langsung dapat menyumbangkan barang-barang yang bernilai ekonomis. Ada satu lagi tradisi unik yang dimiliki masyarakat Simpang Tonang yakni ziarah massal
untuk membersihkan pandam perkuburan sebelum memasuki bulan Ramadhan.
2.4. Pola Pemukiman
Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan atau pun aktivitas sehari-harinya.
Permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat ruang atau suatu daerah dimana penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan
setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya. Pola pemukiman merupakan persebaran tempat tinggal penduduk
berdasarkan kondisi alam dan aktivitas penduduknya.
Babaliak ka nagari merupakan suatu peraturan daerah yang terdapat di Propinsi Sumatera Barat. Pasca diberlakukannya peraturan tersebut maka suasana
perkampungan tradisional Minangkabau sengaja dihidupkan kembali sesuai dengan kearifan lokal yang telah ada semenjak lama. Perkampungan-
perkampungan di Simpang Tonang terletak pada sebuah jorong. Ada delapan buah jorong yang terdapat di sepanjang kaki Gunung Kulabu. Kampung-kampung
tersebut ada yang terletak di pinggir jalan raya, namun ada juga yang agak masuk ke dalam dengan sebuah gapura sebagai tandanya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Rumah-Rumah Penduduk di Nagari Simpang Tonang Sumber: Dokumentasi Pribadi
Secara umum pola pemukiman di Simpang Tonang bersifat mengelompok. Seseorang yang sudah menikah akan tinggal di lingkungan keluarga isterinya.
Menurut Koentjaraningrat 1967:97-99, adat menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat isteri ini disebut dengan isitlah uxorilokal. Rumah-rumah dibangun
di pinggir jalan utama yang digunakan untuk menghubungkan desa yang satu dengan desa lainnya. Ada yang diatas bukit. Bahkan terkadang rumah-rumah
tersebut terletak jauh dari jalan utama, yakni ditandai oleh simpang gapura dimana ada sebuah jalan kecil atau setapak yang menghubungkan rumah-rumah
tersebut. Jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya tidak terlalu jauh. Kebanyakan bentuk rumah masyarakat setempat masih termasuk kategori semi
permanen, namun ada juga beberapa rumah permanen yang terbuat dari beton. Rumah-rumah panggung itu terbuat dari kayu-kayu dengan warna hitam kecoklat-
coklatan alami tanpa diberi pewarna cat lagi. Di bawah kolong rumah tersebut masyarakat memeilihara ayam dan itik. Bangunan rumah itu terdiri dari sebuah
ruang utama, kamar, dan dapur yang dilengkapi dengan tataring atau tungku
Universitas Sumatera Utara
tempat memasak dengan kayu bakar. Tidak semua rumah warga yang dilengkapi sarana MCK, mereka biasanya memanfaatkan sungai, pancur masjid, jamban, atau
menumpang di rumah tetangga lainnya. Pekarangan yang ditanami bunga- bungaan dan bumbu dapur itu menjadi penyatu antara satu rumah dengan rumah
lainnya. Pada sore hari mereka sering memanfaatkannya sebagai tempat untuk bersendagurau atau apabila panas terik masyarakat memanfaatkannya sebagai
tempat untuk menjemur padi. Suasana malam di Simpang Tonang tidaklah segelap dulu kala. Dahulu
masyarakat menggunakan lampu-lampu sederhana yang terbuat dari botol kaca bekas minuman dilengkapi dengan sumbunya. Ketika melakukan perjalanan
malam mereka membawa colok sejenis obor dan waktu terang bulan adalah saat- saat yang dinanti. Suasana malam Simpang Tonang sekarang sudah lumayan
terang benderang semenjak adanya program PLN masuk desa. Hanya saja ada sebagian desa yang begitu gelap saat pada malam hari, karena minimnya
penerangan lampu dari setiap rumah yang ada. Listrik tersebut dimanfaatkan untuk hal-hal seperlunya saja seperti: penerangan di rumah, untuk belajar anak-
anak, sebagai sarana hiburan menonton tayangan televisi dan lain sebagainya. Warga sering mengeluh karena sering terjadinya pemadaman listrik yang tidak
wajar dalam sehari.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Alak Simpang Tonang: Pengidentifikasian Diri dan Sistem Kekerabatan