Konsep Perkawinan bagi Masyarakat Simpang Tonang

BAB III PERKAWINAN DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT

SIMPANG TONANG

3.1. Konsep Perkawinan bagi Masyarakat Simpang Tonang

Perkawinan merupakan suatu sistem lembaga kemasyarakatan yang dapat menunjukkan bahwa masyarakat tersebut berbudaya, berarti ada aturan-aturan yang telah menjadi adat kebiasaan dalam mengatur perilaku manusia sehubungan dengan perkawinan. Dengan terjalinnya hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang sedemikian rupa, sehingga anak-anak yang lahir dari hubungan perkawinan itu dianggap sebagai tanggung jawab dari pasangan suami isteri. Koentjaraningrat 1967 mengemukakan bahwa apabila dipandang dari sudut kebudayaan manusia, maka perkawinan merupakan pengaturan kelakuan manusia yang berkaitan antara manusia dengan kebutuhan seksnya. Dikemukakan pula bahwa perkawinan mempunyai beberapa fungsi lain yakni; untuk memenuhi kebutuhan manusia akan teman hidup, harta, gengsi dalam masyarakat, serta untuk memberi ketentuan hak dan kewajiban serta perlindungan kepada anak. Berdasarkan pendapat Koentjaraningrat tersebut, maka dapat dipahami bahwa setiap etnis memiliki adat-istiadat perkawinan yang harus dipatuhi. Begitu juga dengan masyarakat Simpang Tonang. Bagi masyarakat Simpang Tonang, perkawinan memiliki pengertian yang cukup luas. Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting dalam siklus kehidupan sesorang. Seseorang akan mengalami masa peralihan Universitas Sumatera Utara yang sangat berarti dalam membentuk kelompok kecil keluarga baru sebagai pelanjut keturunan. Setelah kawin maka seorang lelaki Simpang Tonang akan megalami suatu proses adaptasi untuk masuk ke lingkungan keluarga istrinya sebagai seorang sumando. Di samping itu perkawinan bukan saja mengikat antara seorang pria dan wanita yang akan membentuk perkawinan tersebut, akan tetapi perkawinan tersebut juga mengikat keluarga dan kerabat kedua belah pihak. Perkawinan bagi masyarakat Simpang Tonang bukan hanya bertujuan untuk melanjutkan atau meneruskan keturunan dalam rangka pertalian darah secara matrilineal. Perkawinan merupakan suatu ibadah sebagaimana yang diperintahkan oleh agama Islam. Sebagai calon apak dan indek, perkawinan juga menuntut adanya rasa tanggung jawab menyangkut nafkah lahir bathin, jaminan hidup dan bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anak yang dilahirkan kelak.

3.2. Jodoh Ideal dan Perkawinan Pantangan

Dokumen yang terkait

Penerapan Hukum Adat Dalam Pengelolaan Sistem Agroforestri Parak (Studi Kasus Di Kanagarian Koto Malintang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat)

9 104 77

Tinjauan hukum Islam terhadap peleksanaan walimah perkawinan adat Minangkabau di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat

0 6 88

Perkawinan satu marga dalam adat Mandailing di Desa Huta Pungkut perspektif hukum islam

9 305 132

SUMPAH POCONG DALAM SENGKETA TANAH WARIS ADAT MENURUT HUKUM ADAT MINANGKABAU DAN HUKUM ISLAM.

0 1 1

Sanksi Adat Dalam Perkawinan Sesuku Di Minangkabau dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Hukum Adat Minangkabau.

0 1 1

View of HUKUM ISLAM DAN PERJANJIAN ADAT (Dampak Pemahaman Masyarakat Sumatera Barat tentang Inses Terhadap Adat Perkawinan)

0 0 16

ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI KOTA MEDAN

0 0 114

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITAN 2.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam Nagari Simpang Tonang - Pluralisme Adat Perkawinan di Tanah Perbatasan (Studi Etnografi Mengenai Penerapan Adat Minangkabau, Mandailing, dan Hukum Islam di Kanagarian Simpang Tona

1 2 39

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pluralisme Adat Perkawinan di Tanah Perbatasan (Studi Etnografi Mengenai Penerapan Adat Minangkabau, Mandailing, dan Hukum Islam di Kanagarian Simpang Tonang Kec. Duo Koto Kab. Pasaman Provinsi Sumatera Bara

1 1 41

Pluralisme Adat Perkawinan di Tanah Perbatasan (Studi Etnografi Mengenai Penerapan Adat Minangkabau, Mandailing, dan Hukum Islam di Kanagarian Simpang Tonang Kec. Duo Koto Kab. Pasaman Provinsi Sumatera Barat)

1 0 20