Standar Kompetensi KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

PERLAKUAN ke-2 PERAN GANDA WANITA, EMANSIPASI ATAU EKSPLOITASI? Perjuangan Kartini dalam memperjuangkan kaumnya memang sangat luar biasa. Hal ini telah dibuktikan dengan banyak hal, perempuan-perempuan masa kini telah banyak yang mengerjakan pekerjaan kaum laki-laki. Disamping hal tersebut banyak perempuan atau ibu rumah tangga yang menjadi tulang punggung keluarganya. Mulai dari pekerjaan di kantor sampai menjadi juru parkir sudah marak kita temui saat ini. Emansipasi yang selalu digemborkan menjadi semangat yang berbeda bagi kartini-kartini modern. Perempuan Indonesia saat ini sudah banyak yang mengambil alih peran laki-laki. Ada banyak alasan memang, salah satunya karena mereka sudah tidak mau lagi dianggap sepele oleh kaum laki-laki. Pada masa penjajahan perempuan-perempuan Indonesia hanya dianggap sebagai pemuas nafsu para tentara saja. Akan tetapi hal tersebut saat ini sudah sangat berbeda. Ketika dulu Kartini harus memperjuangkan pendidikan kaumnya, sekarang para kartini modern dengan mudah bisa meraih pendidikan bahkan sampai jenjang perguruan tinggi. Banyak wanita terus berlomba agar bisa sejajar secara pendidikan dengan kaum laki-laki. Seiring berjalannya tahun makna emansipasi mulai bergeser. Jika dahulu Kartini berjuang agar perempuan Indonesia terbebas dari segala macam perbudakan, saat ini perjuangan tersebut mulai disalah artikan. Banyak perempuan yang mengangap dirinya lebih tinggi dibanding kaum laki-laki. Banyak kasus telah terjadi salah satunya penganiyayaan yang dilakukan seorang istri karena menilai gaji suaminya lebih rendah darinya. Emansipasi dan ekonomi suatu keluarga nampaknya berhubungan sangat dekat. Banyak pasangan suami-istri yang bercerai karena kekurangan dalam hal ekonomi. Ketika para kartini ini mengambil alih sebagai mesin penghasil uang keluarga, sebenarnya kodrat dari wanita tetaplah dibawah bimbingan suaminya. Pro dan kontra kartini di masyarakat saat ini. Banyak masyarakat yang menilai adanya emansipasi wanita hanyalah kedok untuk memperbudak wanita saja. Anggapan tersebut memang sangat disetujui oleh beberapa pihak. Ketika seorang ibu rumah tangga harus membanting tulang menjadi juru parkir demi menghidupi keluarganya sedangkan suaminya tidak bekerja, hal ini bisa dikatakan sebagai eksploitasi. Namun emansipasi atau penyetaraan gender yang akhir-akhir ini digemborkan cukup menuai persetujuan dari banyak kalangan. Salah satunya adalah banyak dari anggota legislatif di Indonesia berjenis kelamin perempuan. Bahkan sebanyak 30 kursi di DRP diperuntukan untuk kaum perempuan, sayangnya tiap periodenya kursi tersebut tidak terpenuhi. Dalam hal ini wanita merasa lebih dihargai, dengan faktor pendidikan yang sama, pekerjaan yang sama bahkan uang yang dihasilkan juga tak kalah dengan laki-laki. Upaya pemerintah dalam melindungi perempuan-perempuan Indonesia. Adanya berbagai kasus tentang penyiksaan terhadap perempuan membuat