infrastruktur setempat serta memerlukan bantuan dari kabupaten atau provinsi lain atau pdari pusat dan bantuan dari Negara lain dengan menanggalkan prosedur rutin.
Bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam
atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Selain itu bencana merupakan sebuah peristiwa yang disebabkan oleh alam atau
karena ulah manusia yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan serta melampaui kemampuan
dan sumber daya masyarakat untuk menaggulanginya Harjadi dkk, 2005: 9.
2.2.2 Bentuk-Bentuk Bencana
Adapun bentuk-bentuk bencana menurut Yayasan KKSP-Pusat Pendidikan Informasi dan Hak Anak 2011: 1 yaitu:
a. Bencana Alam
Bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan menganggu kehidupan atau penghidupan
masyarakat yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
b. Bencana Non alam
Bencana non alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan menganggu kehidupan atau penghidupan
masyarakat yang disebabkan oleh peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemik dan wabah penyakit.
Universitas Sumatera Utara
c. Bencana Sosial
Bencana sosial merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror
2.2.3 Karakteristik Bencana
Adapun karakteristik bencana, yaitu: a.
Terdapat kerusakan pada pola kehidupan normal. Kerusakan tersebut biasanya terlihat cukup parah sebagai akibat dari kejadian yang mendadak dan tidak terduga serta
luasnya cakupan dan dampak dari bencana. b.
Dampak dari bencana merugikan manusia baik bersifat langsung maupun tidak langsung. Biasanya berupa kematian, kesakitan, kesengsaraan, maupun akibat negatif
lainnya yang berdampak pada kesehatan masyarakat. c.
Merugikan struktur sosial seperti kerusakan pada sistem pemerintahan, bangunan, komunikasi dan berbagai sarana dan prasarana pelayanan umum lainnya.
d. Adanya pengungsi yang membutuhkan tempat tinggal atau penampungan, makanan,
pakaian, bantuan kesehatan dan pelayanan sosial yang terkadang tidak mencukupi atau kurang terkoordinasi Royan, 2004: 35.
2.2.4 Penanggulangan Bencana
a. Pengertian
Penaggulangan bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan, dan penanggulangan bencana baik sebelum, saat dan sesudah terjadi
bencana yang mencakup pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang
Universitas Sumatera Utara
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi yang bertujuan untuk:
1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana
2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang telah ada
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi dan menyeluruh 4.
Menghargai budaya lokal 5.
Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta 6.
Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan kedermawanan 7.
Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Undang-Undang
Republik Indonesia
Nomor 24
tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana.
b. Siklus Penanggulangan Bencana.
Adapun Siklus
Penanggulangan bencana
yang dilakukan
secara berkesinambungan menurut Departemen Sosial 2005, yaitu:
1. Kejadian bencana.
Kejadian atau peristiwa bencana yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia baik yang terjadi secara tiba-tiba atau perlahan yang dapat menyebabkan
hilangnya jiwa manusia, trauma fisik, psikis, kerusakan harta benda dan lingkungan yang melampaui kemampuan dan sumber daya masyarakat untuk mengatasinya.
2. Tanggap Darurat Emergency Response.
Tanggap darurat yaitu upaya yang dilakukan segera setelah kejadian bencana yang bertujuan untuk menanggulangi dampak yang timbul akibat bencana,
terutama penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi serta pengungsian. 3.
Pemulihan Recovery
Universitas Sumatera Utara
Proses pemulihan kondisi korban bencana yang terkena bencana baik yang berdampak fisik dan psikis dengan memfungsikan kembali sarana dan prasarana
pada keadaan semula. Hal ini dilakukan dengan memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar seperti jalan, listrik, air bersih, pasar, Puskesmas dan lain-lain,
serta memulihkan kondisi trauma psikologis yang dialami korban bencana. 4.
Pembangunan Pembangunan merupakan fase membangun kembali sarana dan prasarana
yang rusak akibat bencana. Adapun pembangunan dalam penanggulangan bencana dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk, yaitu:
a Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu upaya yang dilakukan setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat untuk memperbaiki rumah, fasilitas
sosial, serta menghidupkan kembali roda ekonomi. b
Rekonstruksi Rekonstruksi merupakan salah satu program jangka menengah dan
jangkapanjang yang meliputi perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau mungkin
lebih baik. 5.
Pencegahan prevention. Pencegahan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana dan jika mungkin dengan meniadakan bencana.
6. Mitigasi. Mitigasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengurangi
dampak bencana baik secara fisik structural melalui perbuatan bangunan-bangunan fisik maupun non fisik struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan.
Universitas Sumatera Utara
7. Kesiapsiagaan preparedness. Kesiapsiagaan merupakan suatu upaya yang
dialkukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
c. Sistem Penanggulangan Bencana
1. Legislasi.
Serangkaian perundangan dan peraturan sangat diperlukan dalam upaya mewujudkan penanggulangan bencana yang optimal baik di tingkat nasional
manupun daerah. Di tingkat nasional, setelah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 diterbitkan, serangkaian peraturan turunannya adalah
Peraturan Pemerintah PP, Peraturan Presiden Perpres, Peraturan Menteri Permen dan Peraturan Kepala Lembaga Perka.
2. Kelembagaan
Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan penanggulangan di tingkat nasional, pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB
yang bertanggung jawab kepada presiden sesuai dengan perpres Nomor 8 tahun 2008 tentang BNPB. Setelah itu pemerintah daerah membentuk Badan
Penanggulangan Bencana Daerah BPBD yang bertanggung jawab kepada gubernur yang dilaksanakan melalui koordinasi dengan BNPB sesuai dengan Permendagri
Nomor 26 tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi serta Tata Kerja BPBD di tingkat provinsi serta kabupaten dan kota. Keanggotaan BNPB dan BPBD terdiri atas :
a Unsur pengarah dari pejabat pemerintah dan masyarakat prosfesional. Anggota
unsur pengarah terdiri dari 10 pejabat pemerintah Eselon I atau setingkat yang diusulkan oleh Pimpinan Lembaga Pemerintah yaitu Kmenterian Koordinator
Bidang Kesejhateraan Rakyat, Departemen Dalam Negeri, Departemen Sosial, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Kesehatan, Departemen
Universitas Sumatera Utara
Keuangan, Departemen Perhubungan, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Tentara Nasional
Indonesia. b
Unsur pelaksana, yang terdiri dari 9 anggota Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2008 pasal 5.
3. Pendanaan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2008 tentang pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana, pengaturannya meliputi:
a Sumber dana penanggulangan bencana
Sumber dana penanggulangan bencana yaitu berasal dari APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pemerintah yang menyediakan
Dana Kontinjensi bencana untuk kegiatan kesiapsiagaan pada tahap pra bencana, dana siap pakai digunakan untuk kegiatan tanggap darurat, dana
bantuan sosial perpola, serta hibah untuk kegiatan tahap pasca bencana b
Penggunaan dan penanggulangan bencana c
Pengawasan, pelaporan dan pertanggungjawaban pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana
Pengelolaan bantuan bencana pada pasal 24 dimana pemerintah pusat dan daerah memberikan bantuan bencana kepada korban bencana yang terdiri
dari santunan duka cita, santunan kecacatan, pinjaman lunak untuk usaha produktif, bantuan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan pertanggung
jawaban dana pada pasal 34 pasal 1 pada saat tanggap darurat bencana diperlakukan secara khusus sesuai dengan kondisi kedaruratan yang
dilaksanakan sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi, pada pasal 2 dimana laporan pertanggungjawaban dana pelaksanaan penanggulangan
Universitas Sumatera Utara
bencana baik keuangan maupun kinerja pada saat tanggap darurat dilaporkan paling lambat 3 bulan setelah masa tanggap darurat.
4. Perencanaan
Agar upaya penanggulangan bencana dapat berjalan maksimal, perencanaan penanggulangan bencana yang terpadu sangat diperlukan melalui pemaduan
pengurangan resiko bencana PRB dalam perencanaan kegiatan baik di tingkat nasional maupun daerah baik berupa rencana pembangunan jangka panjang RPJP,
rencana jangka menengah RJM, maupun rencana kerja pemerintah RKP. Dokumen perencanaan penanggulangan bencana dibuat dalam bentuk rencana
nasional penanggulangan bencana Renas PB oleh pemerintah atau BNPB. 5.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Salah satu azas penanggulangan bencana di Indonesia adalah ilmu
pengetahuan dan teknologi yaitu bahwa dalam penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal. Dengan demikian
proses penanggulangan bencana baik pada tahap pra bencana, saat terjadi bencana, ataupun pasca bencana dapat dipermudah dan dipercepat Kementerian Riset dan
Teknologi, 2007. Dalam prakteknya, unsur seni ataupun budaya juga mennetukan kelancaran
dan keberhasilan penanggulangan bencana. Dengan demikian IPTEK dalam penanggulangan bencana di modifikasi menjadi IPTEKS karena memasukkan
unsur S seni atau kebudayaan misalnya memasukkan secara tepat unsur kearifan lokal dan budaya atau karekteristik masyarakat lokal. Namun perlu ditekankan
bahwa penetapan unsur S dalam penanggulangan bencana harus tepat, mengingat bahwa penerapan penanggulangan bencana oleh masyarakat dengan pendekatan
Universitas Sumatera Utara
yang bertentangan dengan logika yang berujung pada hambatan dan bahkan kegagalan penanggulangan bencana telah banyak ditemui.
Adapun contoh penerapan teknologi bencana adalah pembuatan mapping pemetaan resiko bencana dan tata ruang wilayah bencana, pengembangan
teknologi deteksi dini Erupsi Gunung melalui pemanfaatan tekonologi informasi dan komunikasi, pengembangan dan pembuatan bangunan atau rumah tahan gempa
yang sekaligus dapat digunakan untuk perlindungan sementara terhadap awan panas, pengembangan teknologi tenda dan hunian sementara huntara yang efektif
di lereng gunung dan pengembangan teknologi pertanian dan kehutanan Sarwidi, 2008.
d. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Peraturan pemerintah Nomor 21 tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri dari:
1. Tahap Pra Bencana
a Rencana Aksi Nasional dan Daerah Pengurangan Resiko Bencana RANRAD
PRB Dalam peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2008 menegaskan
pentingnya pengurangan resiko bencana diwadahi dalam dokumen Rencana Aksi Nasional atau daerah yang berlaku untuk periode tertentu, yaitu
1 Berisi kumpulan program kegiatan yang komprehensif dan sinergis
dari seluruh pemangku kepentingan. 2
Disusun melalui proses koordinasi dan partisipasi. 3
Memuat landasan, prioritas, rencana aksi serta mekanisme pelaksanaan dan kelembagaan.
Universitas Sumatera Utara
b Pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana berbasis masyarakat,
dimana bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian, kemampuan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana dimana
diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dalam bentuk pendidikan formal, informal dan nonformal berupa pelatihan dasar, teknis,
simulasi serta gladi. 2.
Tahap Tanggap Darurat Penyelenggara penanggulangan bencana memberikan kemudahan akses pada
saat tanggap darurat bencana. Kepala BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya
mempunyai kemudahan
akses berupa
komando untuk
memerintahkan sektor atau lembaga dalam satu komando yang diatur dalam pasal 24 dimana pada status keadaan darurat bencana ditetapkan, BNPB dan BPBD
mempunyai kemudahan akses di bidang: a
Pengerahan sumber manusia. b
Pengerahan peralatan. c
Pengerahan logistik. d
Migrasi, cukai dan karantina. e
Perizinan f
Pengadaan barang atau jasa meliputi pencarian dan penyelamatan korban bencana, pertolongan darurat, evakuasi korban bencana, kebutuhan air bersih
dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, penampungan serta tempat hunian sementara.
g Pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan atau barang.
h Penyelamatan.
i Komando untuk memerintahkan instansi atau lembaga.
Universitas Sumatera Utara
3. Tahap Pasca Bencana.
Adapun penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana, yaitu rehabilitasi dan rekonstruksi.
a. Pilihan Tindakan Penanggulangan Bencana saat Rehabilitasi.
1. Pencegahan dan Mitigasi.
Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan atau mitigasi yang dilakukan bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta
mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh bencana. Tindakan pencegahan dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 bagian yaitu:
a. Mitigasi pasif, dimana tindakan pencegahan yang dilakukan adalah:
1 Penyusunan peraturan perundang-undangan.
2 Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan massalah.
3 Pembuatan pedoman brosur, leaflet ataupun poster.
4 Penelitian atau pengkajian karakteristik bencana.
5 Internalisasi penanggulangan bencana dalam muatan lokal
Pendidikan 6
Pembentukan organisasi atau satuan tugas bencana. 7
Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat seperti forum. 8
Pengurus-utamaan penyelenggara bencana dalam perencanaan pembangunan.
b. Mitigasi aktif, adapun tindakan yang dilakukan adalah:
1 Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan
memasuki daerah rawan bencana.
Universitas Sumatera Utara
2 Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang
penataan ruang, izin mendirikan bangunan IMB dan peraturan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana.
3 Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat
4 Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah
yang lebih aman. 5
Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat. 6
Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana.
7 Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah,
mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
2. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta
benda dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan terjadi kegiatan yang
dilakukan antara lain: a.
Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
b. Pelatihan siaga atau simulasi atau gladi ataupun teknis bagi sektor
penanggulangan bencana seperti SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum.
c. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan.
d. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumber daya maupun logistik.
Universitas Sumatera Utara
e. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna
mendukung tugas kebencanaan. f.
Penyiapan dan pemasangan kontinjensi. g.
Mobilisasi sumber daya. 3.
Tanggap Darurat Tanggap darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan
pertolongan untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana guna menghindari bertambahnya korban jiwa. Penyelenggaraan penanggulangan
bencana pada saat tanggap darurat meliputi: a.
Pengkajian secara tepat dan cepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian dan sumber daya.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana.
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar.
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan.
f. Pemulihan dengan segera prasara dan sarana vital.
4. Pemulihan
Tahapan pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya yang dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi
daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik, agar kehidupan dan penghidupan masyarakat dapat berjalan
kembali. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: a.
Perbaikan lingkungan daerah bencana, prasarana dan sarana umum. b.
Pemberian bantuan dan perbaikan rumah masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
c. Pemulihan sosial psikologis, sosial, ekonomi, budaya, keamanan,
ketertiban, fungsi pemerintahan serta fungsi pelayanan publik. d.
Pelayanan kesehatan. e.
Rekonsiliasi dan resolusi konflik. b.
Pilihan Tindakan Penanggulangan Bencana Saat Rekonstruksi Pada tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk membangun kembali
sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna. Oleh sebab itu pembangunannya harus dilakukan melalui suatu perencanaan
yang didahului oelh pengkajian dari berbagai ahli dan sektor terkait seperti: 1.
Pembangunan kembali prasaran dan sarana sosial masyarakat. 2.
Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat 3.
Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana.
4. Partisipasi dan peran lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha,
dan masyarakat. 5.
Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya. 6.
Peningkatan fungsi pelayanan publik. 7.
Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 tahun 2008 mengenai
Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.
2.2.5 Managemen Bencana