42 untuk bekerja, yang akan mengakibatkan penurunan produktivitas bertani
sehingga mempengaruhi produksi ubi jalar yang dihasilkan. Sedangkan untuk kelompok umur 30-39 yang merupakan umur produktif hanya sebesar 2.86
persen. Hal ini dikarenakan orang-orang yang berumur produktif lebih memilih bekerja menjadi pedagang atau buruh pabrik.
5.4.1.2 Pendidikan Formal dan Non Formal Petani Ubi Jalar
Tingkat pendidikan formal petani ubi jalar yang menjadi responden dapat dilihat pada Tabel 16, yaitu mulai dari SD sampai dengan SMA. Berdasarkan
tabel tersebut dapat diketahui bahwa petani ubi jalar yang menjadi responden didominasi oleh petani yang tidak tamat Sekolah Dasar SD dan tamat SD yang
masing-masing berjumlah 14 dan 12 orang atau sebesar 40 dan 34.29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani ubi jalar berpendidikan rendah. Pendidikan petani
yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dan kemampuan petani dalam menyerap informasi dan teknologi dalam pengelolaan usahatani sehingga
menyebabkan usahatani yang kurang berkembang dan berdampak pada produktivitas ubi jalar yang dihasilkan.
Tabel 16. Sebaran Petani Ubi Jalar Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal
No Pendidikan
Jumlah Orang Persentase
1 Tidak Tamat SD
14 40.00
2 Tamat SDSederajat
12 34.29
3 Tamat SMP
4 11.43
4 Tamat SMA
5 14.29
Total 35
100 Sumber: Data Primer, 2014
Selain menempuh pendidikan formal, petani ubi jalar responden pun ada yang mengikuti pendidikan non formal terkait dengan pertanian. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Sebaran Petani Ubi Jalar Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Non Formal
No Mengikuti Pendidikan
Non Formal Jumlah Orang
Persentase 1
Ya 19
54.29 2
Tidak 16
45.71 Total
35 100.00
Sumber: Data Primer, 2014
43 Berdasarkan Tabel 17, bahwa 54.29 persen petani ubi jalar mengikuti
pendidikan non formal dan sisanya 45.71 persen tidak mengikuti pendidikan non formal. Pendidikan non formal yang diikuti petani responden adalah penyuluhan
dan pelatihan tentang pertanian yang diadakan oleh Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan BP3K, 2014. Petani yang pernah mengikuti
pendidikan non
formal mempunyai
pengetahuan yang
lebih dalam
mengembangkan usahataninya dibandingkan dengan petani yang tidak pernah mengikuti pendidikan non formal yang hanya memiliki pengetahuan usahatani ubi
jalar dengan cara turun-temurun.
5.4.1.3 Status Usahatani dan Status dalam Kelompok Tani
Status usahatani yang dimaksud adalah usahatani ubi jalar sebagai pekerjaan utama atau sebagai pekerjaan sampingan. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya
waktu yang dicurahkan petani dalam menjalankan usahataninya. Status usahatani ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Sebaran Petani Ubi Jalar Responden Berdasarkan Status Usahatani Ubi Jalar
No Status Usahatani
Jumlah Orang Persentase
1 Pekerjaan Utama
31 88.57
2 pekerjaan Sampingan
4 11.43
Total 35
100 Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa 88.57 persen atau 31 orang menjadikan usahatani ubi jalar sebagai pekerjaan utama. Artinya petani tersebut
menggantungkan hidup pada sektor pertanian, sehingga pendapatan utama petani berasal dari usahatani ubi jalar. Sedangkan 4 orang lainnya atau sekitar 11.43
persen, menjadikan usahatani ubi jalar sebagai pekerjaan sampingan, karena pekerjaan utamanya adalah tengkulak, pedagang dan wiraswasta.
Kelompok tani di Desa Ciaruteun Udik terdiri dari 5 kelompok tani yaitu kelompok tani Karya Bakti, Banyu Wangi, Suka Tani, Sugih Mukti, dan Karya
Tani. Namun dari 5 kelompok tani hanya ada 2 kelompok tani saja yang masih aktif yaitu kelompok tani Banyu Wangi dan Suka Tani.
Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar petani tidak tergabung dalam kelompok tani yaitu sebesar 60 persen atau 21 orang. Banyaknya petani yang