Jenis-jenis Olek Pesta Peresmian Perkawinan di Simpang Tonang

Variasi adat yang terus berkembang merupakan suatu gambaran yang nyata bahwa pola fikir masyarakat yang terus berkembang di era globalisasi. Penyesuaian hukum adat perkawinan baru yang lebih fleksibel sesuai dengan nilai yang mereka anut dalam arena sosial mereka. Interaksi dan adaptasi hukum akan mewarnai kehidupan mereka di kemudian hari. Pengaruh luar atau budaya kota serta kemajuan berfikir akan ikut mewarnai budaya baru tersebut, apalagi jika dihubungkan dengan perkembangan arus informasi dan komunikasi, baik dalam skala nasional maupun internasional

3.4. Jenis-jenis Olek Pesta Peresmian Perkawinan di Simpang Tonang

Setidaknya ada tiga jenis olek yang berlaku di Simpang Tonang, yakni: olek meneng, olek manonga dan olek godang. Kategorisasi ini dilihat dari besar kecilnya suatu pesta peresmian perkawinan. Hal ini dapat dilihat dari jenis makanan yang dihidangkan, banyaknya undangan, hiburan yang ditampilkan dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja tergantung dari kemampuan finansial empunya pesta tersebut. Di samping itu berkembang juga pandangan yang menganggap bahwa kemampuan seseorang untuk menyelenggarakan pesta yang besar merupakan sesuatu yang dianggap terpandang dalam masyarakat tersebut. Orang- orang yang memeiliki pangkat dan mempunyai kedudukan yang terhorma dalam masyarakat tersebut biasanya akan marolek godang dengan menghabiskan dana sekian juta, sementara orang biasa lebih memilih marolek meneng atau manonga untuk meresmikan perkawinannya. Untuk mengatahui perbedaan dari ketiga kategorisasi olek tersebut, dapat dilihat dari paparan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Olek Meneng Perhelatan Kecil Jika olek meneng kecil cukup dengan menyembelih tiga ekor ayam saja. Pengantin tidak mengenakan pakaian adat Minangkabau, hanya sealakadarnya saja. Acaranya hanya berlangsung sehari saja. Setelah pagi harinya akad nikah, kemudian langsung dilanjutkan dengan pabotoon tu ninik mamak. Orang-orang yang diundang dalam olek ini pun hanyalah orang-orang tertentu saja. b. Olek Manonga Perhelatan Menengah Olek ini syaratnya adalah menyemblih tiga ekor ayam dan seekor kambing. Jika melangsungkan olek manonga biasanya akan mengundang orang kampung dan beberapa orang natoras dari kampung tetangga. c. Olek Godang Perhelatan Besar Dalam olek godang biasanya akan disembelih ayam, kambing dan kerbau. Pengantin perempuan boleh mengenakan sunting dan pengantin laki-laki boleh mengenakan salok sebagaimana pakaian tradisional Minangkabau. Dalam olek ini tidak hanya orang sekampung dan kampung tetangga saja yang diundang, melainkan harus mengundang Rajo Gadumbang sebagai pucuk adat tertinggi di Simpang Tonang beserta kaki tangannya. Dalam pelaksanaan upacara adat perkawinan ini maka akan ditampilkan kesenian Dikir Rapano. Untuk mengadakan arak-arakan Dikir Rapano ini terlebih dahulu pihak keluarga harus meminta izin kepada Niniak Mamak Nan Sapulu Simpang Tonang. Apabila mereka telah mengizinkannya maka akan dipukul gondang tabuh sebagai tandanya. Selain berfungsi sebagai sarana Universitas Sumatera Utara hiburan, kesenian ini juga sekaligus dapat mempererat rasa persaudaraan sesama alak Simpang Tonang. Upacara perkawinan diselenggarakan sesuai dengan ketentuan dan tata cara masing-masing adat atau berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Upacara perkawinan yang besar akan membuat semakin tinggi dan bermatabatnya keluarga tersebut. Namun tidak semua acara dan upacara tersebut akan dilaksanakan oleh para pihak yang akan melaksanakan perkawinan. Hal ini tentu saja tergantung pada keadaan atau kemampuan para pihak dan masyarakat adat bersangkutan. Dewasa ini di Simpang Tonang hanya ada dua jenis olek saja, yakni olek meneng dan olek godang. Hal ini terjadi karena sudah sangat sulit bagi masyarakat untuk mendefinisikan bagaimana olek tersesbut dapat dikategorikan kepada olek manonga.

3.5. Pandangan Masyarakat Setempat tentang Sistem Perkawinan yang Berlaku

Dokumen yang terkait

Penerapan Hukum Adat Dalam Pengelolaan Sistem Agroforestri Parak (Studi Kasus Di Kanagarian Koto Malintang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat)

9 104 77

Tinjauan hukum Islam terhadap peleksanaan walimah perkawinan adat Minangkabau di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat

0 6 88

Perkawinan satu marga dalam adat Mandailing di Desa Huta Pungkut perspektif hukum islam

9 305 132

SUMPAH POCONG DALAM SENGKETA TANAH WARIS ADAT MENURUT HUKUM ADAT MINANGKABAU DAN HUKUM ISLAM.

0 1 1

Sanksi Adat Dalam Perkawinan Sesuku Di Minangkabau dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Hukum Adat Minangkabau.

0 1 1

View of HUKUM ISLAM DAN PERJANJIAN ADAT (Dampak Pemahaman Masyarakat Sumatera Barat tentang Inses Terhadap Adat Perkawinan)

0 0 16

ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI KOTA MEDAN

0 0 114

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITAN 2.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam Nagari Simpang Tonang - Pluralisme Adat Perkawinan di Tanah Perbatasan (Studi Etnografi Mengenai Penerapan Adat Minangkabau, Mandailing, dan Hukum Islam di Kanagarian Simpang Tona

1 2 39

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pluralisme Adat Perkawinan di Tanah Perbatasan (Studi Etnografi Mengenai Penerapan Adat Minangkabau, Mandailing, dan Hukum Islam di Kanagarian Simpang Tonang Kec. Duo Koto Kab. Pasaman Provinsi Sumatera Bara

1 1 41

Pluralisme Adat Perkawinan di Tanah Perbatasan (Studi Etnografi Mengenai Penerapan Adat Minangkabau, Mandailing, dan Hukum Islam di Kanagarian Simpang Tonang Kec. Duo Koto Kab. Pasaman Provinsi Sumatera Barat)

1 0 20