Perkembangan Laba Perbankan Syariah

97 Pembiayaan non lancar merupakan hal yang selalu ditemukan dalam setiap kegiatan lembaga keuangan syariah. Pembiayaan non lancar bukan merupakan suatu hal yang harus dihindari, karena setiap nasabah menjalankan kegiatan ekonominya dengan kondisi dan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda. Nilai pembiayaan non lancar yang paling besar terjadi pada akhir tahun 2009 yang mencapai 4,01 dan terendah pada 2012 mencapai angka 2,22. Berdasarkan nilai tersebut, dapat dijelaskan bahwa NPF sangat mungkin untuk mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap risiko pembiayaan menemukan pembiayaan non lancar, jika ingin meningkatkan pembiayaan kepada masyarakat, pembiayaan yang tergolong non lancer pun sangat mungkin untuk ikut meningkat. Oleh karena itu, Bank Indonesia menetapkan standar berupa perbandingan persentase kategori tingkat pembiayaan non lancar dengan maksud, agar bank tidak perlu ragu dalam meningkatkan layanan jasa pembiayaan kepada masyarakat, karena yang diperhatikan adalah bukan nominal melainkan perbandingannya yang kecil. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan non lancar bank syariah di Indonesia mengalami fluktuasi yang cukup terlihat seperti yang tergambar dalam kurva diatas. Namun, dalam perkembangannya pembiayaan non lancar bank syariah di Indonesia masih menunjukkan angka yang terkontrol dibawah 5. Dengan kata lain, 98 pembiayaan non lancar bank syariah di Indonesia menunjukkan performa yang terkontrol dan bukan merupakan ukuran yang menyebabkan kondisi bank menjadi tidak sehat sampai sejauh ini.

6. Perkembangan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional

BOPO Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usahanya terutama kredit, dimana kredit menjadi pendapatan terbesar perbankan. Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank mengingat fungsi pembiayaan sebagai penyumbang terbesar bagi bank syariah. dibawah ini adalah grafik perkembangan BOPO periode tahun 2009 – tahun 2013 : 99 Gambar 4.3 Perkembangan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional BOPO periode 2009 – 2013 Sumber : Bank Indonesia Diolah Berdasakan gambar 4.3 di atas dapat kita lihat perkembangan BOPO terus menurun namun cenderung stabil dengan kisaran persentase sekitas 85 hinggan 74. Rasio BOPO sempat meningkat hingga 84,39 pada bulan akhir 2009 . Hal ini dikarenakan tingkat efisiensi pada biaya operasional bank yang kurang efisien yang kemudian akan berdampak pada laba perbankan. BOPO dalam Perbankan syariah terus mengalami penurun setiap tahunnya dikarenakan perbankan syariah mulai menerapkan efisiensi yang efektif pada pengeluaran operasional sehingga meningkatkan pula laba perbankan syariah. BOPO sempat mencapai angka terendah pada periode 84.39 80.54 78.41 74.75 78.21 68.00 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 80.00 82.00 84.00 86.00 2009 2010 2011 2012 2013 BOPO BOPO 100 2012 sebesar 74,75 terlihat karena pendapatan operasional perbankan syariah dalam periode laporan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, namun sempat mengalami kenaikan hingga sebesar 78,21 dikarenakan bank syariah banyak melakukan pembiayaan untuk meningkatkan laba perbankan syariah, seperti biaya anggaran promosi dan penambahan jumlah unit bank syariah.

7. Perkembangan Capital Adequacy Ratio CAR

Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengkontrol resiko-resiko yang timbul dan berpengaruh terhadap besarnya modal bank .Berikut adalah gambar grafik perkembangan CAR periode 2009 – 2013 :

Dokumen yang terkait

Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing To Deposit Ratio), Dan NPF (Non Performing Financing) Terhadap Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Perbankan Syariah Periode 2010-2014

1 98 90

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 62 107

Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia

0 33 104

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Return On Asset (ROA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode

1 16 131

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

5 20 120

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi Terhadap Return On Asset (ROA) Studi Kasus pada Bank Umum Syariah Devisi di Indonesia Periode 20

0 10 137

Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Non Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 18

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING FINANCING (NPF), FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), DAN BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA PERIODE 2014-2

0 0 36