Guru menutup pembelajaran dengan salam.
PERLAKUAN ke-3 Indonesia Sehat tanpa Tembakau
Hari tanpa tembakau sedunia diperingati pada 31 Mei. Pengabadian hari tanpa tembakau sedunia merupakan indikasi semua Negara menyadari akan
bahanya tembakau, yang familiar di masyarakat rokok, tembakau yang sudah dikemas sedemikian rupa ini bermacam-macam mereknya sebut saja Dji Sam
Soe, Sampoerna, Class Mild, dan banyak lagi. Kalaulah dilihat dari segi kesehatan atau ekonomi tidak diragukan lagi korbannya walaupun tidak secara
otomatis, korban rokok juga tidak hanya masyarakat ekonomi menegah atas saja, bahkan rakyat kurang mampu pun banyak.
Hasil studi Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Ekonomi Tembakau, dan studi Bank Dunia tentang tembakau telah
meruntuhkan mitos manfaat ekonomi tembakau itu. Malah menciptakan rantai kemiskinan bagi kaum miskin. Pengeluaran rokok bagi rumah tangga miskin
mencapai Rp 117.624 per bulan, sedangkan pendapatan masyarakat miskin tertinggi kedua digunakan untuk membeli rokok, yaitu 12,4 persen dari
pendapatan, sehingga dana untuk konsumsi gizi dan pendidikan tergusur.
Indonesia salah satu negara yang peduli akan masyarakatnya terhadap bahaya rokok. Sebagai bentuk kepedulian bangsa ini terhadap rakyatnya beberapa
bulan lalu pemerintah melalui menteri kesehatan merancang peraturan pemerintah tentang rokok. Isi pokok RPP Rokok tersebut, antara lain mengatur kawasan tanpa
rokok, peringatan berupa gambar pada bungkus rokok, larangan menjual rokok kepada anak-anak, larangan menjual rokok batangan, larangan iklan rokok,
larangan perusahaan rokok menjadi sponsor, dan promosi rokok di media massa.
Tetapi yang menjadi pertanyaan sebatas mana kepedulian pemerintah menyikapi hal tersebut. Lihat saja dari segi pengesahan RPP saja sampai sekarang
belum juga kunjung disahkan. Konvensi internasional pengendalian tembakau Framework Convention on Tobaqo Control, Indonesia merupakan salah satu
negara yang belum menandatangani ratifikasi tersebut. Semestinya kalau pemerintah memang serius menangani permasalahan ini, bisa saja pemerintah
menaikkan bea cukainya sehingga konsumennya hanya orang-orang yang bisa mengobati dirinya sendiri, dalam artian hanya orang mampu yang bisa membeli
rokok, ini juga sebenarnya membawa kemasalahatan ekonomi dan meminimalkan beban negara yang selama ini menanggung korban rokok yang tidak mampu
membiayai dirinya sendiri.
suarakampus.com diunduh 28 Maret 2016