84
b. Uji Fisher Uji-F
Uji Fisher Uji-F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel terikat dependen pada tingkat signifikan 0.05 5. Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan
dengan uji-F dengan pengujian, yaitu Nachrowi, 2006:16 Hipotesis :
H :
β
i
= 0 artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
terhadap variabel terikat. H
1
: β
i
≠ 0 artinya secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
terhadap variabel terikat. Bila probabilit
as α 5 → variabel bebas tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
Bila probabilitas α 5 → variabel bebas signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
3. Uji Koefisien Determinasi
Menurut Ajija 2011:34 Uji koefisien determinasi koefisien R
2
adjusted R-squared.
Koefisien determinasi
ini menunjukkan
kemampuan garis regresi menerangkan variasi variabel terikat Y yang
85
dapat dijelaskan oleh variabel bebas X. Nilai koefisien R
2
adjusted R- squared berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin baik
. E.
Operasional Variabel Penelitian 1.
Variabel Dependen Y
Laba Perbankan adalah peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang
berhubungan dengan penanaman modal tersebut termasuk didalamnya biaya kesempatan. Data yang operasional yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari tahun 2009-2013
yang dinyatakan dalam milyar rupiah.
2. Variabel Independen X
Variabel independen identik dengan variabel bebas, penjelas, explanatory variable. Variabel ini biasanya dianggap sebagai variabel prediktor atau
penyebab karena memprediksi atau menyebabkan variabel dependen Kuncoro,2009. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen
sebagai berikut : a.
Non Performing Financing X
1
Non Performing Financing NPF adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank
syariah. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu Statistik
86
Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari September 2009 hingga Desember 2013 yang dinyatakan dalam persen.
b. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional X
2
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO merupakan salah satu rasio untuk mengukur rentabilitas
BPR atau efisiensi, di hitung dengan rumus :
BOPO =
BOPO merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko operasional, yang merupakan ketidakpastian mengenai kegiatan
usaha bank. Resiko operasional berasal dari kerugian operasional bila terjaadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur
biaya operasional, dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk. Data operasional yang digunakan
dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yaitu statistic Perbankan Syariah berdasarkan
perhitungan bulanan, dari September 2009 hingga Desember 2013 yang dinyatakan dalam persen.
87
c. Capital Adequacy Ratio X
3
Capital Adequacy Ratio CAR adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang
mencakupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang
dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Suhardjono, 2002. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yaitu statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, dari September 2009 hingga
Desember 2013 yang dinyatakan dalam persen.
d. Sertifikat Bank Indonesia Syariah X
4
Menurut Arifin 2009:198, yang dimaksud Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS adalah sertifikat yang diterbitkan Bank
Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek. SBIS merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada bank syariah yang diciptakan
dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip syariah dan dapat
dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi bila terjadi kelebihan pada tingkat likuiditas. Data yang diambil berdasarkan data Bank
Indonesia periode September 2009 hingga Desember 2013 dengan milyar rupiah.