1. Lokasi Pelaksanaan
Data distribusi responden berdasarkan tempat dilaksanakannya pendidikan darurat kepada responden dapat disajikan pada tabel 5.19 berikut ini yaitu
Tabel 5.19 Data Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Dilaksanakannya Pendidikan Darurat
No Tingkat Pendidikan
Frekuensi Persentase
1 2
3 Tenda pengungsian
Halaman Sekolah
5 13
8 19,23
50 30,77
Total 26
100 Sumber: Data Primer, September 2014
Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.19 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 13 responden 50 menjawab halaman di depan Posko
Pengungsian UKA I menjadi lokasi yang paling sering pendidikan darurat dilaksanakan. Pendidikan darurat merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika terjadi
bencana, anak-anak yang berada di tempat pengungsian sementara maupun shelter sangat membutuhkan keberlangsungan pendidikan yang sesuai dengan tingkatan dan kelompok
kelas masing-masing anak. Hal ini dilakukan agar prestasi anak di sekolah tidak tertinggal akan pelajaran, selain
itu juga mengajak anak untuk tidak larut dalam kondisi bencana yang dialami oleh mereka. Pengajar membagi kelompok menjadi 3 kelas yaitu kelas SD, SMP dan SMA ditempatkan
berpisah satu sama lain. Hal yang pertama dilakukan adalah melisting membuat daftar kebutuhan anak seperti buku bacaan atau materi yang diinginkan anak-anak. Karena anak
yang mengetahui kondisi mereka dan pengajar seperti relawan, guru atau mahasiswa hanya fasilitator dalam pemenuhan kebutuhan anak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2. Kondisi Lokasi Temapat Diadakan Pendidikan Darurat
Data distribusi responden berdasarkan kondisi diadakannya pendidikan darurat dapat disajikan pada tabel 5.20 berikut ini, yaitu:
Tabel 5.20 Data Distribusi Responden Kondisi Tempat Pendidikan Darurat Dilaksanakan
No Kategori
Frekuensi Persentase
1 2
Aman Tidak aman
23 3
84,47 11,53
Total 26
100 Sumber: Data Primer, September 2014
Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.20 diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 23 responden menyatakan lokasi pelaksanaan pendidikan darurat aman untuk
digunakan baik itu tenda pengungsian, halaman atau sekolah, meskipun rasa waspada masih ada karena aktivitas Gunung Sinabung yang tidak pernah diketahui kapan stabil. Dalam
kondisi darurat tenda-tenda juga menjadi sebuah sarana untuk proses belajar mengajar. Sebisa mungkin tenda yang menjadi sarana belajar harus aman, terbuka sehingga anka-anak tidak
merasa jenuh dan besarnya tenda ditentukan jumlah anak yang ada pada tempat pengungsian. Kondisi atau fasilitas pelaksanaan pendidikan darurat tidak menggunakan meja atau
bangku seperti sekolah formal melainkan menggunakan tikar atau papan seadanya dengan tenda yang dibangun untuk proses belajar mengajar agar anak-anak terhindar dari panas dan
hujan. Keadaan tempat belajar darurat hampir sama dengan sekolah formal ada papan, spidol dan buku. Para relawan atau mahasiswa ataupun pihak-pihak yang mendampingi anak dalam
proses belajar mengajar membagikan peralatan sekolah untuk anak-anak sesuai dengan tingkatan kelasnya. Anak diajarkan sama dengan pelajaran di sekolah formal namun diselingi
dengan aksi bermain.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengajar Pendidikan Darurat