lembaga keagamaan, badan usaha dan media massa. Peran masyarakat tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada pasal 48 dinyatakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b meliputi: a.
Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya. b.
Penentuan status keadaan darurat bencana. c.
Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana. d.
Pemenuhan kebutuhan dasar. e.
Perlindungan terhadap kelompok rentan bayi, balita, anak-anak, ibu sedang mengandung atau menyusui, penyandang cacat dan lanjut usia.
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
g. Secara manusiawi bencana merupakan keadaan yang tidak dapat diperdiksikan
danterjadi diluar kontrol. Dalam merekonstruksikan kembali tatanan dan lingkungan yang telah porak poranda dibutuhkan respon agar tatanan masyarakat tidak mengalami
disfungsi dalam waktu yang cukup lama.
2.4. Penanganan Anak Korban Bencana
Adapun bentuk-bentuk penanganan terhadap Anak korban bencana, yaitu a.
Bantuan pangan bagi anak korban bencana 1.
Untuk bayi berumur 0-6 bulan: a
Pastikan bahwa bayi hanya mendapat ASI Air Susu Ibu saja. b
Dalam kondisi darurat, bisa saja bayi pada umur ini kehilangan ibunya. Untuk itu perlu dicarikan donasi ASI dari ibu lain yang sedang menyusui.
Universitas Sumatera Utara
c Jika tidak ada ibu menyusui, dapat diberikan susu formula khusus untuk bayi usia
kurang dari 6 bulan yang dilengkapi dengan instruksi penggunaan yang jelas sesuai dengan Standar Internasional Institusi Kesehatan Dunia.
d Jika ibu menyusui jatuh sakit, sama halnya dengan point c dimana pemberian
susu formula khusus untuk bayi usia kurang 6 bulan harus diberikan satu paket dengan air kemasan untuk mencegah kontaminasi dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi atau sampai ibu dapat memproduksi susu kembali. 2.
Untuk bayi berumur 6-24 bulan Selain ASI pemberian makanan pelengkap harus diberikan kepada bayi
berumur 6-24 bulan. Pemberian makanan tambahan pendamping ASI atau sering disebut MP-ASI harus dilakukan dengan menggunakan sumber air yang aman dan
dimasak sempurna. Jika tidak ada MP-ASI yang tersedia gunakan alternatif MP-ASI seperti biskuit bayi dan susu formula lanjutan yang sesuai dengan usia bayi.
3. Untuk anak berusia 2-5 tahun. Pemberian makanan untuk usia ini sama seperti orang
dewasa, selain itu perlu tambahan berupa susu dan biskuit. b.
Bantuan non pangan 1.
Kebersihan pribadi Setiap anak yang terkena dampak bencana mempunyai akses yang memadai
terhadap sabun dan barang lainnya untuk memastikan kebersihan, kesehatan, martabat dan kesejahteraan pribadi. Setiap anak minimal mendapatkan:
a Setiap anak mempunyai akses terhadap 250 gram sabun mandi setiap bulan.
b Anak-anak perempuan mempunyai bahan pembalut selama menstruasi.
c Bayi hingga usia 2 tahun mempunyai 12 popok yang bisa dicuci sesuai dengan
kebiasaan setempat.
Universitas Sumatera Utara
2. Peralatan memasak dan makan. Setiap keluarga yang terkena dampak bencana
mempunyai akses terhadap peralatan untuk memasak dan makan. 3.
Kompor, bahan bakar dan penerangan. Setiap keluarga yang terkena dampak bencana mempunyai akases terhadap
sarana-sarana memasak bersama atau satu kompor dan akses terhadap pasokan bahan bakar untuk keperluan memasak dan menjaga kehangatan.
c. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan pada anak korban bencana merupakan akses mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan harus benar-benar terjamin. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan berpedoman kepada standar minimum layanan kesehatan yaitu suatu ungkapan praktis dari kepercayaan dan komitmen bersama
lembaga-lembaga kemanusiaan yang dinyatakan dalam Piagam Kemanusiaan. Akses pada pelayanan kesehatan merupakan penentu kritis keberlangsungan hidup pada tahap
awal tanggap darurat. Adapun sumbangan sector dalam pelayanan kesehatan menurut The Sphere Project 2011: 309-354 , antara lain:
1. Memprioritaskan pelayanan kesehatan dasar
Pelayanan kesehatan dasar adalah layanan kesehatan pencegahan dan kuratif yang tepat memenuhi kebutuhan kesehatan penduduk yang terkena bencana. Adapun
area pelayanan kesehatan dasar harus sesuai dengan jenis bencana dan dampaknya. Selain itu akses pada pelayanan kesehatan dasar harus berdasarkan prinsip keadilan
dan imparsialitas yang menjamin akses sesuai kebutuhan tanpa diskriminasi. Semua anak mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan yang diprioritaskan untuk
menangani penyebab-penyebab utama kematian dan kesakitan yang berlebihan, setiap anak berhak mengakses puskesmas maupun rumah sakit untuk mendapatkan
akses pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengendalian penyakit menular.
Kesakitan dan kematian akibat penyakit menular cenderung meningkat pada saat bencana. Kurang gizi akut memperberat penyakit-penyakit khususnya bagi
anak-anak. Kejadian luar biasa penyakit menular jarang dikaitkan dengan bencana alam yang terjadi mendadak.
Adapun berbagai jenis pengendalian penyakit menular, yaitu: a.
Pencegahan campak, dimana semua anak-anak usia 6 bulan sampai 15 tahun mendapat imunisasi untuk mencegah campak. Diagnosis dan pengelolaan
campak, dimana anak-anak mempunyai akses terhadap diagnosis dan pengobatan yang efektif untuk penyakit menular yang akan sangat berperan
dalam mencegah kematian dan kesakitan yang berlebihan. b.
Kesiapsiagaan terhadap kejadian luar biasa KLB penyakit seperti pencegahan malaria, dengue dan tuberculosis TB.
3. Pengendalian penyakit tidak menular
Meningkatnya kesakitan dan kematian karena penyakit tidak menular merupakan ciri umun banyak bencana. Indikator umum untuk pengendalian penyakit
tidak menular sebagai berikut: a
Cedera Cedera biasanya penyebab utama dan kesakitan berlebihan setelah bencana
akibat fenomena alam yang terjadi secara mendadak. Cedera akibat kekerasan fisik juga dihubungkan dengan kondisi kedaruratan kompleks adapun prosedur
dalam penaganan korban cedera yaitu: 1.
Pemilahan kasus, artinya proses menggolongkan korban sesuai beratnya cedera atau sakit dan memprioritaskan pengobatan sesuai ketersediaan sumber
dan peluanh hidup korban.
Universitas Sumatera Utara
2. Pertolongan pertama dan layanan medis dasar. Langkah ini merupaka n
prosedur kritis termasuk mengembalikan dan mengatur pernafasan yang mungkin membutuhkan pembersihan dan perlindungan saluran napas atau
pengendalian pendarahan. 3.
Tata laksana penanganan luka 4.
Tetanus, biasanya akibat bencana alam alam yang terjadi mendadak mengakibatkan sejumlah besar korban mengalami cedera dan trauma,
sehingga resiko tetanus dapat meningkat secara relatif. b
Kesehatan reproduksi c
Aspek kesehatan jiwa dan sosial dan penyakit kronis d.
Psikososial Rehabilitasi Trauma Psikososial merupakan sebuah program yang dilakukan untuk menjalin
interaksi yang baik dengan anak, keluarga dan masyarakat. Program ini bertujuan untuk melakukan rehabilitasi traumatik terhadap anak korban bencana agar dapat
menghilangkan rasa trauma. Adapun upaya penanganan psikososial terahadap anak- anak korban bencana yaitu:
1. Menjalin interaksi yang baik dengan anak, keluarga dan masyarakat.
2. Bermain dengan anak melalui seni dan olahraga.
3. Pertemuan dan wawancara dengan anak dan keluarga dimana sebaiknya
menggunakan wawancara sensitif anak dimana terlebih dahulu meminta persetujuan anak ketika akan melakukan wawancara.
4. Melakukan assesment masalah psikis anak sehingga dapat teridentifikasi berbagai
masalah psikis anak serta tersedianya data anak yang mengalami gangguan psikis.
Universitas Sumatera Utara
5. Melakukan pendampingan psikososial anak, yang bertujuan untuk mendapakan
rekam medik anak, sehingga petugas atau konselor dapat mengetahui langkah berikutnya untuk perkembangan anak.
e. Pendidikan Darurat
Pendidikan darurat merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika terjadi bencana, anak-anak yang berada di tempat pengungsian maupun shelter
sangat membutuhkan keberlangsungan pendidikan yang sesuai dengan tingkatan dan kelompok kelas masing-masing anak. Hal ini dilakukan agar prestasi anak di sekolah
tidak tertinggal akan pelajaran, selain itu juga mengajak anak untuk tidak larut dalam kondisi bencana yang dialami oleh mereka.
Hal pertama yang dilakukan ketika melakukan pendidikan darurat di tempat pengungsian, yaitu:
1. Pendataan tingkatan sekolah anak.
Pendataan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pendidikan anak, sehingga akan memudahkan bagi relawan untuk mengelompokkan anak berdasarkan tingkat
pendidikan misalnya SD, SMP, SMA. Pendataan ini juga untuk mempermudah melisting kebutuhan anak. Misalnya buku bacaan, serta materi-materi yang akan
diberikan oleh relawan atau masyarakat. 2.
Pendirian tenda belajar darurat. Sarana belajar tidak harus merupakan sebuah gedung dengan fasilitas meja
dan bangku untuk belajar. Dalam kondisi darurat tenda-tenda juga menjadi sebuah sarana untuk proses belajar mengajar. Sebisa mungkin tenda yang menjadi sarana
belajar harus aman dan terbuka sehingga anak-anak tidak merasa jenuh dan besarnya tenda ditentukan jumlah anak yang ada pada tempat pengungsian.
Universitas Sumatera Utara
3. Proses belajar darurat.
Proses belajar, diharapkan peran masyarakat ikut andil dalam proses belajar mengajar kepada anak korban bencana, tidak harus langsung belajar secara formal
seperti yang dilakukan anak-anak sebelum bencana, tetapi usahakan agar anak-anak bisa terbebas dari rasa ketakutan dan rasa cemas akan bencana yang pernah
menimpa mereka. Beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan oleh relawan atau masyarakat dalam mendampingi anak-anak korban bencana adalah:
a Berbicara dengan anak bagaimana perasaannya saat ini maupun saat bencana,
sharingkan berbagi juga bagaimana perasaan kita. Jika anak menanyakan tentang bencana, berikan informasi dan penggambaran sesuai dengan usia mereka
sehingga dapat dimengerti. b
Sentuhan fisik seperti pelukan dan rangkulan sangat penting untuk memberikan rasa aman dan perlindungan emosional, tetapi harus dilakukan oleh relawan yang
berjenis kelamin sama dengan anak. c
Bermain bersama anak-anak yang lain, bernyanyi bersama dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan untuk menggantikan perasaan takut
dengan sesuatu yang menyenangkan. d
Mengajarkan teknik-teknik rileksasi otot sederhana dan pengaturan nafas. e
Memberikan kesempatan kepada anak untuk menyalurkan emosi mereka dengan bercerita ataupun memberikan alat tulis dan kertas gambar sehingga mereka bisa
menyalurkan kecemasan mereka dalam gambar-gambar atau tulisan yang mereka buat.
Universitas Sumatera Utara
4. Bentuk-bentuk pendidikan darurat
Adapun bentuk-bentuk pendidikan darurat yang diberikan adalah a
Pendidikan KHA, dimana memberitahukan kepada anak-anak tentang hak-hak dasar yang harus diberikan kepada anak. Pendidikan hak anak dimana anak
diberikan pengajaran atau pengetahuan tentang kebutuhan anak-anak yang harus mereka dapat sebagai anak.
b Pendidikan berorganisasi meruapak sebuah pengajaran dan pengetahuan yang
diberikan dengan mengajarkan anak-anak untuk bekerja kelompok, bahu membahu, tolong menolong dan memecahkan permasalahan.
c Pendidikan partisipasi merupakan pendidikan yang diajarkan kepada anak-anak
sebuah kepekaan akan lingkungan, berempat atau bersimpati terhadap sesame d
Pendidikan kesehatan diartikan anak-anak diberikan pengetahuan akan hal menjaga kesehatan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan dan mengendalikan
diri atau cara mengobati diri ketika sakit. e
Pendidikan konseling, pendidikan konseling dimana anak-anak diberikan pengarahan atau pengajaran tentang konseling untuk pemulihan trauma anak-
anak. Anak-anak diberikan pengetahuan akan konseling dan cara penanganan diri ketika terjadi sebuah emosi tidak stabil ataupun trauma berlebihan.
5. Metode pendidikan darurat.
Beberapa metode yang digunakan dalam proses pendidikan darurat yang diberikan kepada korban bencana agar mencapai sasaran menurut Standar Operasional
Konvensi Hak Anak, yaitu: a
Metode diskusi Metode ini dilakukan bersama anak, baik dalam mendiskusikan persoalan
tentang hak anak, persoalan tentang trauma yang dihadapi oleh anak maupun
Universitas Sumatera Utara
persoalan lain. Metode ini cukup efektif untuk mengeluarkan pendapat. Dalam pelaksanaannya akan lebih baik jika peserta diskusi dibatasi sesuai dengan usia
anak, sehingga capaian yang diharapkan dapat terlaksana. b
Metode outbond pendidikan alam bebas Dunia anak adalah dunia bermain, dimana dengan bermain anak merasa
bebas mengeluarkan ekspresinya. Dalam metode bermain banyak media yang bisa dipergunakan yaitu musik, melukis, menari, olahraga dan teater. Metode
outbond merupakan metode pendidikan yang dilakukan di alam bebas, biasanya konsep yang dibangun untuk anak adalah memupuk kebersamaan dan
menimbulkan rasa percaya diri pada anak Yayasan KKSP-Pusat Pendidikan Informasi dan Hak Anak, 2011: 35-51.
f. Sistem Rujukan
1. Gambaran umum
Penanganan bagi anak korban bencana, sistem rujukan memiliki peranan penting untuk memastikan tindak lanjut penanganan anak korban bencana. Rujukan
dilakukan agar anak korban bencana sesegera mungkin mendpatkan pelayanan, seperti bantuan pangan dan sandang, pemulihan kesehatan fisik dan psikis, tempat
penampungan sementara, pencarian keluarga, penyatuan dengan keluarga dan pendidikan formal serta non fomal.
Penanganan bagi anak korban bencana, dasar pentingnya membangun sistem rujukan dikarenakan:
a. Masyarakat atau kelompok masyarakat yang bersangkutan memilki keterbatasan
pelayanan yang dibutuhkan anak-anak korban bencana, sehingga memerlukan layanan tertentu dari lembaga atau institusi lain yang memiliki kapasitas terhadap
layanan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
b. Masyarakat atau kelompok masyarakat yang bersangkutan sama sekali tidak
memiliki kapasitas untuk melakukan dan memberikan pelayanan terhadap anak korban bencana.
2. Prinsip rujukan
Membangun sistem rujukan dalam penanganan anak korban bencana harus mengacu pada prinsip-prinsip seperti:
a. Tidak adanya pembedaan dimana dipastikan bahwa perlindungan hak diberikan
secara sama kepada setiap anak yang menjadi korban bencana tanpa membedakan asal suku, agama, warna kulit, jenis kelamin status kelahiran dan status sosial.
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak, dilakukan dengan memastikan terlebih
pertimbangan kepentingan terbaik bagi anak korban bencana. Upaya rujukan dilakukan demi kepentingan terbaik untuk anak korban bencana.
c. Penghargaan atas pendapat anak, dipastikan bahwa pendapat atau pandangan-
pandangan anak korban bencana didengar, diperhatikan, dihormati dengan cara memberikan kesempatan kepada anak korban bencana tersebut untuk berpendapat
atau menyampaikan pandangannya terhadap setiap langkah yang diambil dalam rujukan.
d. Akses atas informasi, anak korban bencana harus diberikan akses informasi
tentang semua hal yang mempengaruhi mereka termasuk hak-hak mereka, pelayanan yang akan diberikan, lembaga atau institusi yang akan memberikan
pelayanan. e.
Kenyamanan, harus memastikan kenyamanan setiap pelayanan yang diberikan kepada anak korban bencana
Universitas Sumatera Utara
3. Tahapan Rujukan
Penanganan anak korban bencana, tahapan yang dilakukan dalam rujukan adalah
a. Melakukan komunikasi dengan lembaga atau institusi yang akan dilakukan
rujukan baik secara tertulis maupun tidak tertulis. b.
Menjelaskan dan menginformasikan bentuk pelayanan yang akan dilakukan. c.
Memastikan persamaan prinsip-prinsip dalam penanganan anak korban bencana dengan lembaga atau indtitusi yang dituju atau dimaksud.
d. Menyiapkan dokumentasi seperti data anak, kondisi terakhir yang dialami oleh
anak, penanganan yang telah dilakukan serta hasilnya, jenis layanan yang diinginkan, pandangan atau pendapat anak terhadap layanan, serta surat rujukan
dan surat kesediaan atau persetujuan lembaga untuk dilakukan rujukan termasuk kesedeiannya untuk menghormati dan mentaati prinsip rujukan.
e. Memastikan adanya mekanisme yang nyaman, cepat, dan efektif dalam rujukan
penanganan dan pemulihan anak korban bencana. f.
Pelaksanaan rujukan. g.
Evaluasi. 4.
Lembaga atau institusi yang bisa dilakukan dalam rujukan dalam penanganan anak korban bencana, yaitu
a. Dinas Sosial.
Dinas sosial adalah institusi pemerintah pada tingkat provinsi, kabupatenkota yang menangani bidang kesejahteraan dalam membantu
masyarakat yang dilanda bencana. Bantuan dan layanan yang dapat diberikan oleh oleh Dinas Sosial berupa makanan, pakaian dan tempat penampungan
Universitas Sumatera Utara
sementara. Selain itu juga dapat memberikan pelatihan tentang pembuatan dapur umum dan pembangunan tempat pengungsian.
b. Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat.
Puskesmas merupakan institusi pemerintah yang memiliki tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan dan desa. Puskesmas
memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan penanganan penderita gawat darurat bagi korban bencana sebelum dilakukan evakuasi selanjutnya ke
rumah sakit. Yang pertama dilakukan adalah melakukan Initial Rapid Health Assesement penilaian cepat masalah kesehatan awal. Mengirimkan tenaga medis
dan perbekalan kesehatan serta ambulans atau alat transportasi lainnya ke lokasi bencana dan ke tempat penampungan pengungsi. Selain itu juga tenaga medis
membantu perawatan dan evakuasi korban serta pelayanan kesehatan pengungsi. c.
Rumah Sakit Rumah sakit milik pemerintah maupun swasta adalah institusi yang memilki
kapasitas dan kewenangan dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada korban bencana baik fisik maupun psikis. Dalam melakukan penanganan bencana, rumah
sakit melakukan penanganan korban bencana baik dalam penanganan penderita gawat darurat maupun tindakan-tindakan perawatan korban bencana secara
berkelanjutan. d.
Dinas Pendidikan. Dinas pendidikan adalah institusi pemerintah pada tingkat provinsi,
kabupaten atau kota yang menangani bidang pendidikan dalam membantu anak korban bencana untuk mendapatkan pelayanan pendidikan baik formal maupun
non formal. Pelayanan yang diberikan berupa penyediaan fasilitas dan sarana belajar dan melakukan proses belajar mengajar.
Universitas Sumatera Utara
e. Palang Merah Indonesia PMI.
PMI adalah lembaga yang memiliki kapasitas untuk membantu korban bencana dalam melakukan evakuasi penyelematan korban bencana dan
pertolongan pertama korban bencana dengan memprioritaskan kepada kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil dan menyusi serta manula.
f. Search and Rescue SAR
SAR adalah lembaga yang memiliki kapasitas dan fungsi dalam melakukan pencarian, pertolongan, serta penyelamatan terhadap orang yang mengalami
bencana. g.
Lembaga Swadaya Masyarakat LSM LSM adalah lembaga non pemerintah yang bekerja sama dengan masyarakat
dalam menangani bencana. Lembaga ini dapat memberikan bantuan kepada masyarakat korban untuk menjalin hubungan dengan pihak-pihak lain baik dalam
maupun luar negeri. h.
Tentara Nasional Indonesia TNI Selain memiliki fungsi sebagai institusi pertahanan Negara, TNI memiliki
peran penting dalam penanganan korban bencana yaitu melakukan evakuasi penyelamatan korban bencana dan melatih masyarakat korban bencana untuk
meningkatkan kemampuan dalam bidang operasi di lapangan. i.
Kepolisian Kepolisian adalah institusi pemerintah yang memiliki kapasitas dan
wewnang dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat korban bencana. Kepolisian memiliki fungsi sebagai pihak yang melakukan tindakan-tindakan
darurat dalam penanganan korban bencana, menciptakan rasa aman, membangun keteraturan dan ketertiban korban bencana.
Universitas Sumatera Utara
j. Media massa
Media massa baik cetak maupun elektronik seperti koran, radio dan televisi memiliki peran dalam menyebarkan berita tentang situasi dan kondisi korban
bencana, serta bisa membantu untuk mencarikan bantuan bagi korban bencana Yayasan KKSP-Pusat Pendidikan Informasi dan Hak Anak, 2011: 58-61.
2.5 Kesejahteraan Anak