kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas dimana pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan Sumarnugroho, 1987:28-29.
Melihat konsepsi kesejahteraan sosial ternyata masalah-masalah sosial dirasakan begitu berat dan mengganggu perkembangan masyarakat sehingga diperlukan sistem
pelayanan sosial yang lebih teratur. Dengan kata lain bahwa pelayanan sosial diberikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan berfungsi sosial individu, kelompok
ataupun masyarakat. Maka pelayanan kesejahteraan sosial adalah pelayanan yang memungkinkan untuk memberi kesempatan kepada orang-orang dari golongan yang tidak
dapat memanfaatkan adanya pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, dan sebagainya Sumornugroho, 1989: 28.
2.6 Peranan Pekerja Sosial dalam Menangani Korban Bencana alam
Pekerja sosial ditandai oleh usaha-usaha yang terorganisie melalui suatu rangkaian program, pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga baik pemerintah maupun bukan
pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan mencegah atau mengurangi disfungsi sosial. Pekerja sosial tumbuh sebagai suatu kegiatan pemberian
bantuan dalam bentuk pelayanan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pekerja sosial memerlukan keterlibatan dan partisispasi dari berbagai kategori personel
seperti pekerja sosial professional, pekerja non professional dalam bidang sosial, pekerja sukarela, pekerja-pekerja professional dari bidang lain yang relevan Muhidin, 2007: 72.
Adapun model-model pelayanan bagi korban pengungsi bencana alam, yaitu a.
Tahap pra bencana Tahap pra bencana dimana pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dan
semua pihak termasuk profesi pekerja sosial bertujuan untuk membengun dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana yang sudah
Universitas Sumatera Utara
diperkirakan. Dalam tahap ini praktek pekerja sosial perlu melakukan intervensi terhadap keluarga-keluarga yang enggan untuk mengungsi karena berbagai alasan.
Penguatan kapabilitas kelompok dengan menggunakan pengaruh stakeholder pemangku kepentingan juga sangata diperlukan.
Adapun masyarakat yang bersedia untuk dievakuasi ke daerah yang aman diberikan pelayanan-pelayanan yang sesuai, antara lain:
1. Advokasi
Advokasi merupakan upaya memberikan perlindungan dan mewakili kepentingan pengungsi melakukan koordiansi dengan pihak terkait terutama
pemerintah agar hak-hak pengungsi dan kebutuhan dasarnya terpenuhi dengan layak.
2. Mediasi, merupakan upaya membantu korban bencana alam dalam berhubungan
dengan sistem sumber yang berkompeten dalam memenuhi kebutuhannya. 3.
Membentuk kelompok-kelompok bantu diri Self Help Pembentukan kelompok bantu diri dimaksudkan agar korban bencana alam
dapat saling mendukung diantara mereka sendiri dalam menghadapi situasi dan kondisi kehidupan di kamp penampungan, memikirkan dan merencanakan alternatif-
alternatif pemecahan masalah dan langkah-langkah yang ditempuh apabila bencana benar-benar terjadi, serta menginventarisasi kebutuhan maupun sistem sumber yang
diharapkan dapat membantu untuk pelaksanaannnya. 4.
Partisipasi. Partisipasi merupakan upaya melibatkan pengungsi dalam kegiatan-kegiatan
yang atau dilaksanakan di kamp.pengungsian seperti dapur umum, membangun fasilitas umum serta perbaikan sanitasi lingkungan atau menciptakan beberapa
kegiatan baru, misalnya latihan-latihan keterampilan yang sederhana, melibatkan
Universitas Sumatera Utara
para orang tua untuk ikut mendirikan dan mengajar di sekolah tenda dan sebagainya. Kegiatan ini bertujuan agar korban bencana dapat mengalihkan perasaan-
perasaannya yang negatif cemas, takut dan lain-lain menjadi perasaan positif dalam kegiatan yang sifatnya gotong royong dan konstruktif membangun.
b. Tanggap darurat
Tahap tanggap darurat yang paling utama yang perlu dilakukan oleh pekerja sosial adalah berempati terhadap korban bencana, melakukan pendataan terhadap
korban bencana baru dan bekerja sama dengan semua pihak untuk menempatkan pengungsi di kamp-kamp yang telah disediakan serta memastikan agar mereka
berkumpul dengan keluarganya serta semua kebutuhannya terpenuhi. Dalam kegiatan ini profesi pekerja sosial biasanya tidak menjadi Lending Sector
karena dalam kasus bencana termasuk di Indonesia, peran pemerintah Satuan Penanggulangan Bencana yang terdiri dari Dinas Kimpraswil, Dinas Sosial, Dinas
Kesehatan, BMG, TNI, POLRI dan instansi terkait lainnya lebih dominan. Pekerja sosial dapat mengambil posisi penting sebagai manager kasusu apabila mempunyai data
yang lengkap, akurat mengenai jumlah pengungsi dan berbagai kebutuhannya mulai dari pra bencana, mempunyai rencana program dan kegiatan penanggulangan yang
memungkinkan untuk dilaksanakan, serta dapat meyakinkan semua pihak terkait untuk melaksanakannya secara terkoordinir.
c. Tahap Pasca Bencana
Peran pekerja sosial dalam tahap pasca bencana sangat penting karena permasalahan yang timbul akan menjadi lebih kompleks bila bencana yang terjadi juga
menimbulkan korban jiwa. Peran pemerintah pada tahap ini lebih ditujukan pada
Universitas Sumatera Utara
pemenuhan kebutuhan makan minum pengungsi dan sarana penunjang di kamp pengungsian.
Pada tahap ini, pekerja sosial perlu membiarkan para korban bencana alam atau pengungsi untuk beberapa waktu 1-3 hari untuk meluapkan perasaan-perasaannya
seperti marah, sedih dan kecewa, mencari atau dikunjungi kerabatnya, menenangkan diri dan mulai beradaptasi dengan situasi dan kondisi di kamp pengungsian.
Adapun model-model pelayanan yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial, yaitu:
1. Advokasi
Advokasi diperlukan untuk memastikan agar semua kebutuhan pengungsi dapat terpenuhi layak dan memadai. Kebutuhan-kebutuhan yang belum mencukupi
dikomunikasikan dengan pihak pemerintah dan pihak-pihak lainnya agar dapat desediakan.
2. Intervensi keluarga
Pelayanan ini utamanya dilakukan apabila keluarga yang bersangkutan mengalami kehilangan anggota keluarga meninggal atau ada anggota keluarga
yang sakit fisik karena terkena material letusan gunung atau benda-benda lainnya, ataupun mengalami keguncangan.
3. Terapi kritis
Pelayanan ini diberikan kepada individu-individu yang mengalami stress atau trauma karena kejadian bencana itu sendiri karena kehilangan harta bendanya
ataupun karena anggota keluarganya. 4.
Fasilitasi Apabila pengungsi dipindahkan ke lokasi yang baru relokasi maka pekerja
sosial perlu melakukan fasilitasi agar pengungsi dapat beradaptasi dengan
Universitas Sumatera Utara
lingkungan dan masyarakat di daerah yang baru. Demikian pula sebaliknya, pekerja sosial perlu melakukan pendekatan, penyuluhan dan fasilitasi terhadap masyarakat di
daerah tujuan yang baru agar dapat menerima kehadiran para pengungsi yang dialokasi ke daerah baru.
2.7 Kerangka Pemikiran