Luas Lahan Karakteristik Umum Responden Petani Ubi Jalar

48 mengganti bibit yang mati dengan bibit baru. Biasanya penyulaman dilakukan pada minggu pertama setelah proses penanaman. Namun, banyak petani yang tidak melakukan penyulaman dengan membiarkan bibit yang mati, dikarenakan bibit yang mati masih dalam jumlah yang sedikit. Tahap keempat yaitu pembongkaran. Pembongkaran merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menggemburkan tanah dan memberi ruang masuknya cahaya matahari ke dalam tanah, umumya dilakukan pada umur tanaman 15-20 hari. Pembongkaran dilakukan dengan cara mengikis kedua sisi guludan sampai terlihat bakal umbinya. Kemudian didiamkan selama 15 hari, setelah itu guludan ditutup kembali. Tahap kelima yaitu penyiangan. Penyiangan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghilangkan tumbuhan liar gulma yang dapat mengganggu tanaman ubi jalar. Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 1.5-2 bulan. Tahap keenam yaitu pemupukan. Pemupukan dilakukan petani 1-2 kali sesuai dengan kebiasaan petani. Tahap ketujuh yaitu penyemprotan. Penyemprotan bertujuan untuk memberi obat yang dapat memperbesar ukuran umbi dan untuk memberi pestisida agar hama dan penyakit yang umumnya menyerang ubi jalar dapat dikendalikan. Namun banyak petani yang tidak memberikan obat serta pestisida pada tanaman ubi jalar. Hal ini dikarenakan harganya yang mahal sehingga tidak perlu melakukan penyemprotan. Selanjutnya tahap terakhir yaitu pemanenan. Pemanenan dilakukan saat umur tanaman 3.5-4 bulan. Pemanenan tidak boleh dilakukan pada saat umur tanaman lebih dari 4 bulan, karena umbi yang dihasilkan beresiko busuk.

5.4.2.2 Penggunaan Sarana Produksi Input

Penggunaan input merupakan hal terpenting dalam kegiatan usahatani ubi jalar, karena dengan adanya input-input tersebut akan memperlancar proses budidaya yang akan meningkatkan produksi ubi jalar. Input yang dibutuhkan dalam budidaya ubi jalar yaitu, lahan, bibit ubi jalar, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk TSP, tenaga kerja dan alat-alat pertanian. Penggunaan input dalam usahatani ubi jalar adalah sebagai berikut: 1. Lahan Lahan yang digunakan petani dalam menjalankan budidaya ubi jalar sebagian besar adalah lahan milik sendiri, namun ada beberapa petani yang 49 menggunakan lahan atas sewa, lahan bagi hasil dan lahan gadai. Rata-rata lahan yang digunakan petani responden adalah sebesar 0.29 hektar. Biaya sewa tanah dilokasi penelitian adalah 2 500 000.00 per hektar per musim tanam. 2. Bibit Bibit ubi jalar yang digunakan oleh petani di lokasi penelitian berasal dari tanaman ubi jalar yang berumur 2 bulan. Bibit tersebut tidak diperjual- belikan, tetapi diperoleh dari pembibitan hasil produksi sebelumnya atau diperoleh dari petani yang lain. Menurut Rukmana 1997, perhitungan jumlah bibit yang digunakan adalah sebagai berikut: umlah Bi it = 0 uas ahan arak anam ...................................................................... 5.1 Jumlah rata-rata penggunaan bibit ubi jalar yang digunakan oleh petani dilokasi penelitian adalah 9 821.57 stek untuk luas lahan 0.29 hektar atau sebanyak 34 910.90 stek per hektar dengan jarak antar tanaman 20-30 cm dan jarak antar barisan 70-100 cm. Penggunaan bibit tersebut sudah melebihi dari anjuran penyuluh pertanian yaitu 28 000-32 000 stek per hektar dengan jarak antar tanaman 25-35 cm dan jarak antar barisan 90-100 cm UPT, 2014. Penggunaan bibit yang melebihi dari anjuran penyuluh pertanian disebabkan banyaknya petani yang beranggapan semakin banyak bibit yang ditanam, maka semakin banyak umbi yang dihasilkan. Namun, menurut Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan 2014, semakin banyak dan semakin rapat bibit yang ditanam, maka produksi yang dihasilkan justru akan kurang optimal, karena ruang tumbuh umbi akan terbatas. 3. Pupuk Pupuk yang digunakan petani dilokasi penelitian dalam budidaya ubi jalar adalah pupuk urea dan pupuk TSP. Pupuk tersebut dibeli dari toko pupuk terdekat. Rata-rata penggunaan pupuk urea dan pupuk TSP yaitu 28.26 kg dan 16.23 kg untuk luas lahan 0.29 hektar atau sebanyak 103.11 kg per hektar untuk pupuk urea dan 71.14 kg per hektar untuk pupuk TSP. Penggunaan pupuk tersebut sudah mendekati anjuran yang diberikan penyuluh pertanian yaitu 100-200 kg per hektar untuk pupuk urea dan 50-70 kg per hektar untuk pupuk TSP.