Variabel Independen X Metode Analisis Data

87 beroperasi berbasis bunga tetapi dengan sistem bagi hasil. Hal ini disebabkan Islam melarang adanya riba dan dalam Islam bunga bank termasuk riba. Sebagaimana disebutkan dalam Al- Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 278-279 : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba yang belum dipungut jika kamu orang-orang yang beriman. Maka, jika kamu tidak mengerjakan meninggalkan sisa riba, maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat dari pengambilan riba maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.” Al- Qur’an, Surah 2:278-279. Kegiatan perbankan selain dilakukan oleh bangsa Arab ternyata juga dilakukan di seluruh dunia, termasuk di Eropa. Pada mulanya dalam menjalankan praktik perbankan bangsa Eropa menggunakan sistem bunga. Seiring dengan semakin majunya peradaban mereka, bangsa Eropa mulai melakukan penjelajahan dan penjelajahan. Sebagai akibatnya, perekonomian di seluruh dunia mulai di dominasi oleh bangsa Eropa. Adanya ketidakadilan dalam perekonomian ini membuat beberapa Negara muslim di dunia membuat alternatif lembaga keuangan yang terbebas dari bunga. Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaissance Islam modern : 88 neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berdasarkan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum musilimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berdasarkan Al- Qur’an dan As-Sunnah. Upaya awal penerapan sistem profit and loss sharing tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-am, yaitu adanya upaya mengelola dana jamaah haji secara non konvensional. Rintisan perbankan syariah lainnya berwujud di Mesir pada decade 1960-an dan beroperasi sebagai rural-social semacam lembaga keuangan unit desa di Indonesia di sepanjang delta sungai Nil. Lembaga dengan nama Mith Ghamr tersebut hanya beroperasi di pedesaan Mesir dan berskala kecil, namun isntitusi tersebut mampu menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan sistem finansial dan ekonomi Islam. Beroperasinya Mit Ghamr Local Saving Bank di Mesir pada tahun 1963 merupakan tonggak sejarah perkembangan sistem perkembangan Islam. Pada tahun 1967 pengoperasian Mit Ghamr diambil alih oleh National Bank of Egpt dan Bank Sentral Mesir disebabkan karena adanya kekacauan politik. Di Yordania, berdiri Bank Islam Yordania dan kemudian disusul beridirinya Bank Sosial Nasser di Mesir. Pada tahun 1975 berdiri juga IDB Islamic Bank Development dan Bank Islam Dubai di Arab Saudi beridiri atas prakarsa dari sidang menteri luar negeri dalam sidang tersebut diusulkan 89 penghapusan sistem keuangan berdasarkan bunga dan menggantinya dengan sistem bagi hasil. Pada Perkembangan selanjutnya di era 1970-an, usaha-usaha untuk mendirikan bank islam mulai menyebar ke banyak Negara. Beberapa Negara seperti Pakistan, Sudan, dan Iran, bahkan merubah seluruh system keuangan dinegara itu menjadi sistem nir-bunga, sehingga semua lembaga keuangan di Negara tersebut beroperasi tanpa menggunakan bunga. Di Negara Islam lain seperti Malaysia dan Indonesia, bank nir-bunga beroperasi berdampingan dengan bank-bank konvensional. Karim:2004:24.

2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Pendirian Bank Syariah di Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 1998, yaitu pada saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober Pakto yang mengatur deregulasi industri perbankan di Indonesia.Para Ulama juga telah berusaha mendirikan bank bebas bunga, tetapi tidak ada satupun perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali adanya penafsiran dari peraturan perundang-undangan yang ada bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0 persen. Setelah adanya lokakarya Ulama tentang bunga bank dan perbankan di Bogor Agustus 1990, kemudian diikuti dengan diundangkannya UU No.71992 tentang perbankan dimana 90 perbankan bagi hasil mulai diakomodasi, maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia BMI, yang merupakan Bank Umum Islam pertama di Indonesia. Arifin, 1999:26 Menurut Soemitra 2009:62 Pada tahun 1998 keluar UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun 1992 yang mengakui keberadaan Bank Syariah dan Bank Konvensional serta memperkenalkan Bank Konvensional membuka kantor cabang syariah. Hingga pada tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disahkan yang memberikan landasan hukum industri perbankan syariah nasional dan diharapkan mendorong perkembangan bank syariah yang selama lima tahun terakhir asetnya tumbuh 65 per tahun namun pasarnya market share secara Nasional masih dibawah 5. Undang-undang secara khusus mengenai perbankan syariah, baik secara kelembagaan maupun kegiatan usaha. Beberapa lembaga hukum baru diperkenalkan dalam UU No. 212008, antara lain yakni menyangkut pemisahan spin-off UUS baik secara sukarela maupun wajib dan Komite Perbankan Syariah. Terdapat beberapa PBI Peraturan Bank Indonesia yang secara khusus merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan telah diundangkan hingga saat ini antara lain : 1 PBI No. 1016PBI2008 tentang Perubahan Atas PBI No. 919PBI2007 tentang Pelaksaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan

Dokumen yang terkait

Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing To Deposit Ratio), Dan NPF (Non Performing Financing) Terhadap Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Perbankan Syariah Periode 2010-2014

1 98 90

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 62 107

Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia

0 33 104

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Return On Asset (ROA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode

1 16 131

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

5 20 120

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi Terhadap Return On Asset (ROA) Studi Kasus pada Bank Umum Syariah Devisi di Indonesia Periode 20

0 10 137

Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Non Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 18

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING FINANCING (NPF), FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), DAN BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA PERIODE 2014-2

0 0 36