14
b. Tahapan Pendekatan Inkuiri Terstruktur
Tahap pelaksanaan pendekatan inkuiri terstruktur terdiri dari empat fase, yaitu penyajian masalah, berhipotesis, melakukan percobaan,
mengkomunikasikan hasil percobaan.
13
Tabel 2.2 Tahapan Pendekatan Inkuiri Terstruktur Fase
Perilaku guru
Pertanyaan atau masalah Mengidentifikasi masalah dan masalah
dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.
Berhipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk memberikan pendapat dalam bentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan
dan memprioritaskan
hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.
Melakukan percobaan
untuk memperoleh
informasi Guru membimbing siswa mendapatkan
informasi melalui percobaan Mengkomunikasikan hasil
percobaan Guru memberi kesempatan kepada setiap
kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul
Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan
c. Kelebihan dana Kekurangan Pendekatan Inkuiri Terstruktur
Menurut Suryo Subroto dan Henik Ismawati, ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri terstruktur, antara lain:.
14
1 Menerapkan pengetahuan dalam situasi yang berbeda
13
Sri Anggraeni, Hakikat pembelajaran IPA. Pengajar Jurusan Pendidikan Biologi F- MIPA UPI Bandung.
14
Henik Ismawati, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Sains-Fisika melalui Pembelajaran Inkuiri Terstruktur untuk Sub-Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya. Skripsi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 2007.
15
2 Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi
pengetahuan 3
Mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sehari-hari 4
Memperoleh dan menganalisa informasi menjadi lebih terampil Pendekatan inkuiri terstruktur juga memiliki kelemahan,
diantaranya: a
Diharuskan adanya persiapan mental b
Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas yang besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-
teori. c
Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan
pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri terstruktur ini.
3. Berpikir Kritis Siswa
a. Pengertian Berpikir Kritis
Kata berpikir memiliki beberapa pengertian menurut ahli, seperti yang dikemukakan oleh beberapa aliran psikologi, antara lain:
15
1 Psikologi Asosiasi mengemukakan, bahwa berpikir itu tidak lain
daripada jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh hukum asosiasi. Pendapat ini menjelaskan bahwa tanggapan-tanggapan
merupakan dasar bagi semua aktivitas kejiwaan. 2
Aliran Behaviorisme, berpendapat bahwa berpikir merupakan gerakan-gerakan reaksi yang terjadi akibat rangsanagan dari luar.
Dalam penyelidikannya
terhadap tingkah
laku manusia,
Behaviorisme hanya mau tau soal tingkah laku luar badaniah saja. 3
Psikologi Gestalt memandang bahwa berpikir merupakan suatu aktifitas psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat diamati oleh
15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 44.