Pembelajaran Membaca Pemahaman Kelas VIII SMP

tersebut dipadukan dengan strategi Mastery Learning akan membentuk suatu model pembelajaran membaca pemahaman teks argumentasi di kelas.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Ana Dwi Lestari 2009 tentang Keefektifan Prosedur Membaca Terbimbing Guided Reading Procedure dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Siswa Kelas VII SMP N 2 Gombong. Persamaan penelitian Ana Dwi Lestari dengan penelitian ini adalah membaca pemahaman merupakan topik penelitian. Akan tetapi, strategi yang digunakan berbeda. Ana Dwi Lestari mengatakan bahwa penelitian berjudul Keefektifan Prosedur Membaca Terbimbing Guided Reading Procedure dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Siswa Kelas VII SMP N 2 Gombong mempunyai hasil yang signifikan. Di dalam strategi Mastery Learning terdapat perlakuan yang mirip dengan strategi Guided Reading Procedure Prosedur Membaca Terbimbing, yaitu pada tahap keempat latihan terbimbing. Hal tersebut menjadi bukti bahwa pembelajaran terbimbing diperlukan untuk membuat hasil belajar siswa lebih signifikan. Selain penelitian tersebut, terdapat penelitian milik Wiwi Setio Utami 2008 yang berjudul Keefektifan Strategi Belajar Tuntas Mastery Learning dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Siswa kelas VIII SMP N 2 Mlati. Persamaan antara penelitian Wiwi Setio Utami dengan penelitian ini adalah membaca pemahaman sebagai topik penelitian dan kedua penelitian ini menggunakan strategi Mastery Learning. Strategi Mastery Learning dengan lima tahap pembelajaran terbukti efektif dalam pembelajaran membaca pemahaman. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan penggunaan strategi Mastery Learning di dalam pembelajaran membaca pemahaman yang lebih spesifik, seperti penggunaan teks argumentasi. Penggunaan teks argumentasi menjadi hal pembeda dengan penelitian Wiwi Setio Utami. Penelitian relevan selanjutnya adalah penelitian yang berjudul Penerapan Strategi Mastery Learning dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerita Pendek pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 19 Bandung pada tahun pelajaran 20132014 yang dilakukan oleh Ervira Maharani dari Universitas Pendidikan Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas kontrol. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi Mastery Learning terbukti mampu meningkatkan nilai rata-rata membaca pemahaman cerita pendek pada siswa kelas XI SMA. Strategi Mastery Learning tidak hanya digunakan pada siswa SMP tetapi juga dapat digunakan untuk siswa kelas XI SMA.

D. Kerangka Pikir

Membaca merupakan sebuah keterampilan yang harus dipelajari di sekolah. Akan tetapi, berdasarkan wawancara dengan guru pada bulan Agustus 2015 siswa kadang enggan untuk membaca. Hal itu dikarenakan, membaca dianggap suatu hal yang membosankan. Membaca seharusnya bisa menjadi sebuah kegiatan yang menarik bagi siswa apabila dilakukan dengan berbagai strategi. Membaca pemahaman adalah istilah luas yang mencakup seluruh wilayah proses memperoleh pengertian. Pemahaman adalah jantung dari membaca. Membaca tanpa pemahaman sama artinya dengan tidak membaca, Ahuja, 2004: 55. Berdasarkan pendapat tersebut, membaca pemahaman merupakan dasar bagi seseorang untuk memahami maupun memperoleh informasi dari sebuah bacaan. Berdasarkan pengamatan pada bulan Agustus 2015, pembelajaran membaca di sekolah masih konvensional. Hal tersebut berdampak pada siswa malas membaca. Pembelajaran membaca di sekolah dilakukan oleh siswa dengan tujuan dapat menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan. Guru tidak mengetahui apakah siswa benar-benar memahami bacaan atau siswa hanya menjawab dengan menebak. Kebingungan siswa akan terus berlanjut karena tidak terdeteksi oleh guru di kelas. Siswa dan guru dituntut untuk menyelesaikan materi-materi yang terdapat dalam kurikulum dengan dibatasi waktu. Hal tersebut kadang lebih menjadi prioritas dibanding tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan. Teks argumentasi merupakan salah satu jenis teks yang dipelajari siswa di sekolah. Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan logis. Teks argumentasi harus bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Di dalam teks argumetasi diperlukan kejelasan serta keyakinan dengan perantara fakta-fakta. Hal tersebutlah yang harus ditemukan oleh siswa dalam menganalisis teks argumentasi.