Pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap berpikir kritis siswa pada materi laju reaksi

(1)

(Sebuah Penelitian Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

IKA DESTARI AULLIA 109016200001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016


(2)

(3)

Skripsi

be{udul "Model

Pembelajaran

Inkuiri

Berpikir

Kritis

Siswa Pada Materi

Laju

Reaksi" disusun oleh Ika Destari

Aullia

,

NIM.

109016200001, diajukan kepada Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan

Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri

Of$

Syarif Hidayatullah Jakarla,

dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqosah padatanggal 30 Juni 2016

dihadapan Dewan Penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar


(4)

(5)

i

Ika Destari Aullia, NIM. 109016200001, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Judul : “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Terhadap Berpikir Kritis Siswa pada Materi Laju Reaksi”. Penelitian kuasi eksperimen di kelas XI SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap berpikir kritis siswa dalam pembelajaran kimia pada materi laju reaksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent control group design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui instrument tes yang kemudian dianalisis dengan uji t. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada taraf signifikansi 5% nilai thitung sebesar 4,047 lebih besar dari ttabel sebesar 1,998 sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap berpikir kritis siswa diterima. Dengan demikian, pembelajaran kimia yang menggunakan model inkuiri terstruktur dapat membantu meningkatkan berpikir kritis siswa dengan memperoleh nilai rata-rata N-gain sebesar 0,33 yang berarti peningkatan berpikir kritis siswa tergolong sedang.


(6)

ii

Ika Destari Aullia, NIM. 109016200001, Chemistry Education Studies Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiya and Teachers Training, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Title : “ The Effect of Inquiry Structured Model on Critical Thinking on Material Rate of Reaction”. Quasi -experimental studies in class XI SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan. This study aims to determine the effect of inquiry structured model of critical thinking skills in chemistry learning especially on material rate of reaction. The method used in this study is quasi-experimental research with nonequivalent control group design. The sample used in this study were taken by purposive sampling technique, data collecting techniques acquired through test instrument which is analyzed by using the t test. The result showed that at 5% significance level, we found the tcount is 4,047 greater than the ttable is 1,998 so the hypothesis that said

there are significant affect from Inquiry structured model on critical thinking accepted. This inqury structured model can improve students’ critical thinking skills with obtaining the average value of N-gain about 0,33 which means that classification of increase the students’ critical thinking skills is medium-g


(7)

iii

Puji syukur selalu terpanjatkan kepada Allah SWT atas segala curahan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya yang tiada tara kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap berpikir kritis siswa pada materi laju reaksi” untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1)

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang senantiasa memberikan bantuan berupa bimbingan, dukungan, saran, pemikiran, serta tenaga yang sangat membantu penulis dalam penyelesaiian skripsi ini, diantaranya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Burhanudin Milama, M.pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) sekaligus penasehat akademik angkatan 2009. Yang telah sabar meluangkan waktunya untuk memberikan nasehat dan saran sehingga skripsi ini terselesaikan.

4. Bapak Tonih Feronika., M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

5. Ibu Salamah Agung., Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan

6. Ibu Nanda Saridewi M.Si, selaku dosen penguji I


(8)

iv

ridho dalam setiap langkahku sehingga semuanya dapat berjalan dengan lancar. Terimakasih atas curahan kasih sayang kalian, semoga Allah senantiasa memuliakan kalian dunia dan akhirat

9. Mas Hendra Agung Saputra., suamiku tersayang yang telah menjadi motivasi dan semangat baru dalam hidupku. Terimakasih atas semangat, do’a dan kesabarannya dalam mendampingiku.

10.Ifan Kurnia, adikku tersayang terimakasih sudah menjadi saudara yang menyenangkan, semoga Allah SWT menumbuhkan semangat belajar lagi untukmu.

11.Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009 Khususnya Anita Eka Pratiwi, Silvy Taqwa, Maharani Intan Kartika, Desy Rositasari, Syifa Leonita, Nur waljiniana yang senantiasa memberiku semangat dan motivasi, terimakasih kawan, aku tak akan melupakan kalian.

12.Rekan-rekan seperjuangan di detik-detik terakhir skripsi ini Maharani Intan Kartika, Iis Shaliha, Marfuah, Gina Agnia Firdausi yang saling memberikan semangat dan motivasinya dalam penyelesaiian skripsi ini.

13.Pihak-pihak lainnya yang turut membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas semua kebaikan, do’a, motivasi, serta bantuan yang telah kalian berikan kepada penulis. Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi penulis, melainkan bagi para pembaca. Penulis hanyalah manusia yang tak pernah luput dari kesalahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk skripsi ini.

Ciputat, 2016 Penulis


(9)

v

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

ABSTRAC ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 4

C.Batasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis ... 6

1. Pendekatan Inkuiri ... 6

2. Pendekatan Inkuiri Terstruktur ... 12

3. Berpikir Kritis Siswa ... 15


(10)

vi

C. Kerangka Berpikir ... 39

D. Pengajuan Hipotesis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

B. Metode dan Desain Penelitian ... 41

1. Metode Penelitian ... 41

2. Desain Penelitian ... 41

C. Populasi dan Sampel ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Instrument Penelitian ... 43

F. Kalibrasi Instrumen ... 44

1. Validitas ... 44

2. Reliabilitas ... 45

3. Tingkat Kesukaran ... 46

4. Daya Pembeda ... 47

G. Teknik Analisis Data ... 49

1. Uji Normalitas ... 49

2. Uji Homogenitas ... 49

3. Uji Normalitas Gain ... 50

4. Uji Hipotesis ... 50

H.Hipotesis Statistik ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 52

1. Hasil Pretes ... 52

2. Hasil Postes ... 54

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 55

1. Uji Normalitas ... 55


(11)

vii

1. Uji Hipotesis ... 58 2. Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 63 B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(12)

viii

Tabel 2.1. Sintak Pembelajaran Inkuiri ... 9

Tabel 2.2. Tahapan Pendekatan Inkuiri Terstruktur... 14

Tabel 2.3. Pemikir Kritis dan Bukan Pemikir Kritis ... 20

Tabel 2.4. Indikator Berpikir Kritis ... 22

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 42

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Berpikir Kritis ... 44

Tabel 3.3. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 45

Tabel 3.4. Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 46

Tabel 3.5. Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 47

Tabel 3.6. Interpretasi Daya Pembeda Soal ... 48

Tabel 4.1. Hasil Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 52

Tabel 4.2. Persentase Ketercapaian Indikator Berpikir Kritis (pretes) ... 53

Tabel 4.3. Hasil Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 54

Tabel 4.4. Persentase Ketercapaian Indikator Berpikir Kritis (postes) ... 55

Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes ... 56

Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas Pretes dan Postes ... 57

Tabel 4.7. Nilai Rata-rata Hasil Uji N-gain Pretes dan Postes ... 58

Tabel 4.8. Hasil Uji Hipotesis Data Pretes ... 58


(13)

ix

Gambar 2.1. Diagram Perubahan Konsentrasi Pereaksi dan Hasil Reaksi ... 28

Gambar 2.2. Tumbukan Efektif dan Tumbukan Tidak Efektif ... 30

Gambar 2.3. Energi yang Dapat Menghasilkan Reaksi ... 30

Gambar 2.4. Diagram Potensial Reaksi Eksoterm dan Endoterm ... 31

Gambar 2.5. Grafika Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi ... 33

Gambar 2.6. Gambar Tumbukan Antar Partikel ... 33

Gambar 2.7. Grafik Pengaruh Luas Permukaan Terhadap Laju Reaksi ... 34

Gambar 2.8. Gambar Tumbukan Antar Partike pada Suhu Rendah ... 34

Gambar 2.9. Grafik perubahan Suhu Terhadap Laju Reaksi ... 35

Gambar 2.10. Diagram Energi Potensial ... 36


(14)

x

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 69

Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Tes Berpikir Kritis ... 98

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Berpikir Kritis ... 105

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Tes Berpikir Kritis Siswa ... 107

Lampiran 5. Hasil Uji Perhitungan Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Instrumen ... 109

Lampiran 6. Instrumen Penelitian ... 112

Lampiran 7. Jawaban dan Kriteria Skor Instrumen Berpikir Kritis Siswa ... 115

Lampiran 8. Hasil Pretes dan Postes Kelas Kontrol ... 125

Lampiran 9. Hasil Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 126

Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol ... 135

Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen ... 136

Lampiran 12. Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol ... 137

Lampiran 13. Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen ... 138

Lampiran 14. Perhitungan Uji Homogenitas Pretes dan Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 139

lampiran 15. Perhitungan Uji N-gain ... 140

lampiran 16. Perhitungan Uji Hipotesis (pretes) ... 142

lampiran 17. Perhitungan Uji Hipotesis (postes) ... 143

lampiran 18. Perhitungan Persentase Indikator Berpikir Kritis ... 144

lampiran 19. Hasil Uji N-gain Persentase Indikator Berpikir Kritis ... 152 Lampiran 25. Lembar Uji Referensi

lampiran 23. Surat Bimbingan Skripsi


(15)

1

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek yang paling penting dalam suatu negara, karena melalui pendidikan tercipta subjek-subjek (manusia) yang mampu mengembangkan negaranya, seperti berpikir kritis, kreatif, dan mampu menyelesaikan masalah. Hal ini senada dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan yang menyatakan bahwa, pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang aktif dan dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sendiri.1

Suatu negara yang pendidikannya lemah atau buruk dapat dikatakan bahwa negara tersebut sulit untuk berkembang bahkan dapat dikatakan negara yang lemah. Sebaliknya, jika negara tersebut memiliki pendidikan yang baik maka negara tersebut dapat berkembang dan menjadi negara yang kuat. Hal tersebut tercermin dalam Undang-undang Republik Indonesia yang merupakan dasar pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.2 untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan dengan berpedoman pada suatu kurikulum.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu muatan kurikulum yang wajib dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. IPA merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya penguasaan fakta, konsep, maupun prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.3

1

Tim Penyusun, Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Indonesia), h. 2.

2

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

3


(16)

Pembelajaran IPA tidak hanya menyampaikan informasi (fakta) dan pemahaman materi namun juga memperhatikan pengembangan kemampuan lain, seperti kemampuan menggunakan peralatan dan mennyelesaikan masalah, bahkan sampai pada pengembangan sikap, apresiasi, dan minat.

Pembelajaran IPA dapat dibangun berbagai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Adapun kekuatan pembelajaran IPA untuk membangun kemampuan berpikir kritis siswa terletak pada kemampuan merumuskan hipotesis, yang menjadi acuan dikembangkannya berbagai berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir ini kurang dapat dikembangkan pada pembelajaran IPA tanpa eksperimen atau praktikum, seperti halnya pembelajaran IPA yang ditemukan di sekolah-sekolah di Indonesia pada umumnya.4

Berpikir adalah kegiatan akal untuk mengolah pengetahuan yang kita terima melalui pancaindra, dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran istilah berpikir dipergunakan untuk menunjukan suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan terarah.5 Berpikir kritis adalah salah satu sisi menjadi orang kritis. Pikiran harus terbuka, jelas dan berdasarkan fakta.6 Terdapat dua pandangan yang mewarnai sistem pendidikan ditanah air, yakni pendidikan yang banyak dipengaruhi oleh teori pembelajaran behavioristik dan teori pembelajaran yang bersifat konstruktivistik.

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis baik pendapat pribadi dan pendapat orang lain. 7 Berpikir kreatif dan kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan

4

Susuwi, Analisis Keterampilan Proses Sains SMA pada Model Pembelajaran Praktikum D-Ei-Hd”, Jurnal Pengajaran MIPA Vol.14, 2009, h. 3.

5

Ibid,. h. 3

6

Radno Harsanto.2005.Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis, dan Kreatif. Jakarta: PT Grasindo

7

Alwasilah Chaedar.2002.Contextual Teaching andLlearning (Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna).Bandung : Mizan


(17)

pertanyaan inovatif, dan merancang solusi yang orisinal. Apabila anak-anak diberi kesempatan untuk menggunakan pemikiran dalam tingkatan yang lebih tinggi di setiap tingkat kelas, pada akhirnya mereka akan terbiasa membedakan antara kebenaran dan kebohongan, penampilan dan kenyataan, fakta dan opini, pengetahuan dan keyakinan, tujuan berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti maksud dibalik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Pemahaman mengungkapkan makna di balik suatu kejadian.

Menurut Halpern, berpikir kritis adalah memperdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan. Mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mesintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi dan mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. 8

Pendekatan inkuiri terstruktur merupakan pendekatan dimana siswa mengikuti dengan tepat instruksi guru untuk menyelesaikan kegiatan hand-on

dengan sempurna.9 Dan klasifikasi inkuiri menurut Ronald J. Bonnstetter adalah kegiatan inkuiri terstruktur ini dimana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa sedangkan untuk inkuiri terbimbing yaitu siswa diberikan kesempatan bekerja untuk merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan untuk hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh guru10.

Materi pokok sistem Laju Reaksi merupakan salah satu materi kimia yang sangat sering dijumpai dilingkungan sekitar dan dapat dengan mudah

8 Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pembelajaran yang Mengembangkan Critical Thinking. Jakarta : Perpustakaan Nasional

9

Rustaman., dan Nuryani. Strategi Belajar Mengajar IPA….h.76

10

Ronald J. Bonnstetter and, Inquiry: Learning from the Past with an Eye on the Future , Electronic Journal of Science Education V3 N 12 December 2009 University of Nebraska, Lincoln. 2014


(18)

langsung diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, banyak kejadian-kejadian di sekeliling kita yang dapat dihubungkan dengan konsep yang terdapat dalam materi Laju Reaksi. Kesulitan siswa untuk memahami materi-materi Laju Reaksi di sekolah diperkirakan karena metode pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran selama ini adalah mementingkan ketuntasan materi pembelajaran saja, sedangkan dalam proses belajar mengajar siswa tidak di arahkan atau dibimbing untuk menemukan sendiri konsep tetapi langsung diberikan masukan oleh guru pengajarnya, sehingga pembelajaran yang dilakukan kurang berkesan bagi siswa. Sedangkan siswa lebih senang melakukan proses pembelajaran dengan berbaur dengan sesama siswa atau teman mereka.

Materi laju reaksi ini termasuk salah satu pembelajaran kimia yang bersifat konkrit maka akan lebih mudah dipahami oleh siswa apalagi di dukung dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, jadi siswa dilatih untuk berpikir kritis dan dapat mengemukakan pendapat yang dihasilkan dari pemikiran mereka sendiri sehingga diharapkan dengan menggunakan keterampilan berpikirnya konsep yang mereka peroleh akan lebih mudah untuk dipahami dan dikuasai oleh mereka.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap berpikir kritis siswa pada materi laju reaksi.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Pembelajaran pada materi laju reaksi cenderung konvensional

2. Banyak guru yang mengabaikan berpikir kritis siswa didalam proses pembelajaran.


(19)

C.Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini menjadi terarah, ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah inkuiri terstruktur 2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah berpikir kritis siswa 3. Materi yang diteliti dibatasi pada materi laju reaksi

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti merumuskan masalah yaitu “ Apakah model pembelajaran inkuiri terstruktur dapat mempengaruhi berpikir kritis siswa?”

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitain

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengaruh pendekatan Inkuiri terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada materi Laju Reaksi kelas XI SMAN 12 Kota Tangerang Selatan, adapun manfaat penelitian adalah :

1. Bagi siswa : mampu mengembangkan berpikir kritis melalui model inkuiri terstruktur

2. Bagi guru : mendorong guru untuk mengembangkan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran inkuiri terstruktur.

3. Bagi peneliti : menambah wawasan peneliti mengenai model pembelajaran inkuiri terstruktur dan berpikir kritis siswa


(20)

6

A. Deskripsi Teoritis 1. Pendekatan Inkuiri

a. Penggertian Pendekatan Inkuiri

Menurut Philips Alexander Towndro dan Taik Aik Ling dalam

Nasional Science Educatiom Standart dalam mendefinisikan inkuiri adalah aktifitas beraneka segi yang meliputi observasi, membuat pertanyaan, memeriksa sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa kembali menurut bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasi data, mengajukan jawaban, penjelasan, dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil eksperimen. Inkuiri memerlukan identifikasi asumsi, berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif.1

Inkuiri menciptakan pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga memungkinkan siswa menjadi pelajar sepanjang hayat. Inkuiri melibatkan komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang, peluang dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang logis, objektif dan bermakna, serta untuk melaporkan hasil-hasil kerja siswa.2

1

Philips Alexander dan tan aik ling, promoting inquiri through science reflection journal writing, euresia journal of mathematics, science and tekhnology education,2008,4(3) h.279-283

2

Alberta Learning, Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-based Learning, 44 Capital Boulevard, Street NW, Edmonton, Alberta,Canada,. 2004. H.7


(21)

Pendekatan inkuiri merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan.3 Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran dimana siswa melibatkan diri mereka dalam proses penyelidikan. Merumuskan pertanyaan dan memecahkan masalah, kegiatan seperti ini untuk mengasah keterampilan proses agar hasil belajar siswa menjadi lebih baik lagi. Guru berkewajiban mendorong siswa untuk melakukan kegiatan, kadang kala guru perlu menjelaskan, membimbing diskusi, memberikan intruksi-intruksi, mengajukan pertanyaan, memberikan kritik dan saran kepada siswa.4

Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman, mulai dari merumuskan masalah, mengumpulkan data/informasi, mengajukan pertanyaan membuat hipotesis, melakukan percobaan, dan membuat kesimpulan. Tujuan utama inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah. Siswa diharapkan dapat menyelidiki mengapa suatu peristiwa dapat terjadi serta mengumpulkan dan mengolah data secara ilmiah untuk mencari jawabannya. Pendekatan ini lebih menekankan pada pencarian (search) pengetahuan dibandingkan perolehan (acquisitori) pengetahuan.

b. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran Inkuiri

Ronald J. Bonnstetter mengemukakan enam jenis pendekatan inkuiri, yaitu:5

3

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2008), h. 191

4

Ken Gilberston. Timothy Bates, Terry McLaughlin, and Alan Ewert, Outdoor Education : Method and Strategies, (United States: Human Kinetics, 2006), h.120.

5

Ronald J. Bonnstetter and, Inquiry: Learning from the Past with an Eye on the Future , Electronic Journal of Science Education V3 N 12 December 2009 University of Nebraska, Lincoln. 2014


(22)

1) Structured Science Experience

Siswa diharuskan mencari kesimpulannya sendiri berdasarkan fakta-fakta. Dalam rangkaian inkuiri memberikan sebuat struktur yaitu berupa tahapan utama untuk guru dan siswa. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan proses yang diberikan oleh guru

2) Guided Inquiry

Dalam inkuiri terbimbing guru menentukan topik, pertanyaan dan menentukan bahan, dan siswa harus merancang penyelidikan, analisis hasil dan mencari kesimpulan sesuai dengan fakta yang di dapat.

3) Student Directed Inquiry

Siswa bertanggung jawab atas topik umum dan sedikit bimbingan dengan pertanyaan.

4) Student Research

Pada tahapan ini siswa memerlukan dukungan dan bimbingan dari guru. Guru harus memahami cara membantu siswa agar tertarik dan dapat melakukan penelitian.

5) Open-Ended Inquiry

Dalam inkuiri ini, guru memfasilitasi proses siswa memilih pertanyaannya dan berinkuiri.

6) Teacher-collaborative Inquiry

Disini guru dan siswa melakukan penyelidikan, dan bersama memilih pertanyaan dan strategi untuk menemukan jawaban yang pada awalnya tidak diketahui.

Alan Colburn mengemukakan empat jenis pendekatan inkuiri, yaitu: 6

1) Structured Inquiry (inkuiri terstruktur)

Dalam inkuiri terstruktur, siswa akan mengadakan penyelidikan dan penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang disediakan guru.

6


(23)

2) Guided Inquiri (Inkuiri Terbimbing)

Siswa mengadakan penyelidikan berdasarkan pertanyaan dari guru, tapi siswa yang menentukan prosedur penyelidikannya.

3) Open Inquiry (Inkuiri Terbuka)

Pada inkuiri terbuka, siswa melakukan penyelidikan berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang mereka bentuk.

4) Learning cycle (siklus belajar)

Pada siklus belajar ini murid mengikuti prosedur panduan yang diberikan oleh guru dan selanjutnya guru membahas hasil temuan para siswa.

c. Sintak Pembelajaran Inkuiri

Adapun Sintak Pembelajaran Inkuiri secara ringkas kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan pada Tabel 2.1.7

Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Inkuiri

Fase Perilaku Guru

Menyajikan pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa

mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok

Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada

siswa untuk memberikan pendapat dalam bentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan

7

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana,2009). H,.172


(24)

Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa menyusun langkah-langkah percobaan.

Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan

Mengumpulkan dan

menganalisa data

Guru memberi kesempatan pada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat

kesimpulan

d. Karakteristik Pendekatan Inkuiri

Menurut Carol C Kuhlthau dan Ross J Todd ada enam karakteristik inkuiri terstruktur, yaitu : 8

1) Siswa belajar aktif dan terefleksikan pada pengalaman

Pembelajaran sebagai proses aktif individu, bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada sesuatu dilakukan oleh seseorang. Pembelajaran sebuah kombinasi dari tindakan dan refleksi pada pengalaman.

2) Siswa belajar berdasarkan pada apa yang diketahui

Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk dasar untuk membangun pengetahuan baru.

3) Siswa mengembangkan rangkaian berpikir dalam proses pembelajaran melalui bimbingan

Rangkaian berpikir kea rah yang lebih tinggi memerlukan proses yang mendalam yang membawa kepada sebuah pemahaman. Proses

8

Carol C Kuhlthlau dan Ross J Todd, 2006,. Guided Inquiry: A Framework For Learning Through School Libraries In 21thCentury School”


(25)

yang mendalam memerlukan waktu dan motivasi yang dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang otentik mengenai objek yang telah digambarkan dari pengalaman keingintahuan siswa 4) Perkembangan siswa terjadi secara bertahap

Perkembangan siswa melalui tahap perkembangan kognitif, kapasitas siswa untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur. Perkembangan ini merupakan proses kompleks yang meliputi kegiatan berpikir, tindakan, refleksi, menemukan dan menghubungkan ide, membuat hubungan, mengembangkan dan mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan serta sikap dan nilai

5) Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran

Siswa belajar melalui semua pengertiannya. Mereka menggunakan seluruh kemampuan fisik, mental dan sosial untuk membangun pemahaman yang mendalam mengenai dunia dan apa yang hidup didalamnya.

6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain

Siswa hidup dilingkungan sosial dimana mereka terus menerus belajar melalui interaksi dengan orang lain disekitar mereka. Orangtua, teman, saudara, guru, kenalan, dan orang asing merupakan bagian dari lingkungan sosial yang membentuk pembelajaran lingkungan pergaulan dimana mereka membangun pemehaman mengenai dunia dan membuat makna untuk mereka.

e. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Inkuiri

Beberapa kelebihan mengajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri antara lain:9

a. Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan.

9


(26)

b. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide dengan lebih baik.

c. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

d. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri. e. Mendorong siswa untuk berpikir intuisif dan merumuskan

hipotesisnya sendiri.

f. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

Berdasarkan uraian di atas, Pendekatan inkuiri dapat merangsang tumbuhnya motivasi interinsik pada diri siswa untuk belajar dan menemukan jawaban masalah yang dihadapinya. Dalam proses belajar, tentunya diperlukan ingatan atas konsep-konsep yang telah diketahui sebelumnya untuk menghadapi situasi proses belajar yang baru.

Pendekatan inkuiri juga mempunyai kelemahan, yaitu:

a. Kesulitan untuk mengerti tanpa suatu dasar pengetahuan factual, dimana pengetahuan ini secara efisien diperoleh dengan pengajaran deduktif.

b. Ada kemungkinan hanya siswa pandai yang terlibat secara aktif dalam pengembangan prinsip umum dan siswa yang pasif hanya diam menunggu adanya siswa yang menyatakan prinsip umum tersebut.

c. Relatif memerlukan waktu yang banyak dan sering memerlukan waktu lebih dari satu pertemuan.

d. Tidak mungkin siswa diberi kesempatan sepenuhnya untuk membuktikan secara bebas senua yang dipermasalahkan.

2. Pendekatan Inkuiri Terstruktur

a. Pengertian Pendekatan Inkuiri Terstruktur

Inkuiri terstruktur merupakan pendekatan dimana guru melibatkan siswa dalam kegiatan hands-on untuk melakukan penyelidikan sesuai


(27)

dengan prosedur dan konsep, akan tetapi guru tidak memberitahukan siswa alternatif hasil. Siswa menemukan hubungan antara variable-variabel atau disamping itu siswa menyimpulkan data yang telah dikumpulkan.10

Inkuiri terstruktur masih memegang peranan guru dalam menentukan topik, pernyataan, bahan dan prosedur. Sedangkan analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa. inkuiri terstruktur menuntut siswa mengikuti dengan seksama setiap langkah kerja dalam kegiatan

hands-on yang telah disusun oleh guru melalui lembar kerja siswa (LKS) jenis guided worksheet activity.11

Inkuiri terstruktur merupakan salah satu pendekatan inkuiri dimana guru menyediakan tujuan, petunjuk dan prosedur kegiatan tetapi tidak memberitahukan hasil. Siswa diharapkan menemukan sendiri hubungan antara variabel ataupun menggeneralisasikan data. Menurut Zulfiani dalam tindakan discovery/structured inquiry tindakan utama guru adalah mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil.12

Berdasarkan uraian di atas inkuiri terstruktur merupakan salah satu pendekatan inkuiri yang menyajikan permasalahan, pertanyaan, dan prosedur percobaan untuk menyelesaikan masalah. Masalah dan pertanyaan mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan jawaban. Kegiatan pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang diajukan oleh guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.

10

Alan Colburn,op. cit. H.42-43.

11

Nengsih Junaengsih, Perbandingan Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Terstruktur terhadap peningkatan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Kerja Ilmiah Siswa Kelas X pada Konsep Bioteknologi, (Metamorfosa, Jurnal Pendidikan IPA) Vol.1, h.28.

12

Zulfiani. Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 121.


(28)

b. Tahapan Pendekatan Inkuiri Terstruktur

Tahap pelaksanaan pendekatan inkuiri terstruktur terdiri dari empat fase, yaitu penyajian masalah, berhipotesis, melakukan percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan.13

Tabel 2.2 Tahapan Pendekatan Inkuiri Terstruktur

Fase Perilaku guru

Pertanyaan atau masalah Mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.

Berhipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan pendapat dalam bentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Melakukan percobaan

untuk memperoleh

informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan

Mengkomunikasikan hasil percobaan

Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

c. Kelebihan dana Kekurangan Pendekatan Inkuiri Terstruktur

Menurut Suryo Subroto dan Henik Ismawati, ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri terstruktur, antara lain:.14

1) Menerapkan pengetahuan dalam situasi yang berbeda

13

Sri Anggraeni, Hakikat pembelajaran IPA. Pengajar Jurusan Pendidikan Biologi F-MIPA UPI Bandung.

14

Henik Ismawati, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Sains-Fisika melalui Pembelajaran Inkuiri Terstruktur untuk Sub-Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 2007.


(29)

2) Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi pengetahuan

3) Mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sehari-hari 4) Memperoleh dan menganalisa informasi menjadi lebih terampil

Pendekatan inkuiri terstruktur juga memiliki kelemahan, diantaranya:

a) Diharuskan adanya persiapan mental

b) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas yang besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori.

c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri terstruktur ini.

3. Berpikir Kritis Siswa

a. Pengertian Berpikir Kritis

Kata berpikir memiliki beberapa pengertian menurut ahli, seperti yang dikemukakan oleh beberapa aliran psikologi, antara lain:15

1) Psikologi Asosiasi mengemukakan, bahwa berpikir itu tidak lain daripada jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh hukum asosiasi. Pendapat ini menjelaskan bahwa tanggapan-tanggapan merupakan dasar bagi semua aktivitas kejiwaan.

2) Aliran Behaviorisme, berpendapat bahwa berpikir merupakan gerakan-gerakan reaksi yang terjadi akibat rangsanagan dari luar. Dalam penyelidikannya terhadap tingkah laku manusia, Behaviorisme hanya mau tau soal tingkah laku luar (badaniah) saja. 3) Psikologi Gestalt memandang bahwa berpikir merupakan suatu

aktifitas psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat diamati oleh

15

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 44.


(30)

alat indera. Melalui pendapat ahli psikologi Gestalt, maka para ahli psikologi sependapat behawa berpikir pada taraf yang tinggi pada umumnya melalui beberapa tahapan, yaitu timbulnya masalah, masalah yang harus dipecahkan, mencari dan mengumpulkan fakta yang terkait dengan pemecahan masalah, taraf pengelolaan atau pencernaan, taraf penemuan atau penilaian, menilai, menyempurnakan, dan mencocokan hasil pemecahan.

Ngalim Purwanto juga menjelaskan bahwa berpikir merupakan kegiatan manusia yang aktif yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.16 Edward De Bono mengemukakan berpikir adalah keterampilan mental yang memadukan kecerdasan dengan pengalaman.17 Sedangkan Vincent Ruggiero menyatakan berpikir adalah segala aktivitas mental yang membantu merumuskan dan memecah masalah, membuat keputusan atau memahamai keinginan untuk memahami, berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah pencarian makna.18 Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah suatu aktifitas yang melibatkan keterampilan individu dalam memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai tujuan.

Kata “kritis” muncul dari bahasa Yunani yang berati “hakim” dan diserap oleh bahasa Latin. Kamus Oxford menerjemahkan sebagai “sensor” atau pencarian kesalahan.19

seperti dikutip oleh Dwi Nurcahya. kritis menurut Webster’s New Encyclopedy All New adalah menerapkan atau mempraktikan penilaian yang teliti dan objektif sehingga berpikir kritis dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan kecermatan dalam membuat keputusan.20 Di dalam pembelajaran berpikir kritis

16

Ibid., h. 43.

8

Edward de Bono, Revolusi Berpikir, (Bandung : Kaifa PT Mizan Pustaka : 2007), h. 24.

18

Vincent Ryan Ruggiero, Bayond Feelings A Guide to Critical Thinking, (New York : McGraw-Hill, 2004), h. 17.

19

Bono,op. cit., h. 204

20 Dwi Nurcahya, “

Pengaruh PBL Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada


(31)

menjadi penting karena dengan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa diharapkan mampu bersaing dalam kehidupannya.

Kemudian dalam hal ini dalam jurnal yang ditulis oleh Alec Fisher yang berjudul Critical Thinkining An Introduction terdapat beberapa definisi klasik dari tradisi berpikir kritis yaitu :.21

1) John Dewey, berpikir kritis ialah aktif, gigih, dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja yang dipandang dari sudut pandang alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya. 2) Edward Glaser, berpikir kritis adalah suatu sikap mau berpikir secara

mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang, pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis semacam suatu keterampilan untuk memerikasa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

3) Robert Ennis menggunakan definisi yang luas, menurutnya berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif dan berfokus untuk memutuskan apa yang harus dipercaya dan dilakukan.

4) Richard Paul, berpikir kritis menurut Paul adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja dimana pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menrapkan standar-standar intelektual padanya.

Sedangkan menurut Vincent Ryan Ruggiero berpikir kritis adalah proses dimana kita melakukan tes dan pendapat dan memutuskan mana yang bermanfaat atau tidak. Dengan kata lain, berpikir kritis mencari jawaban dari pertanyaan. Tidak tiba-tiba, salah satu teknik dalam berpikir

21

Alec Fisher, Critical Thinking An Introduction, Electronic Journal of Science Education, 2001, pp. 4-8


(32)

kritis yaitu menyelidiki jawaban dari pertanyaan.22 Halpern menjelaskan karakteristik berpikir kritis yaitu menggunakan kognitif atau strategi untuk meningkatkan kemungkinan dari hasil yang diinginkan. Berpikir kritis juga mencakup penilaian dan mempertimbangkan faktor-faktor dalam membuat keputusan.23 Paul dan Elder menganggap bahwa seorang pemikir kritis yang baik mampu memecahkan masalah yang rumit, menginformasikan hasil informasi yang relevan, menentukan jawaban, dan berkomunikasi dengan efektif.24

Paparan para ahli terkait pengertian berpikir kritis memiliki persamaan yang mana dapat disimpulakan bahwa berpikir kritis ialah aktifitas tingkat tinggi yang di dasari atas sikap rasioanal yang mengacu pada fakta yang ada untuk membuat suatu keputusan. Tujuan mempelajari berpikir kritis adalah terbentuknya peserta didik yang mampu berpikir netral, rasional, logis dan teliti akan jawaban yang didapatnya. Berpikir dikatakan kritis jika seseorang melakukan hal-hal kritis sebelum membuat

keputusan, seperti menganalisa, mengumpulkan bukti,

mengkomunikasikan keputusannya dengan baik.

b. Karakteristik Pemikir Kritis

Berpikir merupakan kegiatan yang alami, setiap orang normal pasti bisa melakukannya, tetapi apakah pemikirannya dianggap kritis atau tidak beberapa pakar tentang berpikir kritis merumuskan ciri-ciri dari orang-orang yang berpikir kritis.

Menurut Muhibbin Syah, ciri-ciri berpikir kritis ada 33, ciri-cirinya adalah sebagai berikut:25

1) Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan.

22

Ruggiero. Loc. cit.

23

Sophia Scott, Perception of Students Learning Critical Thinking Through Debate in a Technology Classroom : A case study, The Journal of Technology Students, 2007, pp. 2.

24

Ibid h.3

25

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.47


(33)

2) Pandai mendateksi permasalahan.

3) Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan. 4) Mampu membedakan fakta dengan fiksi atau pendapat.

5) Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-kesenjangan informasi.

6) Dapat membedakan informasi logis dan tidak logis.

7) Mampu mengembangkan kriteria atau standar penilaian data. 8) Suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual.

9) Dapat membedakan kritik yang membangun dan merusak.

10) Mampu mengidentifikasi pandangan perfektif yang bersifat ganda yang berkaitan dengan data.

11) Mampu mengkaji informasi dengan cermat.

12) Mampu mengkaji idea yang bertentangan dengan peristiwa dalam lingkungan.

13) Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda, seperti dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain.

14) Mampu mendaftar segala akibat yang mungkin terjadi atau alternatif pemecahan terhadap masalah, ide, dan situasi.

15) Mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah lainnya.

16) Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia dengan data yang diperoleh dari lapangan.

17) Mampu menggambarkan konklusi dengan cermat dari data yang tersedia.

18) Mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia.

19) Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi yang diterimanya.

20) Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi. 21) Mampu membuat interpretasi pengertian, definisi, reasoning dan isu

yang kontroversi.


(34)

23) Mampu mengklasifikasikan ide atau informasi.

24) Mampu mengklasifikasikan dan menjabarkan informasi kedalam pola atau bagan-bagan tertentu.

25) Mampu mengintepretasi dan membuat flow charts.

26) Mampu menganalisis isi, unsur, kecenderungan, pola hubungan, promosi, dan bias.

27) Mampu membuat reasoning berdasarkan persamaan-persamaan (analog).

28) Mampu membandingkan dan mempertentangkan yang kontras. 29) Sanggup mendeteksi bias dan penyimpangan-penyimpangan.

30) Terampil menggunakan sumber-sumber pengetahuan yang dapat dipercaya.

31) Mampu mengiterpretasi gambar atau kartun. 32) Mampu menentukan hubungan sebab-akibat. 33) Mampu membuat konklusi yang valid.

Didalam buku Beyond Feelings A Guide to Critical Thinking, Vincent Ryan Ruggiero menjelaskan perbedaan antara orang yang berpikir kritis dengan orang yang tidak berpikir kritis pada Tabel 2.3 26

Tabel 2.3 Pemikir Kritis dan Bukan Pemikir Kritis

Pemikir Kritis Bukan Pemikir Kritis

Jujur dengan diri mereka sendiri, mengakui apa yang mereka tidak tahu, mengakui keterbatasan mereka dan waspada terhadap kesalahan mereka sendiri.

Berpura-pura tahu lebih banyak daripada yang meraka lakukan, mengabaikan keterbatasan, mengabaikan, keterbatasan mereka dan menganggap pandangan mereka bebas dari kesalahan.

Pemikir Kritis Bukan Pemikir Kritis

Berusaha untuk memahami, menjaga rasa ingin tahu, tetap sabar dengan kompleksitas, dan siap untuk

Tidak sabar dengan kompleksitas, dan dengan demikian lebih suka tetap bingung daripada berusaha untuk memahami.

26


(35)

menginvestasikan waktu untuk mengatasi masalah.

Dasar penilaian pada bukti dan bukan preferensi pribadi, menunda penilaian setiap kali bukti tidak cukup, merevisi penialaian ketika bukti baru menunjukkan kesalahan.

Dasar penilaian pada kesan pertama. Mereka tidak peduli pada jumlah atau kualitas bukti, dan berpegang teguh pada pandangan mereka.

Tertarik dengan ide-ide orang lain dan bersedia untuk baca dan

mendengarkan dengan penuh

perhatian, bahkan ketika mereka cenderung tidak setuju dengan orang lain.

Sibuk dengan diri mereka dan pendapat mereka sendiri, tidak mau memperhatikan pandangan orang lain. Saat ada perbedaan pendapat, mereka cenderung berpikir, “bagaimana saya bisa menyangkal?”

Mengakui bahwa pandangan ekstrem (baik konservatif atau liberal) jarang

benar, sehingga mereka

menghindarinya dengan mencari pandangan yang seimbang.

Mengabaikan kebutuhan untuk

keseimbangan dan memberikan preferensi pandangan yang mendukung pandangan mereka

Mampu menahan diri dan

mengendalikan perasaan meraka bukannya dikendalikan oleh mereka dan berpikir sebelum bertindak.

Cenderung mengikuti perasaan mereka dan bertindak impulsif.

c. Indikator Berpikir Kritis

Vincent Ruggiero memberikan tiga buah indikator untuk penilaian kemampuan berpikir kritis yaitu: 27

1) Investigasi yaitu menemukan bukti yang dapat menjawab pertanyaan tentang masalah yang sedang dibahas.

2) Interpretasi yaitu memutuskan bukti atau fakta-fakta yang diperlukan.

27


(36)

3) Mengambil kesimpulan.

Begitu pula dengan Watson dan Glasser yang menyebutkan 5 buah indikator untuk menilai kemampuan berpikir kritis, antara lain: 28

1) Mengenal Asumsi 2) Melakukan Inferensi 3) Deduksi

4) Interpretasi

5) Mengevaluasi argumen

Sedangkan Ennis memberikan enam unsur dasar dalam berpikir unsur dasar dalam berpikir kritis yaitu fokus, alasan, inferensi, situasi, kejelasan, dan tinjauan ulang.29 Selain itu Ennis mengelompokkan indikator berpikir kritis kedalam lima pokok dan dua belas sub pokok pada Tabel 2.4.30

Tabel 2.4Indikator Berpikir Kritis Aspek Berpikir Kritis Sub Aspek Berpikir Kritis Indikator 1. Memberikan Penjelasan sederhana (Elementary Clarification) 1. Memfokuskan pertanyaan

a. Mengidentifikasi atau

merumuskan

b. Mengidentifikasi atau

merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin

c. Menjaga kondisi pikiran 2. Menganalisis

argumen

a. Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan

b. Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan

3. Bertanya dan menjawab

a. Mencari struktur argumen b. Merangkum

28

Watson-Glaser, Critical Thingking Appraisal, Practice Test, 2002, pp. 4-12.

29

Dwi Nurcahya, op.cit., h.26.

30


(37)

pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan

c. Mengapa? d. Apa intinya? e. Apa artinya? f. Apa contohnya?

g. Bagaimana menerapkan pada konsep tersebut?

h. Perbedaan apa yang

menyebabkan? i. Apa faktanya?

j. Benarkah apa yang anda katakan?

2. Membangun keterampilan dasar (basic support)

4. Mempertimbang kan kredibilitas suatu sumber

a. Tidak ada konflik interest b. Kesepakatan antara sumber c. Reputasi

d. Memberi alasan

e. Mempertimbangkan prosedur yang tersedia

f. Mempertimbangkan resiko 5. Mengobservasi

dan

mempertimbang

kan hasil

observasi

a. Ikut terlibat dalam

menyimpulkan

b. Dilaporkan oleh pengamat

c. Mencatat hal-hal yang

diinginkan

d. Penguatan dan kemungkinan penguatan

e. Kondisi akses yang baik

f. Penggunaan tes yang kompeten g. Kepuasan observer yang


(38)

Aspek Berpikir Kritis

Sub Aspek Berpikir Kritis

Indikator

3. Kesimpulan 6. Membuat

deduksi dan mempertimbang

kan hasil

deduksi

a. Kelopok yang logis b. Kondisi yang logis c. Interpretasi pertanyaan

7. Membuat

induksi dan mempertimbang kan induksi

a. Membuat generalisasi

b. Membuat kesimpulan dan hipotesis

c. Investigasi

d. Kriteris berdasarkan asumsi 8. Membuat dan

mempertimbang

kan nilai

keputusan

a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi

c. Mempertimbangkan alternatif

4. Membuat

penjelasan lebih lanjut

9. Mendefinisikan istilah

10.Mengidentifikas ikan asumsi

a. Alasan yang tidak dinyatakan b. Asumsi yang dibutuhkan

5. Strategi dan taktik

11.Memutuskan suatu tindakan

a. Mengidentifikasi masalah b. Menyeleksi kriteria untuk

membuat solusi

c. Penerapan prinsip-prinsip d. Merumuskan alternatif

e. Memutuskan hal yang akan dilakukan


(39)

Aspek Berpikir Kritis

Sub Aspek Berpikir Kritis

Indikator

12.Berinteraksi dengan orang lain

a. Menyenangkan b. Strategi logis c. Strategi retorika d. Persentasi

Bukan hal baru lagi bahwa kemajuan zaman yang terus meningkat membuat manusia harus siap juga dalam menghadapi tantangan yang akan dialaminya. Oleh karena itu saat ini peserta didik bukan hanya dapat berkompetisi dalam mencapai hasil ujian yang memuaskan melainkan mencapai taraf dimana mereka sudah dapat berpikir kritis terhadap apa yang akan mereka pelajari, apa yang akan menjadi tujuan mereka dalam belajar, lalu apa relevansinya pelajaran yang mereka pelajari dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Dari penjabaran terkait indikator-indikator yang disampaikan Ennis maka diperlukanlah suatu pembelajaran yang mencakup hal-hal tersebut, dimana pembelajaran juga harus menarik sekalipun yang ditargetkan adalah kemampuan siswa dalam berpikir kritis, mengajarkan sikap berpikir kritis.

Ada beberapa hal yang disarankan untuk guru dalam mengajarkan berpikir kritis yaitu:.31

1) Guru harus mencoba model pembelajaran yang merangsang anak untuk berpikir kritis (dimana guru juga harus menjadi pemikir kritis).

2) Penting untuk mengidentifikasi dan memberi nama proses berpikir kritis karena mereka terjadi di kelas dan mencoba untuk menggunakannya dalam berbagai situasi.

31

Arthur Millman, Critical Thinking Attitudes: A Framework for the Issues, Informal Logic, 10, 1988, pp. 10


(40)

3) Siswa harus terlibat aktif dan didorong untuk mengambil inisiatif sebanyak mungkin. Sebuah kelas harus diatur sebagai kelompok yang menyelidiki terkait isu-isu yang nyata dan yang menarik minat siswa, sehingga siswa secara aktif dapat berpikir kritis tentang pengalaman dan masalah diidentifikasi oleh mereka.

4) Siswa harus dibantu untuk mengidentifikasi strategi berpikir dan cara berkelompok yang produktif sehingga akan muncul kegiatan diskusi kelas yang aktif . Mereka harus, dengan kata lain, akan dibantu untuk menemukan sendiri cara berpikir produktif mereka. 5) suasana kelas harus mendukung siswa untuk mengambil inisiatif

dan untuk mengambil ide yang mereka yakini dalam kelompok meraka. Kemampuan dari masing-masing mahasiswa harus diberitahu. Berbaga teknik tertentu dapat mendorong tujuan ini. Sebagai contoh, siswa dapat mengambil peran kepemimpinan dalam diskusi kelas dan sebagian siswa dapat mengevaluasi seberapa baik mereka telah mencoba untuk bersaing dengan ide-ide dari siswa lain.

4. Konsep Laju Reaksi

Laju reaksi sama dengan kecepatan reaksi. Langit di malam hari, saat perayaan tahun baru atau hari-hari istimewa lainnya, menjadi lebih indah ketika nyala kembang api mulai kelihatan di angkasa. Tampak nyalanya gemerlapan menambah terang sinar rembulan. Sekejap kemudian, langit nampak redup kembali, cahaya gemerlap dari nyala kembang api tidak lagi kelihatan. Begitu cepatnya nyala itu hilang, berbeda tatkala kita menyalakan kayu bakar pada api unggun, membutuhkan waktu cukup lama. Cepat dan lambatnya nyala api ini menunjukkan cepat atau lambatnya reaksi kimia dalam kembang api maupun dalam kayu bakar. Cepat dan lambatnya proses reaksi kimia yang berlangsung dinyatakan dengan laju reaksi. Lantas, apakah pengertian laju


(41)

reaksi itu? Bagaimana cara mengukurnya? Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya? Apa manfaat mempelajarinya bagi kehidupan kita?

Cepatnya reaksi kimia dari kembang api dapat kita amati dari menyalanya kembang api hingga matinya. Begitu pula dengan beberapa reaksi kimia yang kita laksanakan di laboratorium. Selesainya sebuah reaksi ditandai dengan terbentuknya produk yang sebagian besar dapat kita amati. Untuk mengetahui berapa kecepatan reaksi kimia yang kita lakukan, kita bisa mengetahui dari konsentrasi pereaksinya atau hasil reaksinya. Konsentrasi ini biasa dinyatakan dengan satuan molaritas.

Faktor yang memberikan pengaruh pada laju reaksi kimia. Faktor-faktor tersebut adalah konsentrasi, luas permukaan, suhu, dan katalis. Bagaimana masing-masing faktor mempengaruhi laju suatu reaksi, dan bagaimana cara kita menganalisis faktor tersebut akan kita pelajari pula dalam bab ini. Selain hal-hal di atas, kita juga akan mempelajari tentang persamaan laju reaksi, waktu reaksi, dan orde reaksinya.

a. Pengertian Laju Reaksi

Laju reaksi adalah laju penurunan reaktan (pereaksi) atau laju bertambahnya produk (hasil reaksi). Laju reaksi ini juga menggambarkan cepat lambatnya suatu reaksi kimia, sedangkan reaksi kimia merupakan proses mengubah suatu zat (pereaksi) menjadi zat baru yang disebut sebagai produk.32

Beberapa reaksi kimia ada yang berlangsung cepat. Natrium yang dimasukkan ke dalam air akan menunjukkan reaksi hebat dan sangat cepat, begitu pula dengan petasan dan kembang api yang disulut. Bensin akan terbakar lebih cepat daripada minyak tanah. Namun, ada pula reaksi yang berjalan lambat. Proses pengaratan besi, misalnya, membutuhkan waktu sangat lama sehingga laju reaksinya lambat. Cepat lambatnya proses reaksi kimia yang berlangsung dinyatakan dengan laju reaksi. Dalam mempelajari laju reaksi

32


(42)

digunakan besaran konsentrasi tiap satuan waktu yang dinyatakan dengan molaritas.33

b. Rumus Laju Reaksi

Laju reaksi kimia bukan hanya sebuah teori, namun dapat dirumuskan secara matematis untuk memudahkan pembelajaran. Pada reaksi kimia: A → B, maka laju berubahnya zat A menjadi zat B ditentukan dari jumlah zat A yang bereaksi atau jumlah zat B yang terbentuk per satuan waktu. Pada saat pereaksi (A) berkurang, hasil reaksi (B) akan bertambah. Perhatikan diagram perubahan konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi pada Gambar 2. 1.34

Gambar 2. 1 Diagram perubahan konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi

Berdasarkan gambar tersebut, maka rumusan laju reaksi dapat kita definisikan sebagai:

a. berkurangnya jumlah pereaksi (konsentrasi pereaksi) per satuan

waktu, atau : , dengan r = laju reaksi, - d[R] = berkurangnya reaktan (pereaksi), dan dt = perubahan waktu. Untuk

reaksi : A → B, laju berkurangnya zat A adalah :

33

Ibid h.62

34

Suyatno, Aris Purwandi, Henang Widayanto dan Kuncoro PR,. 2007, Kimia Untuk SMA /MA Kelas XI, (Jakarta : PT Grasindo) h,.76


(43)

b. bertambahnya jumlah produk (konsentrasi produk) per satuan

waktu, atau : , dengan +Δ[P] = bertambahnya

konsentrasi produk (hasil reaksi). Untuk reaksi : A → B, laju

bertambahnya zat B adalah : .35

5. Faktor yang memengaruhi Laju reaksi a. Tumbukan Sebagai Syarat Laju Reaksi

Tumbukan yang menghasilkan reaksi hanyalah tumbukan yang efektif. Tumbukan efektif harus memenuhi dua syarat, yaitu posisinya tepat dan energinya cukup. Bagaimanakah posisi tumbukan yang efektif? Dalam wadahnya, molekul-molekul pereaksi selalu bergerak ke segala arah dan sangat mungkin bertumbukan satu sama lain. Baik dengan molekul yang sama maupun dengan molekul berbeda. Tumbukan tersebut dapat memutuskan ikatan dalam molekul pereaksi dan kemudian membentuk ikatan baru yang menghasilkan molekul hasil reaksi.36 Contoh tumbukan antarmolekul yang sama terjadi pada pereaksi hidrogen iodida berikut.

HI(g) + HI(g) → H2(g) + I2(g) Secara umum, dituliskan: AB + AB → A2 + B2

Tumbukan yang efektif terjadi bila keadaan molekul sedemikian rupa sehingga antara A dan B saling bertabrakan (Gambar 2.2(a)). Jika yang bertabrakan adalah atom yang sama, yaitu antara A dan A atau atom A dan B namun hanya bersenggolan saja, maka tumbukan tersebut merupakan tumbukan yang tidak efektif.37

35

Ibid h,77

36

Michael Purba, 2004, Kimia Untuk SMA Kelas XI, (Jakarta : Penerbit Erlangga ). h.80

37


(44)

Gambar 2. 2 (a) tumbukan yang efektif karena posisi tumbukan tepat, (b) tumbukan tidak efektif karena molekul yang bertabrakan sama (c) tumbukan tidak efektif karena posisinya tidak tepat

Selanjutnya apa yang dimaksud energi tumbukan harus cukup? Jika kalian melemparkan batu pada kaca dan kacanya tidak pecah, berarti energi kinetik batu tidak cukup untuk memecahkan kaca. Demikian juga tumbukan antar molekul pereaksi, meskipun sudah terjadi tumbukan dengan posisi tepat, namun apabila energinya kurang, maka reaksi tidak akan terjadi. Dalam hal ini diperlukan energi minimum tertentu yang harus dipunyai molekul-molekul pereaksi untuk dapat menghasilkan reaksi.38

Energi tersebut dinamakan energi aktivasi atau energi pengaktifan (Ea). Perhatikan Gambar 2.3. tentang tumbukan dengan energi yang cukup dan tidak cukup.

Gambar 2. 3. (a) energi cukup menghasilkan reaksi dan (b) energi tidak cukup tidak menghasilkan reaksi

38


(45)

(46)

Dengan mengetahui teori tumbukan ini, kalian akan lebih mudah memahami penjelasan tentang faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi. Percepatan gerakan molekul akan memperbesar kemungkinan tumbukan efektif karena percepatan gerakan memberikan energi lebih besar. Percepatan gerakan molekul berarti percepatan laju reaksi. Dengan dipercepatnya laju reaksi menggunakan salah satu faktor-faktor berikut, diharapkan energi yang dibutuhkan untuk tumbukan dapat tercukupi sehingga bisa menghasilkan tumbukan yang efektif. Faktor-faktor tersebut akan segera diuraikan dalam penjelasan berikut ini.

b. Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi

Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel semakin banyak sehingga partikel-partikel tersebut akan tersusun lebih rapat dibandingkan larutan yang konsentrasinya lebih rendah. Susunan partikel yang lebih rapat memungkinkan terjadinya tumbukan semakin banyak dan kemungkinan terjadi reaksi lebih besar. Makin besar konsentrasi zat, makin cepat laju reaksinya.41

Apabila dibuat sebuah grafik yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi dengan laju reaksi, maka dihasilkan grafik. Grafik menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi, semakin cepat pula laju reaksinya.42

41

Endang Susilowati…h,. 120


(47)

Gambar 2. 5 Grafik pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi

c. Pengaruh Luas Permukaan terhadap Laju Reaksi

Pada saat zat-zat pereaksi bercampur, maka akan terjadi tumbukan antar partikel pereaksi di permukaan zat. Laju reaksi dapat diperbesar dengan memperluas permukaan bidang sentuh zat yang dilakukan dengan cara memperkecil ukuran zat pereaksi. 43

Gambar 2. 6. Tumbukan antar partikel pada (a) permukaan kecil dan (b) permukaan besar

Semakin luas permukaan bidang sentuh zat, semakin besar laju reaksinya, seperti yang ditunjukkan oleh grafik hubungan luas permukaan dengan laju reaksi pada gambar berikut.44

43

Michael Purba …h,. 84


(48)

(49)

laju reaksi berdasarkan kenaikan suhunya. Lebih mudahnya, lihat perumusan berikut.46

Karena besarnya laju berbanding terbalik dengan waktu yang ditempuh, maka perumusan di atas dapat dituliskan sebagai berikut.

Keterangan :

∆r = kenaikan laju reaksi ∆T = kenaikan suhu = T2–T1 T2 = suhu akhir

T1 = suhu awal

t0 = waktu reaksi awal tt = waktu reaksi akhir

Apabila pengaruh suhu terhadap laju reaksi ini dibuat grafik, akan tampak seperti pada Gambar. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa makin tinggi suhu, laju reaksi semakin besar.47

Gambar 2. 9. Grafik perubahan suhu terhadap laju reaksi

46

Michael Purba …h,. 86


(50)

e. Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi

Reaksi yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan memberi zat lain tanpa menambah konsentrasi atau suhu reaksi. Zat tersebut disebut katalis. Katalis dapat mempercepat laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia secara permanen sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali.

Fungsi katalis dalam reaksi adalah menurunkan energi aktivasi sehingga jumlah molekul yang dapat melampaui energi aktivasi menjadi lebih besar. Gambar menunjukkan peranan katalis dalam menurunkan energi aktivasi.

Gambar 2.10. Diagram energi potensial reaksi tanpa katalis dan dengan katalis. Energi aktivasi reaksi dengan katalis

(EaK) lebih kecil dari reaksi tanpa katalis Katalis memiliki beberapa sifat, di antaranya:

1) Katalis tidak bereaksi secara permanen.

2) Jumlah katalis yang diperlukan dalam reaksi sangat sedikit. 3) Katalis tidak mempengaruhi hasil reaksi.

4) Katalis tidak memulai suatu reaksi, tetapi hanya mempengaruhi lajunya.

5) Katalis hanya bekerja efektif pada suhu optimum, artinya di atas atau di bawah suhu tersebut kerja katalis berkurang.


(51)

6) Suatu katalis hanya mempengaruhi laju reaksi secara spesifik, artinya suatu katalis hanya mempengaruhi laju satu jenis reaksi dan tidak dapat untuk reaksi yang lain.

7) Keaktifan katalis dapat diperbesar oleh zat lain yang disebut promotor.

8) Hasil suatu reaksi dapat bertindak sebagai katalis, sehingga zat tersebut disebut autokatalis.

9) Katalis dalam senyawa organik disebut enzim.

10)Terdapat katalis yang dapat memperlambat suatu reaksi, sehingga katalis itu disebut katalis negatif atau inhibitor.

Berdasarkan wujudnya, katalis dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu:48

1) Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai wujud sama dengan pereaksi. Katalis ini dapat berada dalam dua wujud:

a) dalam wujud gas, contoh: b) dalam wujud larutan, contoh:

2) Katalis heterogen adalah katalis yang mempunyai wujud berbeda dengan pereaksi. Biasanya katalis ini berwujud padat dan pereaksinya cair atau gas.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Tisngatun Nurochmah dengan judul pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains siswa menunjukan bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terstruktur dapat meningkatkan dengan sangat signifikan kemampuan proses sains siswa, hal ini dibuktikan dengan uji-t yang diperoleh hasil thitung 3,732>2,000 (p<0,01)49.

48

Naila Sahira, 2002, Ringkasan Teori dan Evaluasi Kimia SMA/MA,(Jakarta:Kompas Gramedia), h,.83

49

Tisngatun Nurochmah, Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2007, h. 57


(52)

Penelitian yang dilakukan oleh Lia Septini Handriani, Ahmad Harjono dan Aris Doyan dengan judul Pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa, sesuai dnegan hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri dengan kegiatan ilmiah (pendekatan saintifik) dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dan memungkinkan siswa untuk berpikir dan mengkonstruksi pengetahuannya seperti seorang saintifik.50

Muh Shohibi dan Joko Siswanto dalam jurnalnya yang berjudul “pengaruh pembelajaran berbasis masalah dan inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa”51 dalam penelitian ini mereka menggunakan teknik cluster random sampling dan membuat kelas kontrol dan kelas eksperimen, dari kelas-kelas tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode inkuiri memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode ekspositori.

Alifa Noora Rahma dalam jurnalnya yang berjudul “pengembangan perangkat pembelajaran model inkuiri berpendekatan sets materi kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan empati siswa terhadap lingkungan”52

pada penelitian ini beliau menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development)

pembelajaran model inkuiri berpendekatan sets menekankan pada aktivitas siswa dalam proses belajar dengan mengoptimalkan keterlibatan siswa. Dari hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, diharapkan para guru sebaiknya menyoba untuk mengimplementasikan model inkuiri dengan

50

Lia Septiani Handriani, Ahmad harjono dan Aris Doyan, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur dengan Pendekatan Saintifik Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa, 2015. Fakultas Ilmu Pendidikan Alam. Universitas Mataram

51

Muh sohibi dan joko siswanto „’pengaruh pembelajaran berbasis masalah dan inkuiri

terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa’’ (prodi pendidikan fisika IKIP

Semarang)

52

Alifa noora rahma „’ pengembangan perangkat pembelajaran inkuiri berpendekatan sets materi larutan dan hasil kali kelarutan untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan empati siswa terhadap lingkungan” (program pascasarjana UNS Semarang)


(53)

pendekatan sets. Guru diharapkan dapat menggali keterampilan dapat menggali keterampilan berpikir kritis dan skill lainnya pada siswa melalui metode pembelajaran yang sesuai. Sehingga dapat menghasilkan kualitas siswa yang unggul.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah pandangan dunia atau Woldview dari peneliti untuk memahami asumsi-asumsi metodologis sebuah studi secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis.53

Proses pembelajaran kimia membutuhkan model atau metode pembelajaran untuk dapat membantu penyampaian informasi dan ilmu dari guru kepada siswa, hal ini dikarenakan kimia cenderung mempelajari materi-materi yang bersifat abstrak yakni tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energy yang menyertai perubahan tersebut.

D. Pengajuan Hipotesis

Dengan memperhatikan deskripsi dan kerangka berpikir maka dalam penelitian ini dapat diajukan hipotesis yakni model pembelajaran inkuiri terstruktur dapat mempengaruhi berpikir kritis siswa.

Jadi keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur akan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan berpikir kritis dengan metode konvensional atau ceramah.

53

Rochiati wiriatmadja, Metode penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kinerja guru dan dosen, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009),h. 85


(54)

Kimia Bersifat

Abstrak Model pembelajaran

Membutuhkan

Harus Melibatkan indera

penglihatan

Pendengaran

Kinetik

Keterampilan berpikir kritis

Pengalaman belajar Mengembangkan

Terdiri dari

Indikator:

 Membandingkan

 Hubungan sebab akibat

 Memberikan alasan

 Menyimpulkan

 Berpendapat

 Mengelompokan

 Menciptakan

 Menerapkan

 Analisis

 Sintesis

 Evaluasi

Pembelajaran bermakna


(55)

41 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan pada semester ganjil Tahun Ajaran 2014/2015.

B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode quasi experiment atau eksperimen semu yaitu metode yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yakni kelompok (kelas) kontrol dan kelompok (kelas) eksperimen. Pada kelompok eksperimen, siswa akan diberikan perlakuan yaitu berupa pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur, sedangkan pada kelompok kontrol siswa diberikan perlakuan yaitu pembelajaran menggunakan model konvensional dan demonstrasi. Kedua kelompok diberi tes awal (pretes) dan setelah pembelajaran berakhir diberi tes akhir (postes). Adapun desain penelitian tersebut dinyatakan pada Tabel 3.1.

1

Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif,kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2011),h.144


(56)

Tabel 3.1.Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan posttest

A O1

X

O2

B O3 O4

Keterangan :

A = Kelas Eksperimen B = Kelas Kontrol X = Perlakuan

O1 = Tes awal (pretes) kelas eksperimen sebelum perlakuan O2 = Tes akhir (postes) Kelas eksperimen setelah perlakuan O3 = Tes awal (pretes) kelas kontrol

O4 = Tes akhir (postes) kelas kontrol

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek /subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakter yang dimiliki oleh populasi tersebut.3. dalam penelitian ini populasi dan sampel yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negri 12

Kota Tangerang Selatan, sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas XI disekolah tersebut, yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X1-2 sebagai kelas kontrol. Sampel diambil dari populasi terjangkau melalui teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk memperoleh sampel yang memiliki ciri dan kemampuan yang hamper sama. Diambil dua kelas untuk dijadikan

2

Sugiyono,Statistika untuk penelitian, (bandung:alfabeta,2010), h. 61

3


(1)

case study, The Journal

ofTechnologt

Students,2007,pp.

2

{

15 Sophia

Scott,

Perception

of

Students

Learning

Critical Thinking Through Debate

in

a Technology Classroom :

A

case study, The Journal

of

Technologlt Students,2007,pp.

1

/

,\+

I

Muhibbin

Syah,

Psikologi Pendidikaz, (Bandung

:

PT

Remaja Rosdakarya, 207 0), h.47

v

17

Vincent Ryan Ruggiero, Bayond

Feelings

A

Guide

to

Critical Thinking, (New

York

:

McGraw-HilI,

2004)., h.

19.

Vr

l8

Vincent

Ryan

Ruggiero,

Bayond

Feelings

A

Guide

to

Critical Thinking, (New

York

:

McGraw-HilI,

2004)., h.

21.

f4.

re

Watson-Glaser,

Critical Thingking

Appraisal,

Practice Test,2002, pp. 4-12

{

20

Dwi

Nurcahya, "Pengaruh

PBL

terhadap Kemampuan Berpikir

Kritis

Siswa pada Pembelajaran

Kimia",

Skripsi

pada Sekolah Sarjana

UIN

Jakarla, Jakafia. 2012,,h.26.

(

Y

21

Dwi

Nurcahya, "Pengaruh

PBL

terhadap Kemampuan

Berpikir

Kritis

Siswa pada Pembelajaran

Kimia",

Skripsi pada Sekolah Sarjana

UIN

Jakarta, Jakarta,20L2,,h.3O

/

Y&

))

Arthur

B.

Millman, Critical

Thinking Attitudes:

A

Framework for the Issues, Informal Logic, 10, 1988, pp.

t

23

Rochiati wiriatmadja,

Metode

penelitian tindakan

kelas unhtk meningkatkan kinerja guru dan dosen, (Bandung: PT

Remaj a Rosdakarya,2009),h. 85

4

tft

BAB

III

Sugiyono,

Metode Penelitian

pendidikan:

pendekatan

kuantitatif,kttalitatif,

dan

R&D,

(Bandung:

Alfabeta,Z}ll),h.144

I

tu

Z

Sugiyono,Statistika untuk

penelitian,

(bandung:alfabeta,2O 1 0), h. 6 1


(2)

J

Sugiyono,

Metode Penelitian

pendidikan:

pendekatan

ku antitatif, kua li t at if, d an R

&D,

(B andung : Alfabeta,2 0 1 1 ).,

h.1 18

{

(.A

4

Sugiyono,

Metode Penelitian

pendidikan:

pendekatan kuantitatif,kualitatif, dan

R&D,

(Bandung: Alfabeta,2O 1 I ),

h.148

{

5A

5

Suharsimi

Arikunto,

prosedur

penelitian:

suatu

pendekatan

praktik

(edisi revisi 2010), (Jakarta: PT Rineka

Cipta,2010),h. 193

I

A

El\

6 Nana Syaodih Sukmadinata, metode penelitian pendidikan, (bandung: PT Remaj a Rosdakarya, 2010),h.2L9

{

nr+ n Nana

Sudjana,

penilaian Hasil

proses

belajar

mengajar,

(Bandung, PT Remaja Rosdakarya 2009),h.12

t

/-

Bh

8 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama,

Evaluasi

pembelajaran

IPA

berbasis

kompetensi, (Jakarta:UIN Jakarta Press,2006),h. I 05

/

F

9

Suharsimi

Arikunto,

prosedur

penelitian:

suatu pendekatan

praktik

(edisi revisi 2010), (Jakafia: PT Rineka

Cipta,2010).,

h.2I3

{

(h

10

Suharsimi

Arikunto,

prosedur

penelitian:

suatu pendekatan

praktik

(edisi revisi 2010), (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 201 0), h.230-231

{

(h

11

Harun Rasyid dan

Mansyur, Penilaian

Hasil

Belajar.

(Bandung: CV Wacana Prima,2009), h. 239 -241

,T

/)

t

l2

Harun

Rasyid

dan

Mansyur, Penilaian

Hasil

Belajar.

(Bandung: CV Wacana Prima,200 9).,.h.245 -250

'/1

,/

t3 Sudjana,L[etoda Statis tlft, (Bandung, Tarsito, 2005), h.466

-467)

,1,

(T"

t4

Sugiyono, Statis

tika

untuk P enelitian, (Bandung:Alfabeta,

2007),h.140-141

4

I

fe

15

David E. Meltzer,

The relationship behrteen mathematics


(3)

possible

"hidden

variable"

in

diagnostic

pretes

score, (Lowa : Departement of physics and astronomy, lowa state university, Ames), h 3

9

Richard

r.

hake, analyzing change/gain score) (America: depatement of physics, Indiana university), h. 1

{

t7

Sudj ana,M e t o d q S t a t i s t ifr, (B andung, Tarsito, 200 5),h. 23 9

-240

{

CIb

BAB

IV

l)

LINDP.2010.

Human

Development

Report 20L0:

2do Anniversary Edition. New York: Palgrave Macmillan

(

2 Enniis,

R.H.

1996.

Critical Thinking.

USA:Prentice-Hall, Inc

,J

I

\,L

3 Synder,L.G

and

synder,

M.G.

2008

Teaching Critical

Thinking and Problem Solving Skills. The Delta Pi Epsilon Journal.

Vol.L,

No. 2, Spring/Summer, 2008: h,90-99

4

Rahma,

A.N.

2013.

Pengembangan

Perangkat

Pembelajaran

Model

Inkuiri

Berpendekatan SETS Materi

Kelarutan

dan

Hasil

Kelarutan

untuk

Menumbuhkan Keterampilan

Berpikir

Kritis

Siswa

dan Empati

Siswa Terhadap Lingkungan. Journal ofEducation Research and

Evaluation. Vol.1

No.2.

Tahun 2012133-138

L

t

5 Colburn

Allan.

2000.an inquiry primer.sciens cope

4

ry

6

Anggraeni

Sri,

Hakikat

Pembelajaran

IPA,

pengajar

jurusan pendidikan FMIPA. UPI Bandung

W

7 Departemen Pendidikan Nasional h.293

8

Balqis lntan.2}l4pengaruh

multimedia

interaktif

game berbasis Jlash terhadap keterampilan

berpikir kritis

siswa

pada mate

ri

sys tem p erio dik unsur.skipsi.respositoriuinjkt

b

9

Novitsania

Annis.20l3perbedaan keterampilan

proses

sains antara

siswa

yang

menggunakan

model

pembelajaran

inkuiri

terstruktur dengan siswa

yang menggunakan

model

inkuiri

terbimbing

pada

konsep fot os int e s is. skripsi

uinjkt


(4)

Sr-10 Radno Harsanto, melatih anak

berpikir

analisis, kritis, dan

lveatf,

(Jakarta:Grasindo, 2005) h, 54

v

{

w

Mengetahui

Ciputat, 23 }ulln2016

ing

II

s

Salamah Aeung Ph.D

NIP:

1 9790624 200604 2002


(5)

KEMENTERIAN AGAMA UIN

JAKARTA

FITK

Jl. h" H. Juanda No 95 Ciputat 15412 ln&tBsia

i&,

lrirLl

i

Ltrr

il

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKDO82 Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010 No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT PERMOHONAN

IZIN

PENELITIAN

Nomor:

Un.01/F.1/KM.01

.gt?.:lAilZa$

Jakarta,25 September 2014

Lamp.

: OutlinelProposal

Hal

:

Permohonan

lzin

Penelitian

Kepada Yth.

Kepala Sekolah

SMAN 12 T angerang Selatan

di Tempat

Assal amu' al aiku m wr. wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama

: lka DestariAullia

NIM

: 109016200001

Jurusan

: Pendidikan IPA Prodi Kimia

Semester

:11

Judul

Skripsi

: Pengaruh Model Pembelajaran lnkuiri Terstruktur pada Materi Laju Reaksi Terhadap Berpikir Kritis Siswa

adalah benar mahasiswali Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang

sedang

menyusun

skripsi,

dan

akan

mengadakan penelitian

(riset)

di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon

Saudara

dapat

mengizinkan mahasiswa

tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassal amu' al aiku m wr.wb.

a.n. Dekan

Kajur Pendidikan IPA

,

B^qHana Susanti.M.Sc

/

/-

NtP. 19700209 200003 2 001

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik


(6)

KEMENTERIAN AGAMA UIN

JAKARTA

FITK

Jl. k. H. Juada No 95 Ciputat 15412 lndonesia

.q&

lrrr-l

ILIITII

FORM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-081 Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010 No. Revisi: 01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor : Un.01/F. I /KM.O 1.3/.!fl'|. 12016

Larrp.

:

-Hal

:Bimbingan SkriPsi Kepada Yth.

Tonih Feronika M.Pd (Pembimbing

i),

Salamah Agu.rg Ph.D (Pembimbing 2) Pembimbing SkriPsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SYarif HidaYatullah

Jakarta.

Jakarta, 30 Juni 201 6

A s s al amu' al aikum wr.w b.

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Saudara

untuk

menjadi

pembimbing VII (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Nama

NIM

Jurusan

Semester

: Ika Destari Aullia : i09016200001

: Pendidikan lPA/Pendidikan Kimia

:8

(Delapan)

Jurlul

Skripsi

:Pengaruh Model Pernbelajaran

Inkuiri

Terstruktur'ferhaCap

Berpikir

Kritis

Siswa pada

Materi Laju

Reaksi

iudul

tersebut telah diset'-rjui oleh Jur'trsan yang bersangkutan pada tanggal 28 Februari 2013 abstrakstJoutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada

judul

tersebut.

Apabila

perubahan substansial dianggap

perlu,

mohon

pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bim[ingan

lkripsi ini

diharapkan selesai dalam

waktu

6

(enam)

bulan, dan

dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

[4/ as s al amu' al aikum w r.w b.

Kimia

Burhanqilifl Milama. M.Pd

,NIP.

19770201 200801 1 001 Tembusan:

1.

Dekan

FITK

2.

Mahasiswa Ybs.

:;:il.ili:,"i-*.