Perumusan Masalah PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
6 Kabupaten Bogor memiliki 40 wilayah kecamatan yang menghasilkan ubi
jalar. Pada Tabel 6 terlihat bahwa 3 kecamatan yang menjadi sentra produksi dari Kabupaten Bogor selama periode tahun 2008-2012 adalah Kecamatan
Cibungbulang, Kecamatan Ciampea, dan Kecamatan Tenjolaya. Namun dari 3 kecamatan tersebut, produksi tertinggi berasal dari Kecamatan Cibungbulang.
Tabel 6. Produksi Ubi Jalar di Sentra Ubi Jalar Kabupaten Bogor Tahun 2008- 2012 Ton
No Kecamatan
2008 2009
2010 2011
2012 1
Cibungbulang 8 822.00
7 788.00 8 622.00
11 580.00 17 762.00
2 Ciampea
8 567.00 9 886.00
7 342.00 2 590.00
3 406.00 3
Tenjolaya 8 732.00
5 951.00 3 446.00
5 910.00 5 396.00
4 Lain-lain
31 190.00 31 570.00
38 267.00 30 478.00
29 691.00 Total
57 311.00 55 195.00
57 677.00 50 558.00
56 255.00 Rata-rata
14 327.75 13 798.75
14 419.25 12 639.50
14 063.75 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2013
Salah satu daerah penghasil ubi jalar di Kecamatan Cibungbulang yaitu Desa Ciaruteun Udik. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh Desa
Ciaruteun Udik, membuat masyarakat menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, khususnya ubi jalar. Selain karena perawatannya yang cukup mudah,
petani memilih untuk mengusahakan ubi jalar karena lebih cepat panen dibandingkan menanam ubi kayu. Namun dalam menjalankan usahatani ubi jalar,
produksi yang dihasilkan masih sulit untuk ditingkatkan padahal usahatani ini didukung oleh luas areal dan kondisi alamnya. Hal ini terlihat dari panen yang
dihasilkan relatif konstan bahkan cenderung mengalami penurunan produksi. Selain itu, ubi jalar adalah pilihan komoditas yang tepat dikembangkan di Desa
Ciaruteun Udik karena meskipun banyaknya saluran irigasi yang rusak, ubi jalar memiliki sifat ketahanannya yang dapat beradaptasi dengan baik meskipun hanya
mengandalkan air hujan. Selain itu, alasan petani membudidayakan ubi jalar adalah karena harganya lebih tinggi dan panennya lebih cepat dibandingkan
dengan komoditas ubi kayu, serta adanya peningkatan permintaan konsumsi ubi jalar di Kabupaten Bogor.
Permintaan konsumsi ubi jalar di Kabupaten Bogor mengalami fluktuasi. Dapat dilihat pada Tabel 7, bahwa tingkat konsumsi ubi jalar per kapita pada
tahun 2012 menurun 0.84 kg per tahun dari tahun 2011, yang disebabkan masih tingginya konsumsi beras dibandingkan konsumsi ubi jalar. Namun pada tahun
7 2013, konsumsi ubi jalar per kapita meningkat sebesar 2.21 kg per tahun dari
tahun 2012. Hal ini disebabkan adanya program diversifikasi pangan yang mulai dilakukan dengan mengkonsumsi sumber karbohidrat yang lain seperti ubi jalar,
serta adanya penganekaragaman produk olahan ubi jalar yang semakin menarik masyarakat untuk mengkonsumsi ubi jalar.
Tabel 7. Konsumsi Ubi Jalar Perkapita di Kabupaten Bogor Tahun 2011-2013
Tahun Konsumsi gramkaphari
Konsumsi kgkaptahun 2011
6.38 2.33
2012 4.14
1.49 2013
10.1 3.7
Sumber : BKP5K Kabupaten Bogor, 2013
Upaya untuk memenuhi permintaan ubi jalar di Kabupaten Bogor, diperlukan adanya peningkatan produksi untuk menjaga ketersediaan suplai ubi
jalar. Salah satu caranya adalah mendorong peningkatan produksi dalam budidaya ubi jalar di Kabupaten Bogor. Adanya peningkatan produksi ubi jalar sangat
diharapkan terutama di wilayah yang menjadi sentra produksi di Kabupaten Bogor, yaitu salah satunya di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang.
Namun dalam mewujudkan peningkatan produksi, kurangnya pengetahuan petani akan penggunaan input yang efisien, membuat produksi yang dihasilkan sulit
untuk ditingkatkan, sehingga perlunya dilakukan penelitian tentang penggunaan input yang efisien agar petani dapat meningkatkan hasil produksinya, yang
harapannya akan meningkatkan penerimaan petani sehingga usahatani budidaya ubi jalar dapat terus berkelanjutan, dan program diversifikasi pangan melalui
komoditas ubi jalar, khususnya di Kabupaten Bogor dapat terwujud. Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, supaya petani dapat mengoptimalkan penggunaan input, karena dengan mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi, maka dapat diketahui penggunaan input yang optimal agar tercapainya efisiensi penggunaan input. Kemudian dengan
diketahuinya penggunaan kombinasi input yang tepat, maka dapat diketahui pula produksi yang optimal, sehingga petani dapat lebih mengembangkan usahatani ubi
jalar.
8 Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: 1.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani ubi jalar di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor?
2. Bagaimana tingkat efisiensi produksi usahatani ubi jalar di Desa Ciaruteun
Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor?