commit to user 102
Berdasarkan tabel 4.10, hasil analisis variansi General Linier Model GLM prestasi belajar afektif diperoleh p-value sebesar 0,035 atau di bawah 0,05,
ini berarti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini disebabkan karena siswa yang memiliki
kreativitas tinggi memiliki minat yang tinggi pula dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan tabel 4.10 hasil analisis variansi General Linier Model
GLM prestasi belajar psikomotor diperoleh p-value sebesar 0,330 atau di atas 0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kreativitas tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar psikomotor.
4. Hipotesis Keempat
Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model GLM diperoleh harga p-value sebesar 0,002 atau lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa H
hipotesis nol ditolak, ini menunjukkan adanya interaksi antara metode pembelajaran
dengan motivasi berprestasi siswa, hal ini sesuai dengan harapan peneliti bahwa ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap
prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil uji lanjut anava pada interaksi antara metode
pembelajaran dengan motivasi berprestasi siswa, adanya interaksi disebabkan karena prestasi belajar siswa pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
diberi pembelajaran menggunakan metode pemberian tugas ternyata prestasi belajarnya lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi diberi pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah yang diberi
commit to user 103
pembelajaran metode pemberian tugas prestasi belajarnya lebih tinggi dibandingkan siswa dengan motivasi berprestasi rendah yang diberi pembelajaran
metode eksperimen. Dari hipotesis pertama telah diketahui bahwa pembelajaran elektrokimia
dengan menggunakan metode pemberian tugas memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode eksperimen. Namun hal ini
tidak sesuai jika ditinjau dari motivasi berprestasi siswa, dimana siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi justru yang diberi pembelajaran
menggunakan metode eksperimen lebih baik prestasi belajarnya bila dibandingkan menggunakan metode pemberian tugas. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi tentu akan lebih mudah menyesuaikan suasana pembelajaran dalam berbagai metode pembelajaran. Karena siswa yang memiliki
motivasi yang tinggi mempunyai kemauan dan dorongan yang kuat dalam belajar, dalam kondisi apapun siswa tidak mudah menyerah bila mengalami kesulitan,
selalau berusaha untuk menemukan penyelesian akan materi yang dihadapi. Selanjutnya adanya harapan untuk memperoleh pengetahuan yang baru, siswa
yakin bahwa apa yang mereka selidiki terhadap materi yang ditanyakan akan memberikan pengetahuan yang sebelumnya belum pernah diketahui oleh siswa.
Serta adanya penghargaan dalam berprestasi di akhir pembelajaran mendorong siswa untuk lebih aktif.
Kedua metode pembelajaran ini mempunyai karakteristik yang berbeda, bila di dalam metode pemberian tugas dibutuhkan kemampuan kognitif yang
menonjol dan ketrampilan, akan tetapi di dalam metode eksperimen dibutuhkan ketrampilan dan motivasi yang menonjol. Siswa yang memiliki motivasi
commit to user 104
berprestasi tinggi apabila dikenai pengajaran dengan metode eksperimen akan mempunyai perbedaan prestasi belajar dengan siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi tetapi dikenai pengajaran dengan metode tugas, sebab keberhasilan metode eksperimen dibutuhkan adanya ketrampilan, daya kreasi
yang tinggi, serta motivasi yang tinggi pula. Sehingga siswa yang memiliki motivsi berprestasi tinggi sangat sesuai dengan penerapan metode eksperimen,
siswa merasa sangat antusias dan mampu mengoptimalkan seluruh kemampuan mereka dalam pembelajaran. Pada akhirnya hasil belajar siswa lebih optimal bila
dibandingkan dengan siswa yang bermotivasi tinggi diberi metode pemberian tugas. Begitu pula sebaliknya metode eksperimen kurang sesuai bila diterapkan
pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, sehingga hasil belajarpun kurang optimal bila dibandingkan dengan siswa yang diberi metode pemberian
tugas yang sama-sama memiliki motivasi berprestasi rendah. Hal inilah yang menyebabkan interaksi penggunaan model pembelajaran CTL melalui metode
pemberian tugas dan eksperimen dengan motivasi berprestasi siswa. Berdasarkan tabel 4.10 hasil analisis variansi General Linier Model
GLM diperoleh p-value pada prestasi belajar afektif dan psikomotor masing- masing sebesar 0,438 dan 0,055, atau di atas nilai α yakni 0,05. Ini berarti
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode pemberian tugas dan eksperimen dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar afektif
maupun psikomotor.
5. Hipotesis Kelima