Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Besar Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengecer

7.1.2. Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengumpul Desa

Struktur pasar pedagang pengumpul desa cenderung mengarah kepada pasar oligopoli. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah penjual pedagang pengumpul desa lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pembeli pedagang besar. Namun, produk yang dipertukarkan bersifat seragam atau homogen. Pedagang pengumpul bebas menentukan untuk membeli nenas dari petani manapun. Ketika dihadapkan dengan pedagang besar maka hambatan keluar masuk pasar tingkat pedagang pengumpul cenderung tinggi. Hal ini dikarenakan pedagang pengumpul telah memiliki kepercayaan yang tinggi untuk memasarkan nenas kepada pedagang besar. Sehingga pemain baru harus memiliki kemampuan lebih dalam mengakses pasar. Pedagang pengumpul desa tidak dapat mempengaruhi harga yang terjadi di pasar. Pedagang pengumpul memperoleh informasi harga melalui pedagang besar yang berada di Pasar Induk Kramat Jati maupun Pasar Induk Jakabaring. Informasi ini diakses dengan menghubungi pedagang besar secara langsung.

7.1.3. Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Besar

Pedagang besar menghadapi struktur pasar yang cenderung mengarah ke struktur pasar oligopsoni. Dimana pedagang besar sebagai penjual dan pedagang pengecer sebagai pembeli. Jumlah penjual lebih sedikit dibandingkan jumlah pembeli. Produk yang dipertukarkan bersifat homogen yaitu berupa nenas segar. Hambatan keluar masuk pasar bagi pedagang besar cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh sulitnya mendapatkan izin berdagang di dalam pasar induk serta tingginya harga kios di dalam pasar induk. Pedagang besar dapat mempengaruhi harga pasar dengan memperoleh informasi dari Dinas Pasar Induk Kramat Jati. Pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati dapat melakukan prediksi harga nenas berdasarkan jumlah pasokan dan permintaan dari pedagang pengecer dan konsumen pada setiap periode. Sedangkan pedagang besar di Pasar Induk Jakabaring menentukan harga nenas dengan pertimbangan berdasarkan jumlah penawaran dan permintaan nenas pada saat itu. Informasi harga didapatkan dari sesama pedagang besar.

7.1.4. Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengecer

Struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengecer cenderung mengarah ke struktur pasar bersaing murni. Hal ini dikarenakan jumlah pedagang pengecer sebagai penjual dan konsumen sebagai pembeli cukup banyak dan menyebar. Jumlah produk yang dipertukarkan bersifat homogen. Pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi harga pasar. Informasi harga yang terjadi di tingkat pedagang pengecer diperoleh dari pedagang besar dan sesama pedagang pengecer. Sehingga informasi dapat diperoleh pedagang pengecer dengan mudah. Sedangkan hambatan keluar masuk pasar cenderung rendah karena tidak ada ikatan khusus yang mengatur pedagang pengecer maupun konsumen. Sedangkan jika dihadapkan dengan pedagang besar, struktur pasar yang terjadi cenderung mengarah ke oligopsoni. Dimana jumlah pedagang pengecer pembeli lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pedagang besar penjual. Produk yang dipertukarkan bersifat homogen yaitu nenas segar. Dilihat secara keseluruhan struktur pasar yang dihadapi pada tataniaga nenas Bogor dan nenas Palembang di Prabumulih cenderung mengarah ke struktur pasar oligopoli menurut Sihombing 2010 dan Hermansyah 2008. Struktur pasar oligopoli ditandai dengan jumlah penjual lebih banyak dari jumlah pembeli, terdapat hambatan masuk dan keluar, barang yang dipertukarkan homogen, dan informasi pasar biasanya dikuasai oleh lembaga tataniaga yang lebih tinggi.

7.2. Analisis Perilaku Pasar

Dokumen yang terkait

POLA KERJA PETANI PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus di Desa Tania Makmur Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir,Sumatera Selatan)

0 13 2

KERAJINAN KAIN TENUN SONGKET DALAM UPAYA PELESTARIAN BUDAYA DAERAH PALEMBANG DI DESA MUARA PENIMBUNG ULU KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2012

6 73 51

Analisis efisiensi tataniaga pupuk urea PT.Pupuk Sriwidjaya setelah adanya kebijakan subsidi (Studi kasus di Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan)

0 13 117

Analisis dayasaing buah nenas model tumpang sari dengan karet:kasus di Desa Sungai Medang, Kecamatan Cambai, Prabumulih dan di Desa Payaraman, Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan

2 12 169

Analisis Tataniaga Markisa Ungu di Kabupaten Karo (Studi Kasus Desa Seberaya, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara)

3 27 125

Etos Kerja Masyarakat Pesisir di Desa Simpang Tiga Jaya Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komring Ilir Provinsi Sumatera Selatan

2 8 118

Inventarisasi Batubara Bersistim di Daerah Pagardewa, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan

0 0 13

PEMBENTUKAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN, DAN KABUPATEN OGAN ILIR DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 31

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MELALUI INOVASI PENGEMASAN MAKANAN DI KECAMATAN PAYARAMAN KABUPATEN OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN

0 1 6

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA AIR MUARA RAMBANG KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 20