Hipotesis Kedua PEMBAHASAN HASIL ANALISIS

commit to user 97 tugas dimana siswa lebih aktif dan inovatif dalam menyusun rencana pembelajarannya. Sehingga prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran menggunakan metode pemberian tugas lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Berdasarkan Tabel 4.10 hasil analisis variansi General Linier Model GLM diperoleh harga p-value 0,004 atau di bawah 0,05, ini berarti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara metode pemberian tugas dan eksperimen terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini dapat diperjelas berdasarkan gambar 4.4, dimana prestasi belajar afektif siswa yang diberi pembelajaran metode eksperimen lebih baik dibandingkan dengan metode pemberian tugas. Dalam penerapan metode eksperimen lebih dominan untuk menciptakan sikap eksploratif dibandingkan dengan penerapan metode pemberian tugas. Berdasarkan tabel 4.10 hasil analisis variansi General Linier Model GLM diperoleh harga p-value 0,017 atau di bawah 0,05, ini berarti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan metode pemberian tugas dan eksperimen terhadap prestasi belajar psikomotor. Hal ini dapat dipertegas dengan gambar 4.5, dimana prestasi belajar psikomotor siswa yang diberi pembelajaran metode eksperimen lebih baik dbandingkan metode pemberian tugas. Hal ini disebabkan pada metode eksperimen lebih terampil dan eksploratif dalam mengikuti pembelajaran.

2. Hipotesis Kedua

Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model GLM pada prestasi kognitif diperoleh harga p-value sebesar 0,004 atau lebih kecil dari 0,050 commit to user 98 berarti H hipotesis nol ditolak. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif siswa. Motivasi berprestasi merupakan dorongan dasar seseorang untuk berusaha menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya dengan tidak menunda-nunda. Dorongan yang timbul dapat berasal dari dalam maupun dari luar. Dorongan yang timbul dalam diri siswa karena adanya kebutuhan siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru, sedangkan dorongan yang timbul dari luar karena adanya motif tersendiri dari luar pribadi siswa, seperti mendapat penghargaan, asessment. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki keinginan dan hasrat yang besar untuk berhasil dalam mengikuti pembelajaran, sehingga terlihat dalam bertindak selalu aktif dalam mencari sumber pembelajaran dari berbagai media. Ciri-ciri seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi antara lain 1 adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2 adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3 adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4 adanya penghargaan dalam belajar; 5 adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 6 adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik . Didalam pembelajaran kimia menggunakan metode tugas dan eksperimen sangatlah diperlukan motivasi setiap siswa. Karena sebagai faktor pendukung berhasilnya pelaksanaan metode pembelajaran yang direncanakan oleh guru. Seperti metode tugas dalam penelitian ini yang mengharuskan siswa mampu menyelesaikan masalah secara mandiri maupun kelompok, siswa aktif dalam menentukan langkah-langkah penyelesaian, menyusun rancangan kerja, aktif mencari sumber belajar yang diperlukan, serta meringkas bagian-bagian commit to user 99 terpenting hingga menjadi sebuah materi yang substantif. Hal inilah yang dibutuhkan setiap siswa berupa motivasi berprestasi yang diharapkan muncul dari dalam diri siswa. Begitu pula dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Pada metode ini peran motivasi siswa sangat penting dalam kegiatan eksperimen di laboratorium. Karena bila dalam melaksanakan eksperimen tidak landasi adanya motivasi, suasana pembelajaranpun berjalan kurang menarik dan terkesan monoton. Siswa dalam melakukan eksperimen di laboratorium selalu mengamati dan mencermati setiap proses dan hasil proses. Oleh karenanya siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, setiap perubahan keadaan merupakan hal yang penting yang menimbulkan pertanyaan untuk mampu dipecahkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah pada prestasi kognitif siswa. Hal ini berarti siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memperoleh prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Hal ini sesuai dengan harapan peniliti bahwa motivasi berprestasi akan berpengaruh terhadap prestasi belajar materi elektrokimia. Dilihat dari karakter materinya, elektrokimia merupakan materi yang cukup sulit dipahami oleh setiap siswa. sehingga dasar yang dibutuhkan dalam mengikuti materi ini adalah bagaimana minat dan respon siswa agar tetap fokus dalam menekuni materi pelajaran. Bila siswa sudah tidak lagi berminat dan merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran, pencapaian tujuan belajarpun kurang maksimal. Minat dan respon siswa hanya timbul dari dorongan siswa, dorongan inilah yang merupakan motivasi dalam mamacu minat dan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran commit to user 100 khususnya materi elektrokimia yang dianggap sulit bagi siswa. Sangatlah jelas bila siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi tentu keinginan dan kemauan yang kuat dalam belajar. Sehingga karakter materi sesulit apapun akan dapat teratasi oleh siswa. Hal sebaliknya bila siswa yang memiliki motivasi rendah, tentunya keinginan dan kemauan yang kurang dalam belajar. Sehingga berakibat pada hasil belajar yang tidak maksimal. Hal inilah yang menyebabkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memperoleh preatasi belajar yang maksimal dibandingkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Pada prestasi belajar afektif, tidak terdapat pengaruh antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Sedangkan pada prestasi belajar psikomotor, tidak terdapat pengaruh antara motivasi berprestasi tinggi maupun rendah. Hal ini disebabkan karena pada materi elektrokimia mengharuskan siswa untuk terampil dalam mengkaitkan obyek materi dengan obyek yang ada dilingkungan sekitar mereka. Melalui pembejaran secara langsung ini, siswa akan lebih aktif dalam belajar sehingga akan meningkatkan pula hasil belajar pada aspek psikomotor siswa baik yang memiliki motivasi tinggi maupun rendah.

3. Hipotesis Ketiga