberikan oleh konselor terhadap
kliennya. Oleh karena itu konselor dan klien harus berusaha untuk menumbuhkan sikap kemadirian itu di dalam diri klien dengan cara
memberikan respon yang cermat. Sebagaimana firman Allah swt.
Artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang
dikerjakannya….” QS.Al Baqarah2 :286.
39
f. Asas kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan
kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil usaha
38
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT.Mandiriabadi, 2000, h. 31-32.
39
Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005. h.64-65
bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu yang bersangkutan. Para pemberi layanan bimbingan dan
konseling hendaknya menimbulkan suasana individu yang dibimbing itu mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud.
g. Asas kedinamisan
Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri individu yang dibimbing yaitu
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan tidaklah sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat monoton,
melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju.
40
h. Asas keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu
konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi klien. Dalam
hal ini peranan guru, orang tua dan siswa-siswa yang lain sering kali sangat menentukan. Konselor harus pandai menjalin kerja sama yang
saling mengerti dan saling membantu demi terbantunya klien yang mengalami masalah.
41
i. Asas kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama,
norma adat, norma hukum negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun
proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian pula prosedur,
40
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008. h.49.
41
Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005. h.66.