57
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data sampel yang diperoleh homogen atau tidak, dengan kriteria suatu sampel
dinyatakan homogen apabila F
hitung
F
tabel.
Dari perhitungan uji homogenitas diperoleh hasil pada Tabel 4.6. :
Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas Pretes dan Postes
Variable Taraf
signifikan F
hitung
F
tabel
Keterangan
Pretes 0,05
1,170 3,99
Homogen Postes
0,05 1,699
3,99 Homogen
Tabel 4.6. menunjukan bahwa nilai F
hitung
untuk data pretes maupun postes cenderung lebih kecil daripada data nilai F
tabel.
Adapun perhitungan uji homogenitas selengkapnya terlampir pada Lampiran 15.
Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok kelas kontrol dan kelas eksperimen
memiliki varians yang sama homogen.
C. Uji N-gain
Uji N-gain digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang dilihat dari hasil pretes dan hasil
postes. Hasil perhitungan uji N-gain kelas kontrol dan kelas eksperimen pada Tabel 4.7. sedangkan untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
58
Tabel 4.7. Nilai Rata-rata Hasil Uji N-gain Pretes dan Postes
Kelas Rata-rata
N-gain Keterangan
Pretes Postes
Persentase Indeks
Kontrol 15,88
28,91 15
0,15 Low-g
Eksperimen 12,58
41,70 33
0,33 Medium-g
Berdasarkan Tabel 4.7. tersebut, baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen mengalami peningkatan keterampilan berpikir kritis. Nilai rata-
rata N-gain yang diperoleh di kelas kontrol adalah sebesar 0,15 sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis kelas kontrol
tergolong rendah. Sementara untuk kelas eksperimen, diperoleh nilai N-gain sebesar 0,33 yang berarti bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis
siswa tergolong sedang Pada mulanya, siswa kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata pretes yang
lebih besar dibandingkan dengan kelas eksperimen. Kemudian setelah diberikan perlakuan. Nilai kelas kontrol dan kelas ekaperimen sama-sama
meningkat. Akan tetapi, peningkatan nilai siswa dikelas eksperimen justru lebih unggul daripada kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan rata-
rata nilai postesnya. Nilai rata-rata postes kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur
mengalami kenaikan nilai postes yang lebih besar dengan persentase 41,70. Sedangkan nilai rata-rata postes kelas kontrol hanya sebesar 28,91. Oleh
karena itu, nilai rata-rata N-gain kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol.
D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
59
Untuk itu, dilakukan pengujian statistik pada data pretes dan postes dari kedua kelas tersebut.
Untuk data pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji t karena kedua data tersebut
berdistribusi normal dan homogen. Hasil uji hipotesis data pretes dengan menggunakan uji t dapat dilihat pada tabel berikut, sedangkan perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.
Tabel 4.8. Hasil Uji Hipotesis Data Pretes
Variabel Taraf
signifikan T
hitung
T
tabel
keterangan
Uji t 0,05
-1,912 1,998
H diterima
Berdasarkan Tabel 4.8. uji t data pretes tersebut, diperoleh T
hitung
sebesar -1,912. Dengan nilai T
tabel
sebesar 1,998, maka -1,998- 1,9121,998 memenuhi kriteria
–T
tabel
T
hitung
T
tabel
sehingga H diterima,
dan H
a
ditolak. Hal ini berarti data pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak berbeda.
Demikian pula untuk data postes kelas kontrol dan kelas eksperimen, karena kedua data berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan
pengujian hipotesis menggunakan uji t. berikut adalah tabel hasil uji hipotesis pada data postes menggunakan uji t, sementara perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.
Tabel 4.9. Hasil Uji Hipotesis Data Postes
Variabel Taraf
signifikan T
hitung
T
tabel
keterangan
Uji t 0,05
4,047 1,998
H diterima
60
Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai T
hitung
sebesar 4,047. Dengan nilai T
tabel
sebesar 1,998, maka -1,9984,0471,998. Artinya hasil uji hipotesis data postes tidak memenuhi kriteria
–T
tabel
T
hitung
T
tabel
sehingga H
a
diterima dan H ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh saat pretes kelas kontrol nilai tertinggi yang didapat sebesar 37 dengan rata-rata sebesar 15,88, sedangkan
pretes kelas eksperimen nilai tertinggi yang didapat sebesar 29 dengan rata- rata 12,58, dari data pretes tersebut dapat dilihat bahwa kelas kontrol
memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Dan untuk hasil postes kelas kontrol nilai tertinggi yang didapat adalah 49
dengan rata-rata sebesar 28,91. Sedangkan pada kelas eksperimen nilai tertinggi yang didapat 82 dengan rata-rata 41,70. Dapat dilihat dari hasil
postes yang berbeda dengan hasil pretes, nilai yang paling tinggi didapat di kelas eksperimen.
Kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan berpikir kritis dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur. Inkuiri
terstruktur itu sendiri merupakan sarana yang memiliki potensi untuk pencapaian indikator-indikator berpikir kritis. Menurut Allan Colburn dalam
jurnalnya, pembelajaran inkuiri terstruktur didefinisikan sebagai berikut Dalam inkuiri terstruktur, siswa akan mengadakan penyelidikan dan
penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang disediakan guru.
1
Hasil penelitian ini secara umum membuktikan munculnya berpikir kritis melalui model inkuiri terstruktur. Dari beberapa fase inkuiri
terstruktur ada fase yang diasumsikan dapat memunculkan berpikir kritis. Fase tersebut adalah fase hipotesa atau hipotesis, dan berpikir kritis juga
memiliki beberapa indikator, pada penelitian ini indikator yang memiliki
1
Colburn Allan. 2000.an Inquiry Primer.Sciens cope