Jumlah Tanggungan Keluarga Petani

46 lahan adalah milik sendiri dengan persentase 65.71 persen. Penguasaan lahan atas sewa sebesar 11.43, penguasaan lahan atas bagi hasil sebesar 20 persen dan penguasaan lahan atas gadai sebesar 2.86 persen. Petani responden menerapkan sistem bagi hasil 50:50, yang artinya petani penggarap dan pemilik lahan mendapatkan masing-masing 50 persen dari hasil panen, sedangkan biaya input dan pajak lahan ditanggung oleh pemilik lahan. Tabel 22. Sebaran Petani Ubi Jalar Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan dan Penguasaan Lahan No Status Jumlah Orang Persentase 1 Kepemilikan Lahan -Pemilik 23 65.71 -Non Pemilik 12 34.29 2 Penguasaan Lahan -Milik Sendiri 23 65.71 -Sewa 4 11.43 -Bagi Hasil 7 20.00 -Gadai 1 2.86 Sumber: Data Primer, 2014

5.4.1.7 Luas Lahan

Luas lahan merupakan faktor paling penting untuk berusahatani. Biasanya semakin luas lahan, maka jumlah output yang dihasilkan juga semakin banyak. Berdasarkan Tabel 23, dapat diketahui bahwa petani ubi jalar memiliki luas lahan dibawah 0.2 hektar yang mencapai 54.29 persen dan sisanya petani ubi jalar yang memiliki luas lahan diatas 0.2 hektar yang mencapai 45.71 persen. Namun luas lahan petani ubi jalar responden ini masih dikatakan usahatani skala kecil luas lahan garapannya masih dibawah 1 hektar dan hanya ada beberapa petani saja yang memiliki luas lahan diatas 1 hektar. Hal ini menyebabkan produksi yang sulit untuk ditingkatkan, sehingga pendapatan yang diterima petani selalu rendah. Tabel 23. Sebaran Petani Ubi Jalar Responden Berdasarkan Luas Lahan No Luas Lahan Ha Jumlah Orang Persentase 1 0.2 19 54.29 2 ≥ 0.2 16 45.71 Total 35 100 Sumber: Data Primer, 2014 47

5.4.2. Karakteristik Usahatani Ubi Jalar

Karakteristik usahatani dalam penelitian ini dilihat dari gambaran umum usahatani, penggunaan input dan jumlah ubi jalar yang dihasilkan. Keduanya merupakan komponen yang mempengaruhi usahatani kedepannya.

5.4.2.1. Gambaran Umum Usahatani Ubi Jalar

Kecamatan Cibungbulang memiliki 15 desa yang menjadi penghasil ubi jalar, diantaranya adalah Desa Situ Udik, Situ Ilir, Cibatok 1, Cibatok 2, Ciaruteun Udik, Sukamaju, Cemplang, Galuga, Dukuh, Cimanggu 1, Cimanggu 2, Giri Mulya, Leuweung Kolot, Ciaruteun Ilir, dan Cijujung. Desa Ciaruteun Udik merupakan salah satu desa penghasil ubi jalar terbesar di Kecamatan Cibungbulang. Hal ini dikarenakan karakteristik lahannya yang cocok ditanami ubi jalar. Usahatani ubi jalar di Desa Ciaruteun Udik merupakan usahatani yang dikelola turun-temurun secara tradisional. Pola tanam yang dilakukan petani dalam budidaya ubi jalar adalah pola tanam secara monokultur. Hal ini dilakukan agar pemanfaatan untuk budidaya ubi jalar menjadi optimal. Petani dilokasi penelitian melakukan sistem rotasi tanaman. Dalam setahun, petani menanam ubi jalar sebanyak satu-dua kali, selanjutnya petani menanam komoditas yang lain seperti padi, ubi kayu dan sayur-sayuran. Varietas ubi jalar yang dibudidayakan oleh petani di Desa Ciaruteun Udik adalah varietas kuningan putih AC putih. Varietas tersebut dipilih petani untuk dibudidayakan karena varietas kuningan putih merupakan varietas unggulan lokal dengan produktivitas tinggi, lebih cepat dipanen dibandingkan dengan varietas lainnya yaitu antara 3.5-4 bulan, bentuknya bulat, bercita rasa manis, harga jual yang tinggi, serta permintaan pasar yang selalu ada sepanjang tahun. Kegiatan budidaya ubi jalar di Desa Ciaruteun Udik dimulai dari pengolahan lahan, penanaman, penyulaman, pembongkaran, penyiangan, dan pemupukan, penyemprotan, dan pemanenan. Pengolahan lahan dilakukan dengan mencangkul tanah supaya gembur, setelah itu petani membuat guludan dan pembuatan lubang tanam. Lalu tahap kedua yaitu penanaman, umumnya dilakukan pada pagi hari. Pada umumnya waktu penanaman antar petani berbeda satu sama lain. Tahap ketiga yaitu penyulaman. Penyulaman merupakan kegiatan