III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini dilandasi oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga meliputi konsep saluran dan lembaga tataniaga;
konsep fungsi tataniaga; konsep struktur, perilaku, dan keragaan tataniaga; konsep efisiensi tataniaga yang terdiri dari biaya dan marjin tataniaga,
farmer’s share, dan rasio keuntungan dan biaya.
3.1.1. Konsep Sistem Tataniaga
Tataniaga adalah suatu kegiatan dalam mengalirkan produk dari produsen petani sampai ke konsumen akhir. Menurut Hanafiah dan Saefuddin 2006
aktivitas tataniaga erat kaitannya dengan penciptaan atau penambahan nilai guna dari suatu produk baik barang atau jasa, sehingga tataniaga termasuk ke dalam
kegiatan yang produktif. Kegunaan yang diciptakan oleh aktivitas tataniaga meliputi kegunaan tempat, kegunaan waktu dan kegunaan kepemilikan.
Pengertian tataniaga dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek ekonomi dan aspek manajemen. Pengertian tataniaga dari aspek ilmu ekonomi adalah:
1. Tataniaga pemasaran produk agribisnis merupakan keragaan dari semua
aktivitas bisnis dalam mengalirkan barang atau jasa dari petani produsen usahatani sampai ke konsumen akhir. Tataniaga menjembatani jarak antara
petani produsen dengan konsumen akhir Kohls Uhl 2002. 2.
Tataniaga pertanian merupakan serangkaian fungsi yang diperlukan dalam menggerakkan input atau produk dari tingkat produksi primer hingga
konsumen akhir. Tataniaga merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem dari fungsi-fungsi tataniaga fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi
fasilitas yang pelaksana fungsi tersebut dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga Hammond Dahl 1977
3. Rangkaian fungsi-fungsi tataniaga merupakan aktivitas bisnis dan merupakan
kegiatan produktif sebagai proses meningkatkan atau menciptakan nilai value added yaitu nilai guna bentuk form utility, tempat place utility,
waktu time utility dan kepemilikan possession utility.
4. Tataniaga pertanian merupakan salah satu sub-sitem dari sistem agribisnis
yaitu sub-sistem: sarana produksi pertanian, usahatani produksi primer, tataniaga dan pengolahan hasil pertanian dan sub-sistem penunjang
penelitian, penyuluhan, pembiayaan, kebijakan tataniaga. Pelaksanaan aktivitas tataniaga merupakan faktor penentu efisiensi dan efektivitas dari
pelaksanaan sistem agribisnis. Berdasarkan aspek manajemen, tataniaga merupakan suatu proses sosial
dan manajerial yang didalamnya individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Schaffner et al 1998 dalam Asmarantaka 2009 mengatakan pendekatan Manajemen Tataniaga
merupakan pendekatan dari aspek mikro merupakan proses dari suatu perusahaan untuk perencanaan, penetapan harga, promosi dan distribusi dari produk atau jasa
untuk memuaskan konsumen. Kohls dan Uhl 2002 menyatakan bahwa untuk menganalisis suatu sistem tataniaga dapat dilakukan melalui tiga pendekatan
yaitu: 1.
Pendekatan fungsi Functional Approach, menganalisis sistem tataniaga dengan menitikberatkan pada hal yang dilakukan dalam mengantarkan
produk dari produsen hingga ke konsumen. Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui beragam fungsi tataniaga yang diterapkan dalam suatu sistem
tataniaga dalam upaya menciptakan efisiensi tataniaga serta mencapai suatu tujuan yaitu meningkatkan kepuasan konsumen. Fungsi-fungsi tataniaga
meliputi fungsi pertukaran yang meliputi fungsi pembelian, penjualan dan fungsi pengumpulan; fungsi fisik yang terdiri dari fungsi penyimpanan,
pengangkutan dan pengolahan; dan fungsi fasilitas yang merupakan fungsi yang memperlancar pelakasanaan fungsi pertukaran dan fungsi fisik, fungsi
fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi, fungsi keuangan, fungsi penanggungan risiko dan fungsi intelijen pemasaran.
2. Pendekatan kelembagaan Institutional Approach, pendekatan yang
memfokuskan pada orang maupun organisasi bisnis yang terlibat dalam proses tataniaga produk pertanian. Pelaku yang terlibat dalam aktivitas
tataniaga dikelompokkan dalam kelembagaan tataniaga. Kelembagaan
tataniaga adalah berbagai organisasi bisnis atau kelompok bisnis yang melaksanakan aktivitas bisnis berupa kegiatan-kegiatan produktif yang
diwujudkan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Para pelaku dalam aktivitas tataniaga terdiri dari pedagang perantara merchant middlemen,
agen perantara agent middlemen, spekulator speculative middlemen, pengolah dan pabrikan processors and manufactures dan organisasi
facilitative organization. 3.
Pendekatan Perilaku Behavioural-system Approach, pendekatan yang menganalisis aktivitas-aktivitas yang ada dalam proses tataniaga. Seperti
yang telah dijelaskan pada pendekatan kelembagaan bahwa dalam suatu sistem tataniaga terdapat berbagai lembaga tataniaga yang terlibat. Para
lembaga tataniaga dapat dipandang sebagai suatu sistem perilaku yang digunakan dalam membuat suatu keputusan khusunya yang terkait dengan
kegiatan tataniaga dari suatu produk. Pendekatan ini terdiri dari input-output system, power system, communications system, dan the behavioral system for
adapting to internal-external change.
3.1.2. Saluran dan Lembaga Tataniaga