60
Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai T
hitung
sebesar 4,047. Dengan nilai T
tabel
sebesar 1,998, maka -1,9984,0471,998. Artinya hasil uji hipotesis data postes tidak memenuhi kriteria
–T
tabel
T
hitung
T
tabel
sehingga H
a
diterima dan H ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh saat pretes kelas kontrol nilai tertinggi yang didapat sebesar 37 dengan rata-rata sebesar 15,88, sedangkan
pretes kelas eksperimen nilai tertinggi yang didapat sebesar 29 dengan rata- rata 12,58, dari data pretes tersebut dapat dilihat bahwa kelas kontrol
memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Dan untuk hasil postes kelas kontrol nilai tertinggi yang didapat adalah 49
dengan rata-rata sebesar 28,91. Sedangkan pada kelas eksperimen nilai tertinggi yang didapat 82 dengan rata-rata 41,70. Dapat dilihat dari hasil
postes yang berbeda dengan hasil pretes, nilai yang paling tinggi didapat di kelas eksperimen.
Kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan berpikir kritis dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur. Inkuiri
terstruktur itu sendiri merupakan sarana yang memiliki potensi untuk pencapaian indikator-indikator berpikir kritis. Menurut Allan Colburn dalam
jurnalnya, pembelajaran inkuiri terstruktur didefinisikan sebagai berikut Dalam inkuiri terstruktur, siswa akan mengadakan penyelidikan dan
penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang disediakan guru.
1
Hasil penelitian ini secara umum membuktikan munculnya berpikir kritis melalui model inkuiri terstruktur. Dari beberapa fase inkuiri
terstruktur ada fase yang diasumsikan dapat memunculkan berpikir kritis. Fase tersebut adalah fase hipotesa atau hipotesis, dan berpikir kritis juga
memiliki beberapa indikator, pada penelitian ini indikator yang memiliki
1
Colburn Allan. 2000.an Inquiry Primer.Sciens cope
61
nilai paling tinggi pada kelas eksperimen adalah berpendapat. Berbeda dengan kelas eksperimen, kelas kontrol yang memiliki indikator berpikir
kritis paling tinggi adalah menerapkan, dan adapun nilai indikator berpikir kritis paling rendah pada kelas eksperimen adalah menciptakan, berbeda
dengan kelas eksperimen, kelas kontrol yang memiliki nilai paling rendah pada indikator evaluasi.
Maka dapat diuraikan indikator-indikator berpikir kritis pada penelitian ini dari nilai tertinggi hingga nilai terrendah pada kelas
eksperimen adalah sebagai berikut: berpendapat dengan persentase 70, analisis dan membandingkan keduanya sama-sma memiliki nilai prsentase
59, indikator sintesis memiliki nilai persentase 53 dan indikator mengelompokan memiliki nilai persentase 48, untuk indikator, memberi
alasan memiliki niali persentase 44 indikator menerapkan mempunyai nilai 37, untuk indikator hubungan sebab akibat dan evaluasi keduanya
sama-sama memiliki nilai persentase sebesar 27, indikator menyimpulkan memiliki nilai 23 dan indikator yang memiliki nilai terendah adalah
menciptakan dengan nilai persentase, sebesar 16. Hasil yang didapat untuk indikator berpikir kritis kelas kontrol jika di
uraikan dari nilai persentase tertinggi sampai persentase terendah adalah sebagai berikut : menerapkan memiliki persentase 66 sebagai indikator
berfikir kritis pada kelas kontrol, urutan kedua ada pada indikator berfikir kritis membandingkan dengan nilai 45, indikator sintesis dan analisis
keduanya sama-sama memiliki nilai persentase 44, mengelompkkan mendapatkan nilai persentase sebesar 33, memberi alasan 31,
berpendapat 22, hubungan sebab akibat 21, menciptakan 17, menyimpulkan 12, dan indikator berfikir kritis yang memiliki nilai paling
rendah pada kelas kontrol adalah evaluasi dengan nilai persentase sebesar 3. Karena seseorang yang berpikir kritis akan mampu mengutarakan
pemikiran atau perkiraan tentang suatu hal.
2
2
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
h.293
62
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Intan Balqis, indikator berpikir kritis yang memiliki nilai paling tinggi adalah menerapkan, dan
indikator berpikir kritis yang memiliki nilai paling rendah adalah menyimpulkan
3
. Sementara Naeli Zakiyah menemukan bahwa fase inkuiri terstruktur yang memiliki nilai paling tinggi untuk dapat memunculkan
berpikir kritis adalah fase melakukan percobaan
4
. Lebih lanjut Anis Novitsania menemukan bahwa fase hipotesis memiliki nilai paling tinggi
untuk memunculkan berpikir kritis.
5
Seseorang yang memiliki pemikiran kritis selalu mencoba untuk mengklarifikasi setiap informasi.
6
Perbedaan hasil yang didapat dalam setiap penelitian dikarenakan adanya beberapa faktor diantaranya.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, konselor, dan teman yang kritis masih belum maksimal.
Dapat dilihat secara keseluruhan pada hasil perbandingan antara posttest siswa yang menerapkan pendekatan inkuiri terstruktur dan posttest
siswa yang menerapkan metode demonstrasi dapat disimpulkan bahwa kelompok yang menerapkan pendekatan inkuiri terstruktur lebih baik dari
pada kelompok yang menerapkan metode demonstrasi. Artinya pendekatan inkuiri terstruktur berpengaruh terhadap berpikir kritis siswa. maka model
pembelajaran inkuiri terstruktur dapat meningkatkan berpikir kritis siswa.
3
Balqis Intan.2014.Pengaruh Multimedia Interaktif Game Berbasis Flash Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi System Periodik
Unsur.skripsi.respositoriuinjkt
4
Naeli Zakiyah.2011.Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur Terhadap Keterampilan Proses Sains. Skripsi.Respositoriuinjkt
5
Novitsania Annis.2013.Perbedaan Keterampilan Proses Sains Antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur dengan Siswa yang
Menggunakan Model Inkuiri Terbimbing pada Konsep Fotosintesis.skripsi uinjkt
6
Radno Harsanto, Melatih Anak Berpikir Analisis, Kritis, dan Kreatif, Jakarta:Grasindo, 2005 h, 54