Uji Anava Tiga Jalan

commit to user 85 Pada uji homogenitas, jika p-value lebih besar dari pada nilai alpha α, maka tidak menolak null hypothesis hipotesis nol yang menyatakan bahwa variansi sampel sama atau homogen. Informasi yang diberikan pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa harga p-value tiap kriteria kelompok pada aspek kognitif diperoleh hasil lebih besar dari 0,05, sehingga tidak menolak null hypothesis hipotesis nol, maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen. Begitu pula untuk harga p-value pada prestasi belajar aspek afektif dan aspek psikomotor, dimana harga p-value tiap kriteria kelompok lebih besar dari 0,05, sehingga menerima null hypothesis hipotesis nol, maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen.

C. PENGUJIAN HIPOTESIS

1. Uji Anava Tiga Jalan

Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa nilai prestasi belajar dengan metode pemberian tugas maupun eksperimen yang ditinjau dari kreativitas dan motiasi berprestasi siswa dianalisa dengan analisis variansi 2 x 2 x 2 dengan isi sel tidak sama, dengan bantuan software minitab 15 menggunakan GLM General Linier Model, dilanjutkan uji lanjut untuk H yang ditolak. Adapun hasil pengolahan data melalui bantuan software minitab 15 dapat dilihat pada tabel 4.10. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value untuk pembelajaran menggunakan metode pemberian tugas dan eksperimen terhadap prestasi belajar sebesar 0,003 atau lebih kecil dari 0,05 berarti Ho yang menyatakan ’tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode pemberian tugas commit to user 86 dan eksperimen’ ditolak, artinya ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas dan eksperimen. Tabel 4.10 Hasil GLM untuk prestasi belajar ditinjau dari metode tugas dan eksperimen, kreativitas dan motivasi berprestasi siswa. Source Kognitif Afektif Psikomotor Metode 0,003 0,004 0,017 Motivasi Berprestasi 0,004 0,683 0,045 Kreativitas 0,000 0,035 0,330 MetodeMotivasi berprestasi 0,002 0,438 0,055 MetodeKreativitas 0,720 0,696 0,413 Motivasi berprestasiKreativitas 0,504 0,772 0,775 ModelMotivasi berprestasi Kreativitas 0,753 0,893 0,110 Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value untuk motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar sebesar 0,004 atau lebih kecil dari 0,05 berarti Ho yang menyatakan ’tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah’ adalah ditolak, berarti ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value interaksi antara metode pembelajaran Contextual teaching and Learning dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor masing-masing sebesar 0,720, 0,696 dan 0,413 atau lebih besar dari 0,05, berarti H o yang menyatakan bahwa ’tidak ada interaksi metode pembelajaran contextual teaching and learning dengan kreativitas terhadap prestasi belajar’ tidak ditolak, berarti tidak ada interaksi pembelajaran commit to user 87 metode pembelajaran contextual teaching and learning dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value untuk kreativitas terhadap prestasi belajar sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 berarti Ho yang menyatakan ‘tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah’ adalah ditolak, berarti tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value interaksi antara metode pembelajaran CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kognitif sebesar 0,002 atau lebih kecil dari 0,05 berarti H yang menyatakan bahwa ‘tidak ada interaksi metode pembelajaran CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar’ ditolak, berarti ada interaksi antara metode pembelajaran CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan pada prestasi belajar afektif dan psikomotor p-value sebesar 0,438 dan 0,055atau lebih besar dari 0,05 berarti H yang menyatakan bahwa ‘tidak ada interaksi metode pembelajaran CTL dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar’ tidak ditolak, berarti tidak ada interaksi antara metode pembelajaran CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar afektif dan psikomotor. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value interaksi antara metode pembelajaran CTL dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor masing-masing sebesar 0,720, 0,696, 0,413 atau lebih besar dari 0,05 berarti H yang menyatakan bahwa ‘tidak ada interaksi metode pembelajaran CTL dan kreativitas terhadap prestasi belajar’ tidak ditolak, berarti tidak ada interaksi antara metode pembelajaran CTL dengan kreativitas terhadap commit to user 88 prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor masing-masing sebesar 0,504, 0,772 dan 0,775 atau lebih besar dari 0,05 berarti H yang menyatakan bahwa ‘tidak ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar’ tidak ditolak, berarti tidak ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa p-value interaksi antara metode pembelajaran CTL, motivasi berprestasi, kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor masing-masing sebesar 0,753, 0,893 dan 0,110 atau lebih besar dari 0,05 berarti H yang menyatakan bahwa ‘tidak ada interaksi antara model pembelajaran CTL, kreativitas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar’ tidak ditolak, berarti tidak ada interaksi antara metode pembelajaran CTL, motivasi berprestasi, kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor.

2. Uji Lanjut Anava