Karakteristik Pedagang Responden Lembaga Tataniaga

Pengalaman bertani yang dimiliki oleh petani responden dapat mempengaruhi keberhasilan usahatani nenas. Petani yang sudah lama melakuan usahatani nenas biasanya memiliki pengalaman yang lebih dalam melakukan budidaya nenas. Kegiatan usahatani nenas ini dilakukan secara turun-temurun sehingga masih banyak petani di Desa Paya Besar yang melakukan kegiatan usahatani nenas secara tradisional. Karakteristik pengalaman petani responden dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 . Karakteristik Pengalaman Petani Responden dalam Usahatani Nenas di Desa Paya Besar Lama Bertani Nenas tahun Petani orang Persentase ≤ 5 3 10,00 6 – 10 10 33,33 11 – 15 5 16,67 16 – 20 7 23,33 20 5 16,67 Total 30 100,00 Dari hasil wawancara didapatkan bahwa terdapat sepuluh petani atau sebesar 33,33 persen yang melakukan usahatani nenas selama 6 – 10 tahun. Terdapat tiga petani yang baru melakukan usahatani nenas selama kurang dari sama dengan lima tahun.

5.4. Karakteristik Pedagang Responden

Berdasarkan hasil penelusuran terhadap responden pedagang, diperoleh sebanyak lima belas pedagang responden yang terdiri dari lima pedagang pengumpul desa PPD, empat pedagang besar, dan lima pedagang pengecer di Palembang dan luar kota. Karakteristik yang diperhatikan terhadap pedagang responden diantaranya umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman berdagang nenas. Berdasarkan karakteristik umur, pedagang responden memiliki umur yang bervariasi dengan jumlah kelompok umur tebanyak adalah pedagang berumur antara 26 – 40 tahun yaitu sebanyak delapan pedagang atau 57,14 persen. Sedangkan enam pedagang lainnya atau sebesar 42,86 persen berumur lebih dari 40 tahun. Pada umumnya pedagang responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 orang pedagang atau sebesar 85,71 persen. Untuk sebaran tingkat pendidikan pedagang nenas juga bervariasi didominasi oleh pedagang yang tamat Sekolah Menengah Pertama SMP yaitu sebanyak enam orang atau sebesar 42,86 persen. Dua diantaranya tidak tamat Sekolah Dasar SD, satu orang pedagang merupakan tamatan pendidikan Diploma dan dua orang pedagang menyelesaikan Sekolah Menengah Atas SMA. Berdasarkan tingkat pengalaman berdagang nenas, sebaran tingkat pengalaman berdagang pedagang responden cukup beragam dengan jumlah terbesar adalah tingkat pengalaman lebih dari 10 tahun atau sebesar 50 persen. Pengalaman pedagang dalam berdagang nenas akan berkaitan dengan jaringan perdagangan baik dengan petani maupun pedagang lainnya serta pengalaman dalam mengahadapi berbagai peluang dan risiko dalam berdagang nenas.

5.5. Gambaran Umum Usahatani Nenas

Budidaya tanaman nenas terdiri dari beberapa tahapan yaitu pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, penyiangan dan pemanenan.

5.5.1. Pembibitan

Pembibitan nenas biasanya dilakukan sendiri oleh petani Desa Paya Besar. Petani responden mendapatkan bibit dari tunas akar anakan atau slip yaitu tunas yang terdapat pada ujung pangkal buah nenas sebelumnya. Jenis varietas yang banyak dibudidayakan di Desa Paya Besar adalah jenis Queen atau lebih dikenal dengan sebutan Nenas Palembang. Perbanyakan untuk jenis nenas ini sangat dianjurkan dengan menggunakan tunas karena memiliki jumlah anakan dan slip banyak. Namun terdapat beberapa petani membeli bibit nenas kepada petani lainnya. Hal ini biasa dilakukan jika jumlah tunas dari tanaman sebelumnya belum mencukupi kebutuhan tanam di lahan. Petani membeli bibit nenas dengan harga Rp.100 per bibit. Begitu juga sebaliknya, petani yang memiliki bibit berlebih biasanya akan menjual bibit tersebut. Tunas yang dipilih menjadi bibit sebaiknya yang berukuran cukup besar dan masih muda. Jika tunas yang digunakan sudah tua, maka akan berpengaruh tehadap ukuran buah nenas. Tunas yang baik memiliki diameter 4 – 5 cm dan tinggi lebih dari 30 cm. Untuk satu hektar lahan, petani menggunakan 15.000 – 40.000 bibit. Jumlah penggunaan bibit tergantung pada jarak tanam tanaman nenas. Rata-rata bibit yang digunakan oleh petani nenas di Desa Paya Besar yaitu 30.000 bibit per hektar.

5.5.2. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan petani sebelum penanaman agar lahan yang akan ditanami bersih dari alang-alang, rumput, atau sisa batang yang masih tertinggal di dalam tanah. Alat yang digunakan petani untuk mengolah lahan adalah cangkul. Tanah dicangkul sedalam ± 25 cm agar tanah gembur dan subur saat akan ditanami. Kemudian diratakan lalu dibuat bedengan. Bedengan yang dibuat biasanya dengan jarak 80 – 100 cm antar barisan dan 35 – 50 cm jarak dalam barisan.

5.5.3. Penanaman

Setelah selesai pengolahan lahan maka selanjutnya kegiatan penanaman dilakukan. Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan sedalam 5 – 10 cm atau ± ¼ panjang bagian bibit. Jika bibit ditanam terlalu dangkal maka perakaran tanaman nenas akan kurang kuat. Satu lubang tanam hanya dapat ditanami dengan satu bibit. Tanaman nenas sangat baik ditanam pada musim penghujan karena tananam ini membutuhkan tanah lembab dan basah. Dari total bibit yang ditanam pada satu hektar lahan biasanya akan terjadi kegagalan tanam sebesar 8 – 20 persen. Oleh karena itu, petani harus menyiapkan bibit cadangan untuk kebutuhan penyulaman sebesar kegagalan tanam. Kegiatan penyulaman dilakukan petani sejak minggu ketiga atau keempat setelah tanam.

5.5.4. Pemeliharaan

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam proses pemeliharaan diantaranya penyiangan dan pemupukan. Penyiangan tidak rutin dilakukan oleh petani. Biasanya petani melakukan penyiangan setiap tiga bulan sekali tergantung kondisi gulma di lahan nenas. Jika gulma sudah mulai lebat dan panjang maka penyiangan harus dilakukan karena jika dibiarkan akan menghambat pertumbuhan tanaman nenas. Kegiatan penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan kored atau cangkul kecil. Kegiatan ini dilakukan oleh petani dan dibantu oleh anggota keluarganya yaitu istri. Petani tidak menggunakan zat kimia dalam pengendalian gulma. Tujuannya menghindari ketergantungan petani terhadap penggunaan zat kimia yang dianggap dapat menambah biaya produksi. Umumnya petani responden tidak menggunakan pupuk kimia bahkan beberapa petani tidak melakukan pemupukan pada tanaman nenasnya. Petani hanya mengandalkan pertumbuhan nenas pada kesuburan tanah. Sebagian besar petani menggunakan pupuk kompos yang berasal dari sisa daun-daun atau sampah tanaman yang berada disekitar lahan. Hanya sedikit sekali petani yang menggunakan pupuk kimia dan biasanya hanya petani yang memiliki skala usaha dan modal yang besar yang menggunakan pupuk kimia. Petani menghindari penggunaan pupuk kimia karena harga pupuk yang mahal dan takut ketergantungan terhadap pupuk kimia. Masalah yang sering dihadapi oleh petani adalah serangan hama dan penyakit antara lain sapi, babi hutan, dan daun muda memerah yang disebabkan oleh Thrips tabaci. Untuk menghindari serangan sapi yang sengaja diliarkan biasanya petani memberi pagar di sekitar lahannya untuk menghindari sapi tersebut masuk ke lahan nenas petani. Sedangkan untuk mengendalikan babi hutan yang sering memakan buah nenas, petani hanya memasang perangkap di sekitar lahan. Untuk mengatasi masalah penyakit daun muda memerah, petani mencabut tanaman yang terserang penyakit tersebut. Petani harus mengenali tanda-tanda serangan hama ini sebelum menyebar ke tanaman lainnya.

5.5.5. Pemanenan

Pemanenan buah nenas di lokasi penelitian dapat dilakukan setelah tanaman berumur 17 – 18 bulan setelah tanam. Panen kedua dan ketiga dilakukan setelah berumur tanaman berumur 4 – 4,5 bulan setelah waktu panen pertama. Adapun sifat fisik buah nenas yang siap dipanen adalah mahkota lebih terbuka, tangkai buah keriput, warna kulit dasar buah menguning dan aroma buah mulai tercium. Waktu pemanenan dan jumlah buah yang akan dipanen dapat ditentukan sendiri oleh petani. Petani di Desa Paya Besar pada umumnya menggunakan zat perangsang pembungaan. Pembungaan nenas dapat dirangsang dengan menggunakan gas ethylene, ethrel atau karbit. Penggunaan zat ini dilakukan dengan mencampurkan beberapa gram zat tersebut ke dalam air dan kemudian disemprot atau disiram ke pucuk tanaman atau titik tumbuh. Buah hasil panen pertama dikenal dengan buah induk. Sedangkan buah hasil panen kedua dan ketiga biasanya disebut buah anak dan buah catok. Hal yang membedakan ketiganya adalah ukuran dan posisi mahkota buah. Berikut indikator penentuan buah induk, anak dan catok pada Tabel 18. Tabel 18 . Indikator Penentuan Buah Induk, Anak dan Catok Jenis Buah Jumlah Mata buah Diameter cm Berat per Buah kg Mahkota cm Induk 8 – 12 11 2 – 1,5 8 – 10 Anak 9 – 10 1,5 – 1 8 – 10 Catok 5 – 7 ≤ 9 0,5 – 1 8 – 10 Sumber: Pedagang Pengumpul Desa Paya Besar Buah induk biasanya adalah buah yang memiliki ukuran buah besar, memiliki panjang sekitar 10 – 12 mata buah dan mahkota lurus. Sedangkan buah anak dan catok biasanya memiliki ukuran dan panjang buah lebih kecil dan pendek dari buah induk serta posisi mahkota yang tidak lurus. Gambar 5. Buah nenas yang telah dipanen: A. Buah anak induk, B. Buah anakan, C. Buah catok Umur panen yang tidak seragam mengakibatkan petani tidak dapat memanen nenas serempak. Panen nenas dilakukan secara bertahap. Petani melakukan pemanenan sendiri atau diupahkan jika jumlah buah yang dipanen diatas 2000 buah. Biaya pemancungan buah nenas Rp. 100buah. Cara panen yang biasa dilakukan oleh petani adalah secara manual. Buah yang sudah matang A B C dipotong menggunakan parang pada bagian tangkai buahnya. Kemudian buah yang telah dipotong dikumpulkan untuk selanjutnya dijual ke pedagang pengumpul desa. Petani di Desa Paya Besar tidak melakukan kegiatan sortasigrading terhadap nenas yang dipanen. Padahal kegiatan tersebut dapat memberikan nilai tambah terhadap nenas yang dihasilkan oleh petani. Selama ini petani hanya menjual nenas utuh atau dalam keadaan segar kepada pedagang pengumpul desa. Harga yang diterima oleh petani ditentukan oleh pedagang pengumpul desa. Pedagang pengumpul desa menguasai informasi terkait perkembangan harga nenas serta kualitas nenas yang diinginkan oleh konsumen. Keadaan ini dimanfaatkan oleh pedagang pengumpul untuk melakukan kegiatan sortasigrading. Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa pedagang pengumpul mendapatkan nilai tambah dari kegiatan tersebut. Pedagang pengumpul desa dapat menjual nenas dengan harga yang lebih tinggi sesuai dengan grade dan kualitas nenas. Masalah lain yang dihadapi petani responden di Desa Paya Besar adalah kerugian pada saat panen raya atau musim buah. Pada kondisi tersebut jumlah nenas yang dihasilkan sangat banyak sehingga menyebabkan harga jualnya murah dan bahkan tidak laku terjual. Petani tidak memiliki alternatif pemasaran lainnya sehingga tetap berusaha untuk menjual nenasnya kepada pedagang pengumpul desa meskipun harga yang diterima petani sangat murah. Petani di Desa Paya Besar tidak melakukan pengolahan nenas. Nenas yang dihasilkan hanya dijual dalam keadaan segar. Padahal nenas dapat diolah menjadi selai, sirup, keripik dan dodol nenas sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi petani. Namun, industri pengolahan nenas tidak terdapat di wilayah Desa Paya Besar. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Litbang Sumsel bahwa industri pengolahan nenas baru terdapat di wilayah Prabumulih. Kota Prabumulih memiliki beberapa industri pengolahan nenas skala rumah tangga. Nenas diolah menjadi berbagai produk olahan diantaranya selai, sirup, keripik dan dodol nenas. VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

6.1. Lembaga Tataniaga

Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal Kota Palembang dan ke pasar luar kota Pasar Induk Kramat Jati. Tataniaga nenas di Desa Paya Besar dimulai dari petani sebagai produsen nenas hingga ke konsumen dengan melibatkan lembaga-lembaga tataniaga. Lembaga tataniaga yang terlibat diantaranya pedagang pengumpul desa, pedagang besar lokal, pedagang besar non-lokal, pedagang pengecer lokal dan pedagang pengecer non-lokal. a. Petani adalah pihak yang melakukan budidaya nenas dan berperass sebagai produsen di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir. b. Pedagang pengumpul desa adalah lembaga tataniaga yang tinggal di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman dan berperan menyalurkan nenas ke lembaga tataniaga selanjutnya. c. Pedagang besar lokal adalah lembaga tataniaga yang tinggal di wilayah Kota Palembang namun di luar Desa Paya Besar yang berperan menyalurkan nenas ke pedagang pengecer lokal. d. Pedagang besar non-lokal adalah lembaga tataniaga yang tinggal di luar Provinsi Sumatera Selatan yang berperan menyalurkan nenas ke pedagang pengecer di luar Provinsi Sumatera Selatan. e. Pedagang pengecer lokal adalah lembaga tataniaga yang tinggal di wilayah Kota Palembang namun di luar Desa Paya Besar yang berperan menyalurkan nenas ke konsumen akhir yang berada di wilayah Kota Palembang dan sekitarnya. f. Pedagang pengecer non-lokal adalah lembaga tataniaga yang tinggal di luar Provinsi Sumatera Selatan yang berperan dalam menyalurkan nenas ke konsumen akhir yang berada di luar Provinsi Sumatera Selatan.

6.2. Sistem Tataniaga

Dokumen yang terkait

POLA KERJA PETANI PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus di Desa Tania Makmur Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir,Sumatera Selatan)

0 13 2

KERAJINAN KAIN TENUN SONGKET DALAM UPAYA PELESTARIAN BUDAYA DAERAH PALEMBANG DI DESA MUARA PENIMBUNG ULU KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2012

6 73 51

Analisis efisiensi tataniaga pupuk urea PT.Pupuk Sriwidjaya setelah adanya kebijakan subsidi (Studi kasus di Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan)

0 13 117

Analisis dayasaing buah nenas model tumpang sari dengan karet:kasus di Desa Sungai Medang, Kecamatan Cambai, Prabumulih dan di Desa Payaraman, Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan

2 12 169

Analisis Tataniaga Markisa Ungu di Kabupaten Karo (Studi Kasus Desa Seberaya, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara)

3 27 125

Etos Kerja Masyarakat Pesisir di Desa Simpang Tiga Jaya Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komring Ilir Provinsi Sumatera Selatan

2 8 118

Inventarisasi Batubara Bersistim di Daerah Pagardewa, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan

0 0 13

PEMBENTUKAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN, DAN KABUPATEN OGAN ILIR DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 31

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MELALUI INOVASI PENGEMASAN MAKANAN DI KECAMATAN PAYARAMAN KABUPATEN OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN

0 1 6

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA AIR MUARA RAMBANG KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 20