I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah
pangsa pasar serta berdaya saing sehingga dapat berperan sebagai salah satu upaya dalam peningkatkan ekonomi nasional. Subsektor hortikultura memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto PDB. Besarnya nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB atas harga berlaku pada
tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 76.795 milyar dan terus meningkat hingga tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 88.334 milyar atau meningkat sebesar 15 persen.
Nilai PDB hortikultura Tahun 2010 mengalami penurunan sebesar dua persen, yaitu dari Rp. 88.334 milyar menjadi sekitar Rp. 86.565 milyar.
Penurunan ini disebabkan karena adanya penurunan jumlah produksi dari komoditas buah-buahan dan tanaman biofarmaka. Nilai PDB hortikultura
berdasarkan harga berlaku terdapat pada Tabel 1. Namun, nilai pasar hortikultura nasional tahun 2012 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 10
– 15 persen atau Rp. 600 milyar
– Rp. 700 milyar dari tahun sebelumnya Subagyo 2011
1
.
Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun 2007
– 2010
No Kelompok
Komoditas Nilai PDB Milyar Rupiah
2007 2008
2009 2010
1 Buah-buahan
42.362 47.060
48.437 45.482
2 Sayuran
25.587 28.205
30.506 31.244
3 Tanaman Hias
4.741 5.085
5.494 6.174
4 Tanaman Biofarmaka
4.105 3.853
3.897 3.665
Total Hortikultura 76.795
84.203 88.334
86.565
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura 2011
1
http:www.indonesiafinancetoday.comread16655Pasar-Benih-Hortikultura-Diprediksi Tumbuh-10-15 [diakses tanggal 10 Januari 2012]
Buah-buahan memberikan kontribusi terbesar setiap tahunnya terhadap PDB hortikutura. Persentase kontribusi PDB buah terhadap PDB hortikultura
adalah sebesar 52,54 persen atau Rp. 45.481 milyar dari PDB hortikultura sebesar Rp. 86.656 milyar. Persentase beberapa komoditas buah terhadap PDB total buah
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 . Kontribusi PDB Komoditas Buah Terhadap Total PDB Buah Nasional
Tahun 2010 No
Komoditas Nilai PDB
Milyar Rp Kontribusi
1 Pisang
12.987,67 28,56
2 Jeruk Siam
8.616,64 18,95
3 Mangga
4.561,72 10,03
4 Nenas
3.546,26 7,80
5 Salak
2.603,95 5,73
6 Durian
2.476,61 5,45
7 Rambutan
2.246,82 4,94
8 Buah Lainnya
8.442,23 18,56
Total Buah 45.481,89
100,00
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura 2011
Komoditas buah-buahan sudah menjadi komoditas dalam perdagangan internasional. Hal ini terlihat dari meningkatnya permintaan pasar luar negeri
terhadap buah-buahan Indonesia. Tahun 2010 permintaan pasar internasional terhadap buah-buahan tropika sebesar 3,8 juta ton atau meningkat sebesar 87
persen. Namun, permintaan tersebut belum dapat sepenuhnya terpenuhi oleh produksi dalam negeri. Berdasarkan data global perdagangan dunia, negara
pengimpor buah terbesar adalah negara-negara Uni Eropa 43, Amerika Serikat 16, negara di sekitar Uni Eropa 6, Rusia 5, Jepang 4 dan negara
lainnya 24
2
. Direktorat Jenderal Hortikultura menyatakan bahwa nenas merupakan
salah satu komoditas hortikultura unggulan Indonesia. Nenas juga merupakan
2
http:mediadata.co.idMCS-Indonesia-Editionprospek-ekspor-buah-buahan-indonesia-dan bahan-baku-food-industry.html [diakses tanggal 10 Januari 2012]
salah satu komoditas binaan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 511KptsPD.31092006.
Permintaan ekspor terhadap nenas cukup tinggi. Hal ini dapat terlihat dari tingginya volume ekspor nenas setiap
tahunnya. Nenas asal Indonesia tidak hanya diekspor dalam bentuk segar, tetapi juga dalam bentuk nenas olahan. Perkembangan volume ekspor nenas dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan Volume Ekspor Nenas dan Komoditi Buah Indonesia
Lainnya Tahun 2008 – 2011
No Komoditas Volume EksporTahun Kg
2008 2009
2010 2011
1 Nenas
269.663.512 179.309.580
159.008.677 189.223.310
2 Manggis
9.465.665 11.318.628
11.387.696 12.603.043
3 Jeruk
1.443.210 1.108.181
1.338.961 1.004.723
4 Mangga
1.908.001 1.615.788
998.545 1.485.429
5 Pisang
1.969.871 700.700
13.578 1.734.655
6 Buah
lainnya 38.043.385
28.115.043 22.018.867
14.817.713 Total
323.888.910 224.332.465
196.341.373 223.010.929
Sumber: Badan Pusat Statistik 2012
Jika dilihat pada Tabel 3 bahwa ekspor nenas menduduki peringkat pertama dibandingkan ekspor buah lainnya. Perkembangan volume ekspor nenas
Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2008 – 2010. Namun pada tahun
2011 mengalami peningkatan menjadi sebesar 189.223.310 kg. Peningkatan ekspor ini menunjukkan peningkatan permintaan nenas di pasar luar negeri,
sehingga terdapat peluang pasar bagi Indonesia. Nenas ekspor Indonesia banyak dimanfaatkan untuk konsumsi, bidang kesehatan dan bidang kecantikan
3
. Negara pengimpor nenas dari Indonesia antara lain Amerika Serikat, Belanda, Singapura,
Jerman dan Spanyol. Tanaman nenas menempati urutan ketiga terbesar produksi buah-buahan
tahunan. Tahun 2010 total produksi nenas mencapai 1.406.445 ton dimana
3
http:www.medanbisnisdaily.comnewssearch?key=Ekspor+Jus+NanasHal=44 [diakses
tanggal 11 Juni 2012]
mengalami penurunan sebesar 9,74 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tabel 4 menunjukkan produksi buah-buahan Indonesia Tahun 2009
– 2010.
Tabel 4. Produksi Buah-buahan Indonesia Tahun 2009
– 2010 No
Jenis Buah Produksi ton
2009 2010
1 Durian
797.798 492.139
2 Jeruk
2.025.840 1.937.773
3 Mangga
2.243.440 1.287.287
4 Manggis
105.558 84.538
5 Nenas
1.558.196 1.406.445
6 Pisang
6.373.533 5.755.073
Sumber: Badan Pusat Statistik 2010
Tanaman nenas sangat banyak dikembangan di Indonesia. Kultivar utama nenas yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah Smooth Cayenne dan
Queen. Kultivar Smooth Cayenne lebih dikenal dengan sebutan nenas Subang. Nenas ini bentuknya bulat dan besar, sari buahnya banyak, daging buah berserat
kasar, daunnya tidak berduri dan warna kulit buah tidak kuning merata jika sudah matang. Nenas Bogor, Palembang, Pemalang dan Blitar termasuk dalam kultivar
Queen. Jika dilihat dari sebaran per pulaunya, Pulau Sumatera merupakan pulau penghasil nenas terbesar yaitu sebesar 753.032 ton atau 53,54 persen. Daerah
penghasil nenas terbesar yaitu Lampung 469.034 ton, Jawa Barat 385.640 ton, Sumatera Selatan 114.305 ton dan Jawa Timur 72.404 ton dapat dilihat pada
lampiran 1. Salah satu sentra produksi nenas Indonesia terdapat di Provinsi Sumatera
Selatan. Sumatera Selatan merupakan penghasil nenas terbesar ketiga setelah Lampung dan Jawa Barat pada Tahun 2010, dengan nilai kontribusi sebesar 8,13
persen terhadap produksi nenas nasional Lampiran 1. Komoditi buah-buahan di Sumatera Selatan tahun 2010 yang mempunyai nilai produksi kumulatif
menyumbang produksi sebesar 92,06 persen dari total produksi buah-buahan Sumatera Selatan meliputi duku, durian, rambutan, nangka, pisang, nenas dan
jeruk. Hal ini merupakan potensi untuk menjadikan komoditi buah-buahan tersebut sebagai komoditi unggulan daerah.
Dibandingkan dengan tahun 2009, nenas masih merupakan tanaman yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total produksi buah-buahan di Sumatera
Selatan. Nenas mengalami peningkatan kontribusi dibandingkan tahun 2009 yaitu sebesar 114.300 ton atau 23,63 persen. Nenas banyak dihasilkan di Kabupaten
Ogan Ilir, Muara Enim dan Prabumulih. Dimana hampir sebesar 98,65 persen produksi nenas berasal dari ketiga kabupaten tersebut. Berikut ditunjukkan pada
Gambar 1 mengenai sebaran banyaknya tanaman nenas yang menghasilkan menurut triwulan pada tahun 2009 dan 2010.
Gambar 1. Tanaman Nenas yang Menghasilkan Tahun 2009 – 2010
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumsel , 2010
Gambar 1 menjelaskan bahwa tanaman nenas di Sumatera Selatan yang menghasilkan pada tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
Potensi pengembangan lahan nenas di Sumatera Selatan mencapai 12.332 ha. Salah satu Kabupaten yang terdapat di Sumatera Selatan yang memproduksi nenas
terbesar adalah Kabupaten Ogan Ilir. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi nenas Kabupaten Ogan Ilir terbesar diantara kabupaten lainnya. Produksi nenas di
Sumatera Selatan dijelaskan pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 produksi nenas di Kabupaten Ogan Ilir selama Tahun
2006 – 2010 mengalami fluktuasi. Produksi tertinggi pada tahun 2009 yaitu
sebesar 108.552 ton. Tahun 2010 jumlah produksi nenas di kabupaten Ogan Ilir menurun dan hanya mampu memproduksi sebesar 67.441 ton. Namun jumlah
produksi ini adalah tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya.
Triwulan
Tabel 5 . Produksi Nenas di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2006
– 2010 No. KabupatenKota
Jumlah Produksi Ton 2006
2007 2008
2009 2010
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
10. 11.
12. 13.
14. 15.
Palembang Musi Banyuasin
OKI Ogan Ilir
OKU OKU Timur
OKU Selatan Muara Enim
Lahat Musi Rawas
Banyuasin Prabumulih
Pagaralam Lubuk Linggau
Empat Lawang -
127 1.317
73.263 129
205 -
46.480 -
268 1.662
18.091 -
- -
6 26
1.109 43.710
23 27
- 8.409
- 56
77 1.000
- -
- 9
173 1.109
58.823 9
315 2
25.871 43
305 2.796
8.195 -
3 2
21 236
216 108.552
55 228
3 17.576
37 2.297
301 11.251
- 5
2 18
142 361
67.441 144
108 4
42.578 51
598 100
2.744 -
10 5
Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel 2011
Jika dilihat dari produksi lima komoditas buah-buahan potensial di Kabupaten Ogan Ilir, nenas merupakan buah-buahan yang paling potensial untuk
dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi nenas dan luas lahan panennya. Berikut produksi dan luas panen komoditas buah-buahan di Kabupaten
Ogan Ilir pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6 produksi nenas di Kabupaten Ogan Ilir pada Tahun 2010 sebesar 674.412 ton dengan luas panen sebesar 37.280.068
ha. Jumlah ini merupakan terbesar diantara komoditi buah lainnya yang dikembangkan di Kabupaten Ogan Ilir.
Tabel 6. Produksi dan Luas Panen Komoditas Buah-buahan Potensial di
Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2010 No
Komoditi Luas Panen
Ha Produksi
Ton 1
Duku 49.619
50.905 2
Jeruk Siam 177.488
51.519 3
Mangga 16.503
15.537 4
Nenas 37.280.068
674.412 5
Pisang 493.436
62.214 6
Buah Lainnya 106.015
56.759 Total
38.123.129 911.346
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel 2011
Produksi nenas tersebar di tujuh kecamatan Kabupaten Ogan Ilir. Tiga kecamatan yang memiliki luas areal dan tanaman nenas yang tinggi adalah
Kecamatan Lubuk Keliat, Tanjung Batu dan Payaraman. Kecamatan Payaraman memproduksi nenas dalam jumlah yang cukup besar. Sedangkan desa yang
memproduksi nenas terbesar di Kecamatan Payaraman diantaranya Desa Paya Besar dan Desa Seleman. Berikut Tabel 7 menjelaskan luas panen dan produksi
nenas di Kecamatan Payaraman Tahun 2007 – 2010.
Tabel 7. Luas Panen dan Produksi Nenas di Kecamatan Payaraman Tahun 2007
– 2009
Tahun Luas Panen Ha
Produksi Ton 2007
440 11.670
2008 689
15.402 2009
671 25.408
2010 513
24.674 2011
314 21.300
Sumber: Dinas Perbuntan Kabupaten Ogan Ilir 2012
Berdasarkan Tabel 7 luas panen dan produksi nenas di Kecamatan Payaraman relatif menurun. Namun, produksi nenas di Kecamatan Payaraman
merupakan produksi tertinggi diantara kecamatan lainnya. Hal ini berdasarkan informasi dari Dinas Perbuntan Kabupaten Ogan Ilir. Kondisi kebun nenas di
Kecamatan Payaraman bukan merupakan kebun yang bersifat monokultur melainkan tumpang sari. Tanaman nenas biasanya dijadikan sebagai tanaman sela
untuk tanaman karet Hevea braziliensis. Hal ini tentunya menyebabkan penurunan produksi buah nenas dan berdampak pada pendapatan yang diterima
petani dari usahatani nenas. Nenas yang berasal dari Sumatera Selatan dikenal dengan nama nenas
Palembang. Nenas ini sangat terkenal karena memiliki rasa buah manis, tidak berserat dan buahnya besar. Sistem penanaman dilakukan dengan monokultur atau
sebagai tanaman sela diantara tanaman utama yaitu tanaman karet. Bibit yang ditanam diperoleh dari perbanyakan sendiri. Nenas ini sangat disukai masyarakat
dalam bentuk segar dan kandungan vitaminnya banyak serta nilai kalorinya tinggi sehingga sangat baik untuk kesehatan
4
. Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu provinsi penghasil nenas
terbesar di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan produksi nenas untuk meningkatkan kesejahteraan sumberdaya manusia di lingkungan tersebut. Akan
tetapi hal ini belum berjalan dengan baik. Keadaan ini disebabkan karena masih terdapat perbedaan marjin di tingkat petani dengan harga di tingkat pedagang
besar. Perbedaan harga ini mengindikasikan bahwa petani memiliki bargaining position yang lemah dibanding dengan lembaga tataniaga lainnya.
1.2. Perumusan Masalah