Kajian Mengenai Struktur Pasar Kajian Mengenai Perilaku Pasar

PPD, Pedagang Pengecer, Konsumen Lokal dan Non Lokal, Jalur II: Petani Pedagang Pengumpul Desa PPD, Pedagang Pengumpul Kota PPK, Pedagang Besar, Pedagang Pengecer, Konsumen Pulau Jawa, Jalur III: Petani, Pedagang Pengumpul Kota PPK, Pedagang Besar, Pedagang Pengecer, Konsumen Pulau Jawa. Berbeda dengan Sihombing 2010 yang menganalisis tataniaga nenas Bogor. Berdasarkan hasil analisis, daerah tujuan pemasaran nenas Bogor hanya sampai konsumen lokal. Pada saluran kedua nenas dari petani disalurkan ke pedagang pengumpul desa dan selanjutnya disalurkan kepada pedagang pengolah. Lembaga tataniaga yang terlibat menjalankan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar proses penyampaian barang yang menjadi perdagangannya. Pada dasarnya fungsi-fungsi dalam pemasaran dapat dikategorikan menjadi tiga fungsi yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Adnany 2008 dan Siregar 2008 menyatakan bahwa petani sangat jarang bahkan hampir tidak melakukan fungsi fasilitas sortasi dan grading pada hasil panennya. Namun kegiatan sortasi dan grading kadang-kadang dilakukan oleh petani khususnya yang telah mengikuti Standard Operational Procedure SOP dalam Sihombing 2010. Hal ini dilakukan untuk memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Adnany 2008 menyatakan bahwa fungsi pengemasan umumnya dilakukan oleh petani, pedagang pengumpul, pedagang besarpedagang pengirim, dan pedagang pengecer. Pengemasan ini dilakukan untuk memudahkan penimbangan dan pengangkutan saat penjualan. Terdapat tiga jenis kemasan yang digunakan yaitu kardus karton, keranjang bambu, dan peti kayu. Lestari 2006 menambahkan pengemasan dapat menggunakan karung yang terbuat dari plastik. Pengemasan bertujuan untuk melindungi fisik buah dari benturan saat proses pengangkutan.

2.2.2. Kajian Mengenai Struktur Pasar

Struktur pasar yang terbentuk pada pemasaran komoditas pertanian berbeda-beda pada setiap lembaga tataniaga. Adnany 2008, Siregar 2008 dan Sihombing 2010 menganalisis struktur pasar dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, informasi harga pasar dan hambatan masuk pasar. Struktur pasar yang dihadapi petani cenderung mengarah ke oligopsoni. Hal ini dilihat dari jumlah petani lebih banyak dibandingkan jumlah pembeli, petani tidak dapat mempengaruhi tingkat harga pasar dan petani sebagai price taker. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul, pedagang besar serta pedagang pengecer cenderung mengarah ke pasar oligopoli. Hidayati 2009, Kusumah 2011, dan Rosiana 2012 melakukan analisis struktur pasar secara kuantitatif dengan mengetahui pangsa pasar, konsentrasi rasio pasar, dan hambatan keluar masuk pasar. Hambatan keluar masuk pasar dianalisis dengan menggunakan Minimum Efficiency Scale MES oleh Hidayati 2009 dan Rosiana 2012. Struktur pasar bersaing ditunjukkan dengan nilai konsentrasi pasar sebesar ≤ 33, 33 – 50 untuk struktur pasar oligopsoni lemah, dan 50 untuk struktur pasar oligopsoni kuat.

2.2.3. Kajian Mengenai Perilaku Pasar

Perilaku pasar dianalisis secara deskriptif dengan menganalisis sistem penetapan harga dan pembayaran, kegiatan pemasaran, dan kerjasama antar lembaga pemasaran. Umumnya, penentuan harga dilakukan dengan sistem tawar- menawar dan ditentukan oleh lembaga pemasaran yang tingkatannya lebih tinggi. Harga di tingkat petani lebih ditentukan oleh pedagang pengumpul desa. Sedangkan harga di tingkat lembaga tataniaga lainnya didasarkan atas harga yang berlaku umum di pasar dalam Sihombing 2010 dan Hermansyah 2008. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh lembaga tataniaga diantaranya sistem pembayaran tunai, sistem pembayaran kemudian, dan sistem pembayaran uang muka. Adnany 2008 dan Sihombing 2010 menjelaskan bahwa sistem pembayaran yang berlangsung tergantung pada tingkat kepercayaan dan perjanjian antara kedua belah pihak. Adnany 2008 mengatakan bahwa kerjasama antar lembaga tataniaga didasarkan pada lamanya hubungan dagang dan rasa saling percaya yang terbentuk. Berbeda dengan Adnany 2008, Sihombing 2010 mengatakan bahwa kerjasama yang terjalin antar lembaga umumnya karena ikatan kekeluargaan. Kerjasama ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan posisi tawar dan penentuan harga.

2.2.4. Kajian Mengenai Keragaan Pasar

Dokumen yang terkait

POLA KERJA PETANI PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus di Desa Tania Makmur Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir,Sumatera Selatan)

0 13 2

KERAJINAN KAIN TENUN SONGKET DALAM UPAYA PELESTARIAN BUDAYA DAERAH PALEMBANG DI DESA MUARA PENIMBUNG ULU KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2012

6 73 51

Analisis efisiensi tataniaga pupuk urea PT.Pupuk Sriwidjaya setelah adanya kebijakan subsidi (Studi kasus di Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan)

0 13 117

Analisis dayasaing buah nenas model tumpang sari dengan karet:kasus di Desa Sungai Medang, Kecamatan Cambai, Prabumulih dan di Desa Payaraman, Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan

2 12 169

Analisis Tataniaga Markisa Ungu di Kabupaten Karo (Studi Kasus Desa Seberaya, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara)

3 27 125

Etos Kerja Masyarakat Pesisir di Desa Simpang Tiga Jaya Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komring Ilir Provinsi Sumatera Selatan

2 8 118

Inventarisasi Batubara Bersistim di Daerah Pagardewa, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan

0 0 13

PEMBENTUKAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN, DAN KABUPATEN OGAN ILIR DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 31

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MELALUI INOVASI PENGEMASAN MAKANAN DI KECAMATAN PAYARAMAN KABUPATEN OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN

0 1 6

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA AIR MUARA RAMBANG KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 20