7.1.4. Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengecer
Struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengecer cenderung mengarah ke struktur pasar bersaing murni. Hal ini dikarenakan jumlah pedagang
pengecer sebagai penjual dan konsumen sebagai pembeli cukup banyak dan menyebar. Jumlah produk yang dipertukarkan bersifat homogen. Pedagang
pengecer tidak dapat mempengaruhi harga pasar. Informasi harga yang terjadi di tingkat pedagang pengecer diperoleh dari pedagang besar dan sesama pedagang
pengecer. Sehingga informasi dapat diperoleh pedagang pengecer dengan mudah. Sedangkan hambatan keluar masuk pasar cenderung rendah karena tidak ada
ikatan khusus yang mengatur pedagang pengecer maupun konsumen. Sedangkan jika dihadapkan dengan pedagang besar, struktur pasar yang terjadi cenderung
mengarah ke oligopsoni. Dimana jumlah pedagang pengecer pembeli lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pedagang besar penjual. Produk yang
dipertukarkan bersifat homogen yaitu nenas segar. Dilihat secara keseluruhan struktur pasar yang dihadapi pada tataniaga
nenas Bogor dan nenas Palembang di Prabumulih cenderung mengarah ke struktur pasar oligopoli menurut Sihombing 2010 dan Hermansyah 2008. Struktur
pasar oligopoli ditandai dengan jumlah penjual lebih banyak dari jumlah pembeli, terdapat hambatan masuk dan keluar, barang yang dipertukarkan homogen, dan
informasi pasar biasanya dikuasai oleh lembaga tataniaga yang lebih tinggi.
7.2. Analisis Perilaku Pasar
Perilaku pasar merupakan pola atau tingkah laku lembaga-lembaga tataniaga yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana lembaga yang
bersangkutan melakukan aktivitas penjualan dan pembelian serta menentukan keputusan-keputusan dalam menghadapi struktur pasar tersebut. Perilaku pasar
dapat diketahui dengan mengamati praktik penjualan dan pembelian yang dilakukan masing-masing lembaga tataniaga, sistem penentuan harga, sistem
pembayaran dan kerjasama diantara lembaga tataniaga.
7.2.1. Praktik Pembelian dan Penjualan
Praktik pembelian dan penjualan nenas di Desa Paya Besar melibatkan lembaga-lembaga tataniaga, terkecuali petani yang hanya melakukan praktik
penjualan dan konsumen yang hanya melakukan praktik pembelian. Petani menjual nenasnya kepada pedagang pengumpul desa. Sebagian besar petani di
Desa Paya Besar menjual nenasnya langsung dari lahan petani. Terkadang petani melakukan sistem tebas dalam melakukan penjualan nenasnya. Sistem tebas
dilakukan dengan menyerahkan proses pemanenan kepada pedagang pengumpul desa dengan menggunakan fasilitas pedagang pengumpul. Akan tetapi, sistem ini
sering merugikan petani karena jumlah nenas yang dipanen seringkali tidak sesuai dengan jumlah yang seharusnya. Hampir seluruh petani masih menggantungkan
pemasaran nenasnya kepada pedagang pengumpul desa. Hal ini disebabkan petani ingin cepat mendapatkan uang hasil panennya. Petani tidak memiliki alternatif
pemasaran lain karena keterbatasan fasilitas yang dimiliki oleh petani. Umumnya pedagang pengumpul melakukan praktik pembelian langsung
di lahan petani. Nenas yang dipanen oleh petani biasanya dikumpulkan di pinggir lahan dan kemudian pedagang pengumpul akan mengambil nenas yang telah
dipanen sendiri oleh petani. Artinya pedagang pengumpul mengeluarkan biaya pengangkutan. Beberapa pedagang pengumpul melakukan pembelian dengan
sistem tebas, yakni pedagang pengumpul mendatangi lahan petani yang siap panen dan melakukan pemanenan dengan menggunakan fasilitas dari pedagang
pengumpul. Posisi tawar pedagang pengumpul lebih tinggi dari petani sehingga petani sangat tergantung pada pedagang pengumpul. Kegiatan penjualan
pedagang pengumpul dilakukan kepada pedagang besar baik di Palembang maupun di Jakarta serta pada pedagang pengecer.
Pedagang besar melakukan pembelian nenas melalui pedagang pengumpul desa. Biasanya pedagang besar sudah memiliki langganan namun tidak terikat
dengan pedagang pengumpul desa. Kegiatan pembelian oleh pedagang besar dilakukan di tempat pedagang besar. Selanjutnya dilakukan kegiatan penjualan
kepada pedagang pengecer. Kegiatan penjualan juga berlangsung di tempat pedagang besar.
Praktik pembelian pada tingkat pedagang pengecer dilakukan dengan pedagang pengumpul desa dan pedagang besar. Praktik pembelian dari pedagang
pengumpul desa dilakukan di tempat pedagang pengecer. Penjualan dilakukan pedagang pengecer dengan konsumen akhir. Secara umum praktik pembelian dan
penjualan nenas di Desa Paya Besar dipengaruhi oleh ikatan pelanggan dan ikatan kekeluargaan.
Jika membandingkan praktik pembelian dan penjualan yang dilakukan pada nenas Palembang dan nenas Bogor maka terdapat perbedaan pada lembaga
pemasaran yang dituju. Hal ini menyesuaikan dengan saluran yang terbentuk pada masing-masing lokasi penelitian. Nenas Bogor dijual oleh petani melalui dua cara
yaitu kepada pedagang pengumpul desa dan langsung kepada pedagang pengecer. Sedangkan nenas Palembang, seluruhnya dijual melalui pedagang pengumpul
desa. Tujuan akhir pemasaran nenas Bogor yaitu konsumen yang ada di wilayah Bogor. Sedangkan tujuan akhir pemasaran nenas Palembang yaitu konsumen di
Kota Palembang dan konsumen di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
7.2.2. Sistem Penentuan Harga dalam Transaksi