dalam bentuk segar dan kandungan vitaminnya banyak serta nilai kalorinya tinggi sehingga sangat baik untuk kesehatan
4
. Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu provinsi penghasil nenas
terbesar di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan produksi nenas untuk meningkatkan kesejahteraan sumberdaya manusia di lingkungan tersebut. Akan
tetapi hal ini belum berjalan dengan baik. Keadaan ini disebabkan karena masih terdapat perbedaan marjin di tingkat petani dengan harga di tingkat pedagang
besar. Perbedaan harga ini mengindikasikan bahwa petani memiliki bargaining position yang lemah dibanding dengan lembaga tataniaga lainnya.
1.2. Perumusan Masalah
Pemerintah mendorong pengembangan kawasan hortikultura yang mengintegrasikan penanaman, pengemasan dan memiliki rantai pasok hingga ke
konsumen. Berdasarkan Renstra Kemtan tahun 2010 – 2014 bahwa nenas
termasuk menjadi salah satu komoditas unggulan nasional yang perlu dikembangkan. Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang
diprioritaskan dalam pengembangan kawasan hortikultura sepuluh komoditas unggulan nasional, dua diantaranya adalah kentang dan nenas. Akan tetapi
pengembangan ini terhambat permasalahan yang ada. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi, baik kualitas maupun kuantitas diperlukan pendampingan
penerapan paket teknologi, bimbingan dan pelatihan untuk petugas lapang maupun untuk petani.
Pendampingan Program Strategis Departemen Pertanian Pengembangan Kawasan Hortikultura yang dilaksanakan pada tahun 2011. Kegiatan ini dilakukan
untuk memberikan pendampingan dan pengawalan teknologi budidaya nenas dan teknologi pengolahan pasca panen nenas yang diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas serta pendapatan petani dengan target peningkatan produksi lebih besar dari sepuluh persen
5
. Sumatera Selatan dikenal sebagai salah satu provinsi yang memproduksi
nenas terbesar di Indonesia. Sebagian besar perkebunan nenas di Sumatera
4
http:sumsel.litbang.deptan.go.idindex.phpplasma-nutfahnanas [diakses tanggal 10 Januari 2012]
5
http:sumsel.litbang.deptan.go.idindex.phpprogramkawasan-hortikultura [diakses tanggal 10 Januari 2012]
Selatan dimiliki oleh rakyat dan ditanam secara tradisional. Tanaman nenas mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan di Sumatera Selatan.
Berdasarkan kesesuaian lahan dan agroklimat, potensi lahan yang tersedia untuk pengembangan nenas di Sumatera Selatan masih cukup besar. Hal tersebut
tergambar pada Tabel 8.
Tabel 8 . Potensi Lahan untuk Pengembangan Nenas di Sumatera Selatan Tahun
2010. No
KabupatenKota Potensi Lahan ha
1 Ogan Ilir
7.727 2
Prabumulih 1.505
3 Muara Enim
3.100 Jumlah
12.332
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan ortikultura Sumsel 2011
Berdasarkan Tabel 8 bahwa Kabupaten Ogan Ilir memiliki potensi lahan terbesar untuk pengembangan nenas yaitu sebesar 7.727 ha. Namun potensi ini
belum dimanfaatkan secara optimal. Petani melakukan kegiatan usahatani nenas dengan luas pengusahaan relatif sempit mulai 0,25
– 2,0 ha. Komoditi ini belum diusahakan secara besar-besaran dengan penggunaan modal seperti komoditi
perkebunan lainnya, sehingga pengelolaan tanaman nenas belum dilakukan secara intensif.
Salah satu yang menjadi permasalahan nenas adalah kegiatan pemasarannya. Pemasaran nenas kebanyakan masih dalam bentuk buah segar dan
masih sangat sedikit industri yang melakukan pengolahan nenas menjadi produk hasil olahan. Padahal produk hasil olahan ini dapat memberikan nilai tambah bagi
petani nenas. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani nenas bahwa Desa Paya Besar sudah pernah mendapat bantuan alat untuk mengolah nenas menjadi kripik
nenas pada tahun 2005. Namun usaha pengolahan tersebut tidak dapat bertahan lama karena mengalami keterbatasan bahan baku dan tingginya biaya produksi
yang dikeluarkan. Adanya keterbatasan bahan baku tersebut karena petani lebih memilih untuk menjual nenasnya kepada pedagang pengumpul desa. Hal ini
diakibatkan harga jual nenas ke pedagang pengumpul desa lebih tinggi
dibandingkan harga jual ke industri pengolahan tersebut. Sejak saat itu di Desa Paya Besar belum ada lagi industri pengolahan nenas.
Pemasaran buah nenas dilakukan oleh petani di Desa Paya Besar kepada pedagang pengumpul desa, pedagang besar JakartaPalembang dan pedagang
pengecer JakartaPalembang. Harga di tingkat petani bervariasi tergantung pada musim buah lainnya dan juga tergantung pada ukuran buah nenas. Harga nenas
pada bulan Januari hingga Maret 2012 untuk ukuran buah nenas pertama Rp. 2.000,00 per buah, ukuran buah nenas kedua Rp. 1.500,00 dan ukuran buah nenas
ketiga Rp. 1.000,00. Penurunan jumlah produksi nenas di Kabupaten Ogan Ilir juga
mempengaruhi jumlah produksi nenas secara nasional. Berdasarkan informasi yang diperoleh selama di lapangan, penurunan jumlah produksi ini berdampak
pada kegiatan pemasaran nenas. Suplai nenas di Pasar Induk Kramat Jati menjadi berkurang sehingga mengakibatkan harga nenas meningkat di pasar. Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati hampir sebagian besar nenas yang dijual di pasar tersebut adalah nenas Palembang yang
berasal dari Kabupaten Ogan Ilir. Hal ini juga dinyatakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Selatan bahwa pemasaran nenas
yang berasal dari Kabupaten Ogan Ilir banyak ke Pulau Jawa. Berikut harga data rata-rata per bulan nenas Palembang di Pasar Induk Kramat Jati pada Tahun 2009
– 2011 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 . Harga Rata-rata Nenas Palembang di Pasar Induk Kramat Jati Tahun
2009 – 2011
Bulan Tahun Rpbuah
2009 2010
2011 Januari
2888,4 3034,2
3853,5 Februari
2832,3 3182,3
3950,0 Maret
2771,5 3282,0
3707,0 April
2599,8 3246,5
4100,0 Mei
2445,8 3071,4
4122,0 Juni
2514,5 3450,0
3918,0 Juli
2800,2 3414,0
4005,8 Agustus
2800,2 3608,0
4150,0 September
2830,0 3672,3
4222,0 Oktober
2828,4 3671,6
4320,0 November
2660,8 3657,3
3810,8 Desember
2912,0 3680,0
3405,8 Jumlah Rata-rata
2715,3 3414,1
3963,7
Sumber: Pasar Induk Kramat Jati, 2012 diolah
Berdasarkan data pada Tabel 9 bahwa harga nenas Palembang di Pasar Induk Kramat Jati cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun,
peningkatan harga nenas di Pasar Induk Kramat Jati tidak diikuti dengan peningkatan harga jual nenas di tingkat petani khususnya di Desa Paya Besar.
Harga jual nenas petani justru mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan adanya selisih marjin yang relatif cukup besar antara produsen dengan pedagang.
Besarnya marjin antara produsen nenas dengan pedagang besar pada tahun 2009 –
2010 dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:
Gambar 2. Marjin Harga Rata-rata Nenas di Produsen Kabupaten Ogan Ilir dengan Konsumen PIKJ Tahun 2009
– 2010
Sumber: Pasar Induk Kramat Jati, 2012 diolah
Berdasarkan Gambar 2 harga nenas di tingkat produsen Kabupaten Ogan Ilir mengalami peningkatan pada bulan April 2009. Namun, pada bulan-bulan
selanjutnya harga nenas cenderung stabil sepanjang tahun 2009 – 2010 dan
bahkan menurun pada tahun 2011 menurut informasi yang diperoleh dari petani di Desa Paya Besar. Jika dilihat pada gambar maka marjin pemasaran nenas
mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat. Wilayah Palembang juga sering mengalami kekurangan pasokan nenas.
Kurangnya pasokan nenas ini diduga karena alasan yang sama yaitu terjadinya penurunan produksi nenas. Penurunan produksi ini disebabkan oleh berkurangnya
lahan produksi nenas. Kelangkaan nenas ini berimbas pada kenaikan harga jualnya. Harga nenas di pasar tradisional Kota Palembang mencapai Rp. 4.000
– Rp. 4.500 per buah yang berukuran sedang. Padahal saat kondisi normal harga
nenas berkisar Rp. 2.500 – Rp. 3.000 per buah
6
. Namun, kenaikan harga ini tidak sepenuhnya dinikmati oleh petani nenas di Sumatera Selatan. Hal ini dikarenakan
kurangnya transparansi harga dari pedagang yang biasa membeli nenas dari petani.
Selain itu, petani menjual semua nenas hasil panennya kepada pedagang pengumpul desa yang harganya ditentukan oleh para pedagang. Kondisi ini
disebabkan karena kurangnya informasi yang dimiliki petani mengenai perkembangan harga nenas di pasar. Petani juga tidak memiliki alternatif
pemasaran nenas sehingga memposisikan petani sebagai penerima harga price taker. Posisi ini membuat peran pedagang lebih tinggi dalam menentukan harga
dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Adanya marjin tataniaga menyebabkan perlunya melakukan pengkajian
sistem tataniaga nenas Palembang yang efisien dengan mengidentifikasi saluran tataniaga yang terlibat, pola saluran tataniaga tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga
yang dijalankan serta struktur, perilaku dan keragaan pasar. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem tataniaga nenas Palembang yang terbentuk di Desa
Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir?
6
http:regional.kompas.com [Diakses tanggal 19 Maret 2011]
2. Apakah saluran tataniaga nenas di Desa Paya Besar, Kecamatan
Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir sudah efisien?
1.3. Tujuan Penelitian