Karakteristik SBIS Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS

55 b Kewajiban membayar sebesar 0,01 satu per sepuluh ribu dari nilai transaksi SBIS yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah dan paling banyak sebesar Rp 100.000.000,00 seratus juta rupiah untuk setiap transaksi yang dinyatakan batal. Dengan tidak mengurangi sanksi tersebut diatas, dalam hal BUS atau UUS melakukan transaksi SBIS dan atau transaksi operasi moneter syariah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter syariah, yang dinyatakan batal sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6 enam bulan, maka BUS atau UUS dikenakan sanksi berupa penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan operasi moneter syariah selama 5 hari kerja berturut-turut.

H. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Non Perfoming Finance NPF terhadap Laba Kegiatan utama bank adalah memberikan kredit kepada nasabahnya. Pemberian kredit yang sehat berimplikasi pada kelancaran pengembalian kredit oleh nasabah atas pokok pinjaman dan bunga secara langsung dapat mempengaruhi kinerja bank. Darmawi, 2006:38 Jika non performing financing NPF mengalami kenaikan maka akan mempengaruhi pada penurunan probabilitas bank karena 56 besarnya rasio NPF menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank kepada nasabah. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, yang nantinya akan berdampak pada laba perbankan syariah. Oleh karena itu peran pemerintah dalam mengatur kebijakan hal seperti ini melalui Bank Indonesia menetapkan nilai maksimal NPF pada perbankan adalah sebesar 5. NPF sebagai indikator tingkat kualitas laba, dimana NPF sebagai cakupan komponen dan kualitas aktiva produktif yang berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia dan dihitung dengan membandingkan aktiva produktif bermasalah dan aktiva produktif dari bank itu sendiri. Semakin kecil rasio NPF suatu bank, maka dapat dikatakan bank tersebut sehat. Dalam penelitian menurut Agung dan Hidayah 2008:22 dalam penilitiannya mengenai credit crunch, tingginya NPL Non Performing Loan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perbankan enggan memberikan kredit. Hal ini dikarenakan semakin tingginya NPL suatu bank maka akan berpengaruh buruk terhadap permodalannya. Menurut Dea Naufal Kharisma 2011:9 variabel NPF secara individu terhadap profitabiltas menghasilkan niali signifikansi uji t sebesar 0.516 0.05, dengan demikian berarti non performing financing tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dan 57 dengan arah negatif yang berarti semakin tinggi tingkat tingkat non performing financing maka mengakibatkan menurunnya profitabilitas. Sebab dalam kenyataanya, yang mendominasi kegiatan operasional bank syariah adalah prinsip jual beli murabahah, padahal yang menjadi ciri khas bank syariah adalah prinsip bagi hasil. Hal itu disebabkan oleh prinsip kehati-hatian bank syariah yang belum memadai sehingga dianggap berbahaya apabila terlalu banyak menyalurkan pembiayaan bagi hasil. 2. Hubungan Biaya Operasional Pada Pendapatan Operasional BOPO terhadap Laba Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya terutama kredit, dimana kredit menjadi pendapatan terbesar perbankan. Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat fungsi pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank syariah. Tingkat kesehatan pembiayaan NPF ikut mempengaruhi pencapaian laba bank Suhada, 2009. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO nya lebih dari 1. Semakin tinggi biaya pendapatan bank berarti kegiatan operasionalnya semakin tidak efisien sehingga pendapatannya juga makin kecil.

Dokumen yang terkait

Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing To Deposit Ratio), Dan NPF (Non Performing Financing) Terhadap Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Perbankan Syariah Periode 2010-2014

1 98 90

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 62 107

Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia

0 33 104

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Return On Asset (ROA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode

1 16 131

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

5 20 120

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi Terhadap Return On Asset (ROA) Studi Kasus pada Bank Umum Syariah Devisi di Indonesia Periode 20

0 10 137

Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Non Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia

0 0 18

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING FINANCING (NPF), FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), DAN BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA PERIODE 2014-2

0 0 36