Budidaya Ubi Jalar TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Ubi Jalar

12 bentuk stek batang atau pucuk harus disemai 2 bulan sebelum tanam Hafsah, 2004. 6. Pemeliharaan a. Penyulaman dan Pengairan Penyulaman dilakukan pada umur 3 minggu untuk mengganti tanaman yang mati, dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru. Bibit yang digunakan berasal dari stek pucuk karena daya tumbuhnya lebih tinggi dan pertumbuhan awal lebih cepat, atau dapat juga menggunakan bibit yang sudah keluar akarnya. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Ubi jalar toleran terhadap kekeringan, namun pertumbuhan akar akan menurun bila selama 60 hari pertama mengalami kekurangan air. Diperlukan pengairan tiap 10 hari selama pertumbuhan sampai 2 minggu sebelum panen untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil optimal. Hindari agar tanah tidak tergenang untuk menghindari kerusakan umbi. Ubi jalar tidak tahan pada tanah basah karena mudah terserang cendawan dan busuk. Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari Hafsah, 2004. b. Pemangkasan dan Pengendalian Gulma Pemangkasan dilakukan pada tanaman yang pertumbuhannya terlalu subur dan rimbun, karena jika daun-daunnya terlalu banyak akan membuat hasil umbinya berkurang. Hasil pemangkasan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pemberantasan gulma dilakukan 3 minggu setelah tanam vertikal kedua sisi guludan dikepras sehingga gulma yang tumbuh diantara guludan dapat tertimbun selama satu minggu, satu minggu kemudian tanah keprasan dikembalikan sekaligus untuk menutup pupuk. Pemberantasan gulma kedua dilakukan 8 minggu setelah tanam sekaligus melakukan pembubunan dan memutuskan akar yang tumbuh dipermukaan guludan dengan mengangkat batang utama dan cabang primer Hafsah, 2004. 13 7. Pemupukan Penanaman tanaman ubi jalar di tanah-tanah yang subur tidak memerlukan pemupukan, tetapi pada tanah yang kesuburannya kurang, untuk memperoleh hasil produksi yang tinggi pemupukan dengan pupuk baik pupuk organik maupun pupuk an-organik buatan sangat dianjurkan. Pupuk organik diberikan pada saat pengolahan tanah dicampur dengan tanah atau sekaligus sebagai mulsa dengan dosis 15-22 ton. Sedangkan penggunaan pupuk buatan harus dengan dosis pupuk yang tepat, berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah setempat. Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah pupuk urea 100-200 kg per hektar, pupuk KCL 100 kg per hektar dan pupuk TSP 50-70 kg per hektar Hafsah, 2004. 8. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman OPT Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu, meliputi perbaikan kultur teknik budidaya, penggunaan bibit yang sehat, dan penggunaan pestisida yang selektif. Hama penting yang sering menyerang tanaman ubi jalar adalah penggerek batang, hama boleng atau lanas, dan tikus. Sedangkan penyakit penting yang sering menyerang tanaman ubi jalar adalah kudis atau scab, layu fusarium, virus, dan penyakit lain-lain, seperti bercak daun cercospora, busuk basah akar dan ubi serta klorosis daun Hafsah, 2004. 9. Panen dan Pasca Panen Menurut Wargiono dan Widodo 2003, ubi jalar dikatakan siap panen apabila daun-daun pada tajuk yang telah menutup semuanya mulai menguning. Sebaiknya ubi jalar dipanen pada sore hari atau pagi hari saat cuaca cerah atau tidak hujan. Pada umumnya waktuumur panen tergantung pada varietas. Ubi jalar berumur pendek misal varietas Kalasan, dapat dipanen apabila telah berumur 2-3.5 bulan. Sementara varietas Daya, dapat dipanen pada umur 3.5-4 bulan. Ubi jalar berumur dalam misalnya varietas Daya, dapat dipanen pada umur 4-4.5 bulan. Panen sebaiknya tidak melebihi umurnya untuk menghindari serangan hama boleng. Penanganan pasca panen ubi jalar biasanya ditujukan untuk mempertahankan daya simpan. Cara penyimpanan ubi jalar dapat dilakukan sebagai berikut: hasil ubi jalar yang baru dipanen disimpan di tempat gelap, 14 dan pada saat panen mengikut sertakan tangkai ubi yang agak panjang dan simpan tanpa membersihkan tanahnya yang melekat pada umbi terlebih dahulu. Biasanya setelah disimpan umbi akan bertunas, namun tidak mengurangi mutu umbinya, bahkan rasanya akan lebih manis dan lezat bila direbus. Umbi yang disimpan dengan cara ini akan bertahan bagus untuk dikonsumsi sampai jangka waktu kurang lebih 5 bulan. Hal yang penting diperhatikan dalam penyimpanan ubi jalar adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka dan tempat penyimpanan bersuhu rendah antara 27 C- 30 C dengan kelembaban udara antara 85-90 persen Hafsah, 2004.

2.3 Faktor-Faktor Produksi Usahatani

Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan dapat dipenuhi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan skill atau manajemen Soekartawi, 2003. 1. Lahan Pertanian Tanah tidak hanya dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan, tetapi juga dari aspek kesuburan tanah, macam penggunaan lahan tanah sawah, tegalan, dan sebagainya dan topografi tanah dataran pantai, rendah, dan dataran tinggi. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, dan skala usaha juga akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Biasanya, semakin luas lahan yang digunakan, maka lahan tersebut semakin tidak efisien karena upaya untuk melakukan tindakan yang mengarah pada efisiensi akan berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, dan penggunaan tenaga kerja cukup, sehingga usaha pertanian pada lahan yang sempit lebih efisien karena menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan produktivitas pada lahan yang lebih besar Soekartawi, 2002. 2. Modal Dalam kegiatan proses produksi, modal dibedakan menjadi dua, yaitu modal tetap fixed cost dan modal tidak tetap variabel cost. Modal tetap adalah modal yang tidak habis dalam sekali proses produksi. Terdiri dari tanah, bangunan, mesin dan peralatan pertanian. Sedangkan modal tidak tetap adalah 15 modal yang habis dalam sekali proses produksi. Terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja. Besar-kecilnya modal dalam usaha pertanian dipengaruhi oleh skala usaha, macam komoditas dan tersedianya kredit Soekartawi, 2003. 3. Tenaga Kerja Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah tersedianya tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, tenaga kerja musiman, dan upah tenaga kerja. Besar-kecilnya upah tenaga kerja dipengaruhi oleh mekanisme pasar atau bekerjanya sistem pasar, jenis kelamin, kualitas tenaga kerja, umur tenaga kerja, lama waktu bekerja, dan adanya tenaga kerja bukan manusia. Upah tenaga kerja dapat distandarisasi menjadi Hari Orang Kerja HOK atau Hari Kerja Setara Pria HKSP Soekartawi,2003. 4. Manajemen Peranan manajemen menjadi sangat penting dalam merencanakan, mengorganisasi dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Faktor manajemen banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek, yaitu tingkat pendidikan, tingkat keterampilan, skala usaha, besar-kecilnya kredit, dan macam komoditas. Semakin baik pengelolaanmanajemen suatu usaha pertanian, maka akan semakin tinggi produksi yang diperoleh serta usahatani menjadi efisien Soekartawi, 2003.

2.4 Fungsi Produksi

Ada berbagai macam fungsi produksi yang dipergunakan oleh peneliti, seperti fungsi produksi linear, fungsi produksi kuadratik fungsi produksi polinominal kuadratik, fungsi produksi polinominal akar pangkat dua, fungsi produksi eksponensial fungsi Cobb-Douglas, fungsi produksi Constant Elasticity of Substitution CES, fungsi produksi Transcendental, dan fungsi produksi Translog. Namun diantara fungsi produksi tersebut, yang umum dibahas dan paling banyak digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas Soekartawi, 2003. 16 Menurut Soekartawi 2002, fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel variabel dependen atau Y dan varibel independen atau X. Hubungan antara Y dan X biasanya diselesaikan dengan cara regresi, yaitu variabel Y akan dipengaruhi variabel X. Ada tiga alasan pokok mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu: a. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain. Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linear. b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. c. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to scale. Sedangkan kesulitan yang umum ditemukan dalam penggunaan fungsi Cobb- Douglas adalah: a. Spesifikasi variabel yang keliru Spesifikasi variabel yang keliru akan menghasilkan elastisitas produksi yang negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil. Spesifikasi yang keliru juga akan mendorong terjadinya multikolinearitas pada variabel independen yang dipakai. b. Kesalahan pengukuran variabel Kesalahan pengukuran variabel ini terletak pada validitas data. Kesalahan pengukuran ini akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. c. Bias terhadap variabel manajemen Faktor manajemen merupakan faktor penting untuk meningkatkan produksi. Tetapi variabel ini terkadang sulit diukur dan sulit dipakai sebagai variabel independen dalam pendugaan fungsi Cobb-Douglas karena variabel ini erat hubungannya dengan penggunaan variabel independen lain. Variabel manajemen erat hubungannya dengan proses pengambilan keputusan dalam mengalokasikan variabel masukan-hasil, maka melupakan variabel ini dalam fungsi pendugaan akan menghasilkan hasil dugaan yang bias.