43 Berdasarkan Tabel 17, bahwa 54.29 persen petani ubi jalar mengikuti
pendidikan non formal dan sisanya 45.71 persen tidak mengikuti pendidikan non formal. Pendidikan non formal yang diikuti petani responden adalah penyuluhan
dan pelatihan tentang pertanian yang diadakan oleh Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan BP3K, 2014. Petani yang pernah mengikuti
pendidikan non
formal mempunyai
pengetahuan yang
lebih dalam
mengembangkan usahataninya dibandingkan dengan petani yang tidak pernah mengikuti pendidikan non formal yang hanya memiliki pengetahuan usahatani ubi
jalar dengan cara turun-temurun.
5.4.1.3 Status Usahatani dan Status dalam Kelompok Tani
Status usahatani yang dimaksud adalah usahatani ubi jalar sebagai pekerjaan utama atau sebagai pekerjaan sampingan. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya
waktu yang dicurahkan petani dalam menjalankan usahataninya. Status usahatani ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Sebaran Petani Ubi Jalar Responden Berdasarkan Status Usahatani Ubi Jalar
No Status Usahatani
Jumlah Orang Persentase
1 Pekerjaan Utama
31 88.57
2 pekerjaan Sampingan
4 11.43
Total 35
100 Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa 88.57 persen atau 31 orang menjadikan usahatani ubi jalar sebagai pekerjaan utama. Artinya petani tersebut
menggantungkan hidup pada sektor pertanian, sehingga pendapatan utama petani berasal dari usahatani ubi jalar. Sedangkan 4 orang lainnya atau sekitar 11.43
persen, menjadikan usahatani ubi jalar sebagai pekerjaan sampingan, karena pekerjaan utamanya adalah tengkulak, pedagang dan wiraswasta.
Kelompok tani di Desa Ciaruteun Udik terdiri dari 5 kelompok tani yaitu kelompok tani Karya Bakti, Banyu Wangi, Suka Tani, Sugih Mukti, dan Karya
Tani. Namun dari 5 kelompok tani hanya ada 2 kelompok tani saja yang masih aktif yaitu kelompok tani Banyu Wangi dan Suka Tani.
Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar petani tidak tergabung dalam kelompok tani yaitu sebesar 60 persen atau 21 orang. Banyaknya petani yang
44 tidak tergabung dalam kelompok tani dikarenakan adanya kelompok tani yang
sudah tidak aktif lagi dan kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya mengikuti kelompok tani. Padahal dengan mengikuti kelompok tani, petani akan mempunyai
pengetahuan lebih untuk mengembangkan usahatani ubi jalar. Sedangkan petani yang tergabung dalam kelompok tani hanya sebesar 40 persen atau 14 orang.
Banyaknya petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani menyebabkan masih rendahnya pengetahuan tentang budidaya ubi jalar yang baik dan benar, sehingga
upaya untuk mengembangkan usahatani ubi jalar masih sulit karena hanya mengandalkan budidaya dengan cara turun-temurun.
Tabel 19. Sebaran Petani Ubi Jalar Responden Berdasarkan Status dalam Kelompok Tani
No Status Kelompok Tani
Jumlah Orang Persentase
1 Anggota
14 40.00
2 Bukan Anggota
21 60.00
Total 35
100 Sumber: Data Primer, 2014
5.4.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani
Tingkat kesejahteraan petani umumnya dipengaruhi oleh jumlah tanggungan keluarga yang harus ditanggung oleh petani. Semakin banyak jumlah tanggungan
keluarga, maka akan mengurangi tingkat kesejahteraan petani tersebut. Namun semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, biasanya juga akan menghemat
biaya tenaga kerja karena adanya tenaga kerja dalam keluarga yang dipakai dalam usahatani ubi jalar.
Tabel 20. Sebaran Petani Ubi Jalar Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga
No. Jumlah Tanggungan
Jumlah Orang Persentase
1 1-3
18 51.43
2 4-6
15 42.86
3 6
3 5.71
Total 35
100 Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan Tabel 20, dapat diketahui sebagian besar petani ubi jalar mempunyai jumlah tanggungan 1-3 orang sebesar 51.43 persen, hal ini
dikarenakan banyaknya anak petani yang sudah berkeluarga. Sedangkan petani yang mempunyai tanggungan 4-6 orang sebesar 42.86 persen dan sisanya petani
yang mempunyai tanggungan lebih dari 6 orang sebesar 5.71 persen, hal ini