2.2.4. Kajian Mengenai Keragaan Pasar
Keragaan pasar sebagai akibat dari struktur dan perilaku pasar yang terbentuk dalam kegiatan tataniaga yang ditunjukkan dengan harga, biaya dan
volume produksi. Hermansyah 2008 dan Sihombing 2010 menggunakan tiga indikator dalam menganalisis keragaan pasar yaitu marjin tataniaga,
farmer’s share, dan rasio keuntungan dengan biaya. Sedangkan Lestari 2006 dan Adnany
2008 menggunakan empat indikator dalam menganalisis keragaan pasar dengan menambahkan satu indikator lagi yaitu keterpaduan pasar.
Marjin pemasaran dihitung berdasarkan selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diperoleh produsen. Hermansyah 2008 dan
Sihombing 2010 mendapatkan bahwa marjin terbesar terdapat pada saluran II petani, PPD, PPK, pedagang besar, pedagang pengecer dan saluran I petani,
PPD, pedagang besar, pengecer, hal ini dikarenakan keduan saluran tersebut memiliki saluran tataniaga terpanjang dan harga penjualan yang ditetapkan cukup
tinggi. Sebaran marjin pada setiap pola saluran tataniaga menurut Adnany 2008 dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya a banyaknya lembaga tataniaga
yang terlibat pada setiap pola salurannya; b besarnya biaya tataniaga yang dikeluarkan; c besarnya keuntungan yang diperoleh setiap lembaga tataniaga dan
d besarnya harga pembelian dan penjualan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tataniaga. Berdasarkan analisis marjin yang dilakukan oleh Adnany 2008,
Hermansyah 2008 dan Sihombing 2010 saluran yang efisien adalah saluran yang memiliki marjin tataniaga yang paling kecil, biaya tataniaga kecil, serta
keuntungan yang cukup besar jika dibandingkan dengan saluran tataniaga lainnya. Hermansyah 2008 menambahkan bahwa suatu saluran tataniaga dikatakan
efisien jika volume penjualannya paling tinggi dibandingkan dengan saluran lainnya. Jika ditinjau dari segi marjin, saluran I lebih efisien. Namun, menurut
Hermansyah 2008 saluran II paling efisien karena mampu menjual sebanyak 12.500 buah perharinya atau sekitar 56 persen dari total keseluruhan kepada
pedagang besar di Jakarta. Farmer’s share sering digunakan sebagai indikator dalam mengukur
kinerja suatu sistem tataniaga, tetapi farmer’s share yang tinggi tidak mutlak
menunjukkan bahwa pemasaran efisien. Lestari 2006, Adnany 2008 dan
Sihombing 2010
menyatakan bahwa
saluran yang
efisien karena
menguntungkan petani adalah saluran yang memiliki nilai farmer’s share paling
tinggi. Besar kecilnya nilai farmer’s share dipengaruhi oleh panjang pendeknya
saluran tataniaga. Semakin pendek saluran tataniaga maka nilai farmer’s share
tinggi. Adnany 2008 menambahkan bahwa perbedaan nilai farmer’s share pada
setiap saluran tataniaga dipengaruhi oleh besar kecilnya marjin tataniaga dan tinggi rendahnya harga ditingkat konsumen atau harga jual pada tingkat lembaga
tataniaga tertinggi. Rasio keuntungan dan biaya menunjukkan besarnya keuntungan yang
diperoleh suatu lembaga tataniaga terhadap biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga. semakin tinggi nilai rasio yang diperoleh dapat menunjukkan
bahwa semakin besar keuntungan yang diperoleh. Sihombing 2010 mendapatkan hasil bahwa saluran II lebih efisien karena memiliki nilai rasio
tertinggi dibandingkan dengan saluran lainnya. Berbeda dengan Sihombing, Lestari 2006 melihat saluran efisien dari segi penyebaran rasio yang paling
merata pada setiap lembaga tataniaga walaupun mempunyai rasio keuntungan dan biaya yang rendah dibandingkan saluran lainnya.
2.3. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu