c. Pemulihan sosial psikologis, sosial, ekonomi, budaya, keamanan,
ketertiban, fungsi pemerintahan serta fungsi pelayanan publik. d.
Pelayanan kesehatan. e.
Rekonsiliasi dan resolusi konflik. b.
Pilihan Tindakan Penanggulangan Bencana Saat Rekonstruksi Pada tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk membangun kembali
sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna. Oleh sebab itu pembangunannya harus dilakukan melalui suatu perencanaan
yang didahului oelh pengkajian dari berbagai ahli dan sektor terkait seperti: 1.
Pembangunan kembali prasaran dan sarana sosial masyarakat. 2.
Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat 3.
Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana.
4. Partisipasi dan peran lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha,
dan masyarakat. 5.
Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya. 6.
Peningkatan fungsi pelayanan publik. 7.
Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 tahun 2008 mengenai
Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.
2.2.5 Managemen Bencana
a. Pengertian Mangemen Bencana
Managemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut, dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan
Universitas Sumatera Utara
analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi serta rekonstruksi bencana.
Manjemen Bencana adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan bencana dan keadaan daruat, sekaligus memberikan kerangka kerja
untuk menolong masyarakt dalam keadaan beresiko tinggi agar dapt menghindari ataupun pulih dari dampak bencana Pancawita, 2006: 47.
b. Tujuan Managemen Bencana
Managemen bencana bertujuan untuk: 1.
Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan lingkungan hidup.
2. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan
korban. 3.
Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan sementara atau pengungsian ke daerah asal bila menungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang
layak huni dan aman. 4.
Mengembalikan fungsi fasilitas utama seperti komunikasi atau transportasi, air minum, listrik dan telepon termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan sosial
daerah yang terkena bencana. 5.
Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut. 6.
Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.
c. Prinsip Managemen Bencana
Drs. Andi Hanindito Kasubdit Tanggap Darurat Departemen Sosial Republik Indonesia, menguraikan secara mendalam dan ilmiah pada The 5
th
Asia Crisis
Universitas Sumatera Utara
Management Conference di Jakarta tanggal 24 Oktober 2007, bahwa prinsip utama dalam meangemen penanggulangan bencana adalah:
1. Tidak ada dua bencana yang sama walaupun jenis bencana dan lokasinya sama.
2. Efektivitas dan efisiensi managemen bencana ditentukan oleh penguasaan akan
karakteristik setiap bencana serta kejelasan aspek-aspek kunci sebagai berikut: a.
Sasaran dan bentuk bahaya yang akan terjadi. b.
Sumber-sumber lokal yang tersedia. c.
Bentuk-bentuk organisasi managemen bencana yang dibutuhkan. d.
Perencanaan pemenuhan kebutuhan bila bencana terjadi. 3.
Tindakan yang harus dilakukan oleh sektro serta titik masuknya dalam siklus managemen bencana pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, tanggap
darurat, restorasi, rehabilitasi dan rekonstruksi. 4.
Pendidikan, pelatihan dan pengembangan personil managemen bencana secara berlanjut.
5. Kesejahteraan personel-personel bencana.
d. Aspek-aspek dalam menagemen bencana.
Ada 3 aspek mendasar yang terdapat dalam managemen bencana yaitu: 1.
Respon tehadap bencana. 2.
Kesiapsiagaan menghadapi bencana. Tujuan dari upaya kesiapsiagaan bencana adalah menjamin bahwa sistem,
prosedur dan sumber daya yang tepat siap ditempatnya masing-masing untuk memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi korban bencana sehingga dapat
mempermudah langkah-langkah pemulihan dan rehabilitasi layanan.
Universitas Sumatera Utara
3. Minimalisasi mitigasi atau pencegahan bencana efek bencana
Kegiatan mtigasi mempunyai dua tujuan, yaitu mengurangi kerentanan sistem seperti dengan memperbaiki dan mengakkan aturan bangunan dan untuk
mengurangi besarnya bahaya.Istilah pencegahan bencana menyiratkan bahwa eliminasi kerusakan akibat suatu bencana memang dimungkinkan, tetapi hal ini tidak
realistis untuk sebagian besar bahaya. Salah satu contohnya adalah relokasi penduduk dari daerah yang terkena dampak erupsi gunung ke daerah yang tidak
terkena dampaknya. 4.
Situasi yang dialami korban bencana Secara garis besar, situasi-situasi yang dialami oleh korban bencana cenderung
beragam bergantung pada jenis bencana, konteks sosial, geografis dan politik yaitu: a
Korban bencana yang rumah dan hartanya mengalami kerusakan tetapi masih tinggal di lokasi bencana atau di daerah sekitarnya.
b Korban bencana yang karena kerusakan parah pada komunitas mereka, harus
ditampung untuk sementara waktu, jauh dari tempat tinggal biasa mereka. c
Orang-orang yang mengungsi dari komunitas mereka biasanya karena kekerasan dan yang kepulangannya diragukan.
d Pengungsi yang meninggalkan Negara mereka karena khawatir akan keselatan
hidup mereka
https:www.facebook.comForumHijauIndonesiaposts266153556809082, diakses tanggal 23 april 2014 Pukul 19.08 WIB.
Universitas Sumatera Utara
e. Pendekatan Managemen Bencana
Pada manajemen bencana khususnya terhadap bantuan darurat yang dikenal dua model pendekatan yaitu:
1. Pendekatan konvensional
Korban dianggap tidak berdaya dan membutuhkan barang yang harus kita berikan. Terhadap kebutuhan itu pun harus ditaksir secara cepat dan umum. Dalam
pendekatan ini, kebutuhan dianggap begitu mendesak. 2.
Pendekatan Pemberdayaan Korban merupakan manusia yang aktif dengan berbagai kemampuan dan
kapasitas.Dengan demikian, penaksiran kebutuhan dapat dilakukan seksama dengan memperhatikan kapasitas yang ada. Karena itu, pendekatan ini menekankan bahwa
sejak awal sudah harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari bantuan luar yang mengalir serta harus menghormati gagasan dan kapasitas yang ada pada
masyarakat setempat. Managemen penanggulangan bencana juga mengenal adanya dua mekanisme.
Pertama, mekanisme internal yaitu pola penanggulangan bencana yang dilakukan unsur-unsur masyarakat di lokasi bencana, baik berupa keluarga, organisasi sosial dan
masyarakat lokal. Mekanisme itu dikenal sebagai mekanisme penanggulangan bencana secara alamiah. Kedua, mekanisme eksternal yaitu penanggulangan bencana dengan
melibatkan unsur-unsur di luar unsur-unsur yang terlibat dalam mekanisme internal. Seperti melibatkan unsur-unsur eksternal seperti pemerintah dan dunia internasional
dalam bentuk pelaksanaan berbagai kegiatan kemanusiaan. Pembangunan dan pemberdayaan pasca bencana alam merupakan bagian dari
aktivitas pembangunan yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan dan meningkatakan kualitas, taraf hidup masyarakat pasca bencana alam terjadi. Sebagai
Universitas Sumatera Utara
bagian dari pembangunan maka ada beberapa pendekatan yang digunakan oleh lembaga-lembaga non pemerintah baik internasional maupun nasional dalam
melaksanakan pemberdayaan bagi masyarakat, yaitu : 1.
Pendekatan kebutuhan pokok Pendekatan kebutuhan pokok terdapat preposisi bahwa kebutuhan pokok tidak
dapat terpenuhi dengan baik jika kelompok masyarakat berada dalam keadaan tidak berdaya atau miskin segala harta benda dan kebutuhan telah diporak-porandakan
oleh bencana alam serta untuk sementara waktu tidak bisa memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang meliputi sandang, pangan dan papan.
2. Pendekatan kemandirian
Pendekatan kemandirian self reliance atau juga dikenal dengan self suistained merupakan konsekuensi logis dari berbagai upaya yang dilakukan untuk
melepaskan ketergantungan dari berbagai bantuan dari negara-negara industri yang mengalir secara umum dinegara-negara miskin dunia ketiga secara spesifik kepada
Negara atau daerah yang mengalami disfungsi yang disebabkan oleh peristiwa bencana alam. Konsep kemandirian terfokus kepada dua aspek perpektif yaitu
penekanan yang dilebih diutamamakan pada hubungan timbal balik dan saling menguntungkan dalam kegiatan pembangunan dan penekananan pada kemampuan
dan sumberdaya sendiri. 3.
Pendekatan ketergantungan Pendekatan
ketergantungan menyatakan
bahwa munculnya
sifat ketergantungan masyarakat kepada berbagai bantuan yang datang dari negara-negara
maju dalam bentuk kegiatan kemanusiaan dapat menjadikan masyarakat semakin tidak berdaya dan mengalami keterbelakangan. Jika hal ini terus berlanjut maka
pembangunan dalam masyarakat akan mengalami stagnasi dan masyarakat akan
Universitas Sumatera Utara
semakin terpuruk dalam masalah yang sama dan tetap dianggap belum mandiri Susanto, 2001: 212-214.
2.3 Perlindungan Anak 2.3.1 Pengertian