keluarga tidak terputus, begitu juga anak-anak yang terpisah dari keluarga, maka pemerintah harus mengupayakan reunifikasi untuk mempertahankan anak dengan
keluarganya. Jika orang tau atau keluarga dekat lainnya tidak ditemukan dalam jangka waktu yang lama, maka anak berhak mendapatkan perlindungan khusus dan bantuan
yang disediakan oleh Negara pasal 20 ayat 1 KHA. d.
Pendidikan dan bermain Pendidikan adalah kebutuhan dasar bagi anak, setelah terjadi bencana banyak
anak yang tidak tahu lagi mesti belajar di sekolah mana dan apakah sekolah yang ada bisa menampung mereka dalam kondisi morat-marit di area pengungsian yang sejauh
ini masih dibawah terpal darurat dan tenda-tenda sementara. Disinilah pentingnya memikirkan alternatif untuk mencegah agar anak-anak sekolah di kawasan bencana
tidak menjadi generasi yang hilang dengan membangun pendidikan darurat. Pendidikan darurat itu penting untuk memberikan pelajaran dan pendidikan yang layak, apalagi
bagi mereka yang masih harus menyelesaikan pendidikan sembilan tahun. e.
Agama dan budaya. Setiap anak korban bencana berhak untuk menjalankan ibadah menurut agama
dan kepercayaan masing-masing serta mengembangkan budayanya. f.
Jaminan hokum Setiap anak korban bencana berhak mendapatkan jaminan dan perlindungan
hukum dari Negara, upaya ini dilakukan karena anak korban bencana menjadi sangat rentan terhadap tindak kekerasan dan upaya sindikat seperti perdagangan.
2.1.5 Bahaya yang mengancam anak saat dan pasca bencana
Anak-anak korban bencana juga sangat rentan terhadap ancaman-ancaman yang berada di sekelilingnya, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. Kehilangan keluarga inti dimana tidak jarang anak-anak korban bencana kehilangan
keluarga inti orang tua mereka terpisah dengan ayah, ibu dan keluarga lainnya. b.
Penyakit menular. Anak-anak menjadi sangat rentan terhadap penyakit-penyakit selama berada di
pengungsian. Terutama penyakit seperti diare, ispa dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh anak belum cukup kuat untuk melawan virus penyakit yang
sedang mewabah baik di shelter maupun di tempat pengungsian. Apalagi jika ternyata air bersih maupun sanitasi tidak memadai sehingga menjadi salah satu penyebab
penyebaran penyakit c.
Trauma. Trauma adalah cedera yang terjadi pada batin dan tubuh akibat sesuatu peristiwa
tertentu. Tingkat trauma pada anak korban bencana tidak semua sama, ada yang hanya mengalami trauma ringan dalam arti bisa disembuhkan dalam jangka waktu cepat dan
anak yang mengalami trauma berat. Anak-anak yang mengalami trauma berat akan membutuhkan jangka waktu yang panjang dalam proses pemulihan. Trauma ini karena
diakibatkan anak mengalami dan melihat kejadian bencana yang menimpanya sehingga peristiwa itu melekat di pikiran anak-anak.
d. Adopsi illegal.
Adopsi illegal merupakan pengangkatan anak tanpa bukti-bukti yang sah dari Negara. Dalam melakukan adopsi ada beberapa persyaratan yang dipenuhi oleh orang
tua pengganti yang pertama bahwa adopsi disahkan oleh pejabat yang berwenang dan sesuai dengan undang-undang dan prosedur yang berlaku, adopsi tersebut adalah untuk
pemenuhan hak anak dalam perawatan, perlindungan, memberikan pendidikan, kesehatan yang semuanya bertujuan untuk perkembangan anak baik secara fisik
Universitas Sumatera Utara
maupun psikis. Adopsi illegal terkadang hanya bertujuan untuk menguntungkan sepihak saja dan bahkan tidak jarang terjadi diskriminasi terhadap anak
e. Perdagangan anak.
Perdagangan anak merupakan perekrutan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan seorang anak untuk tujuan eksploitasi di dalam atau antar Negara yang
mencakup tidak hanya pada prostitusi anak, pornografi anak dan bentuk lain eksploitasi seksual, pekerja anak, kerja paksa atau pelayanan, perbudakana ataupun praktek lain
yang menyerupai perbudakan, penghambaan atau penjualan organ tubuh, penggunaan aktivitas terlarang dan keikutsertaan dalam konflik bersenjata. Ancaman ini menjadi
sangat serius karena pelaku perdagangan anak melihat bahwa anak korban bencana menjadi sasaran empuk bagi mereka dengan janji-janji akan disekolahkan, akan dirawat
membuat orang akan terpedaya sehingga tanpa sadar mereka sudah terjerat dalam kasus perdagangan anak Yayasan KKSP-Pusat Pendidikan Informasi dan Hak Anak, 2011:
15-16.
2.1.6 Konvensi Hak Anak