Dari urutan satu ke urutan yang lainnya biasanya dilakukan marandei yakni kata- kata adat berisi maksud dan tujuan dari penyerahan nampuran nasangkababa
sirih lengkap. Dalam marandei tersebut juga diuangkapkan bagaimana riwayat perjalanan seorang anak manusia ketika ia mulai lahir hingga sekarang tiba
saatnya kawin dan membuka rumah tangga yang baru.
4.1.2. Hal-hal yang Dibicarakan pada Saat Perundingan
Pada hari yang telah disepakati bersama kedua keluarga akan bertemu di suatu tempat untuk melakukan perundingan. Perundingan ini sangatlah berguna
terlebih apabila terjadi perkawinan campuran. Pada Masyarakat Simpang Tonang perundingan ini biasanya terjadi pada saat acara mananting tanda. Lazimnya
pihak keluarga perempuan lah yang memprakarsainya. Mereka akan mengundang ninik mamak, orang kampung dan keluarga mempelai laki-laki untuk berkumpul
di rumahnya. Pertemuan ini tujuannya adalah untuk membicarakan tentang segala hal yang menyangkut dengan perkawinan yang akan berlangsung. Ada beberapa
hal yang perlu diklarifikasi antara kedua belah pihak, yaitu menyangkut tatacara, persyaratan dan lain-lain yang dilakukan pada saat perhelatan akan
diselenggarakan, seperti: menentukan hari dan tempat, adat apa yang digunakan, besarnya biaya yang dibutuhkan, siapa saja yang diundang, siapa yang
bertanggung jawab mengurus peralatan dan perlengkapan pesta, dan lain hal sebagainya.
1. Besarnya uang adat danatau mas kawin dan biaya perkawinan
Setiap suku memiliki adat pernikahan masing-masing dan hal ini tentu akan mempengaruhi pembagian biaya pernikahan. Dalam adat Minangkabau,
Universitas Sumatera Utara
biaya perkawinan ditanggung oleh pihak pengantin perempuan. Sedangkan dalam adat Mandailing biaya perkawinan ditanggung oleh pihak pria. Akan tetapi
terkadang tidak semuanya mutlak harus berlaku demikian, hal ini tergantung dari kesepakatan antara kedua belah pihak.
Masyarakat Simpang Tonang tidak mengenal adanya pembayaran uang jujuran seperti adat Minangkabau pada umumnya. Bagi calon mempelai pria yang
akan menjadi alak sumando di rumah isterinya, maka ia diwajibkan menyiapkan mahar sebagaimana yang diperintahkan dalam Al Qur’an. Ia juga membawa
perangkat keperluan mempelai wanita, yang disebut panibo
18
Lain halnya apabila perkawinan tersebut menggunakan adat manjujur. Dalam sistem perkawinan ini pihak laki-laki mengeluarkan uang ekstra. Di
samping membayar mahar sesuai dengan yang diajarkan oleh agama Islam, ia juga harus membayar uang adat untuk melepaskan calon isteri tersebut dari
kerabatnya. Di Simpang Tonang biasanya yang menjadi bayaran tersebut yakni harta pusaka tinggi berupa bondar salekok, saba salupak, bagas saruang atau
sawah, tanah dan rumah. Namun dalam prakteknya belakangan ini orang lebih memilih menguangkannya saja dengan alasan lebih praktis. Uang tersebut
diserahkan kepada keluarga isteri dan kemudian akan dibelikan peralatan rumah . Di samping itu,
pihak mempelai pria terkadang menyadari bahwa perkawinan tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit serta mengingat latar belakang ekonomi
keluarga, maka pihak pria biasanya akan memberikan bantuan kepada pihak perempuan semampunya tanpa ada patokan yang baku berupa uang dapur.
18
Panibo adalah sepasang pakaian lengkap untuk mempelai wanita
Universitas Sumatera Utara
tangga berupa kasur, lemari, kuali dan lain sebagainya. Uang tersebut biasanya tidak termasuk biaya penyelenggaraan pesta.
2. Acara dan upacara adat perkawinan
Apabila terjadi perkawinan campuran antara adat yang berbeda, maka perlu dibicarakan terlebih dahulu adat seperti apa yang akan digunakan. Ada
kalanya mereka menggunakan salah satu adat Mandailing saja atau Minangkabau saja, namun terkadang mereka menggunakan kedua-duanya di rumah kerabat
Mandailing memakai adat Mandailing, sedangkan acara di rumah kerabat Minangkabau dilaksanakan pula adat Minangkabau. Ada kalanya mereka hanya
menggunakan aqad nikah saja sebagaimana yang diajarkan oleh agama Islam tanpa dipusingkan oleh perbedaan adat, namu terkadang ada juga yang meringkas
prosesi adat dengan alasan kepraktisan. Hal lain yang penting dibicarakan adalah bagaimana skema tatacara atau
urutan prosesi demi prosesi yang akan dilakukan, siapa yang bertanggung jawab dan pembagian tugas sehingga acara tersebut dapat berjalan dengan baik
sebagaimana harapan dari segenap pihak 3.
Waktu dan tempat upacara Di Simpang Tonang terdapat perhitungan hari yang lazim digunakan
dalam perkawinan, yakni: sada kali tolu tiga hari, ada satu kali pitu satu minggu dan dua kali pitu 15 hari. Perhitungan hari tersebut dimulai setelah
dilakukan acara mananting tanda. Pelaksanaan perkawinan ini paling lama dilaksanakan setelah 15 hari, tidak lazim menundanya selama berbulan-bulan. Hal
Universitas Sumatera Utara
ini sesuai dengan pepatah buek baiak dipacopek, buek buruak dipalambek kerja yang baik dipercepat, kerja buruk diperlambat.
Mengenai masalah tempat upacara pernikahan biasanya juga tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak dan kemampuan finansial keluarga. Ada
yang melakukan akad nikah di rumah perempuan atau di masjid yang terdapat di sekitar rumah perempuan dan melanjutkannya dengan acara makan-makan
sederhana, namun ada juga yang melakukan pesta di kediaman keluarga perempuan terlebih dahulu baru dilanjutkan di kediaman laki-laki dan sebaliknya.
Hal ini sebagai bentuk rasa syukur dan senang hati seraya memberitahukan kepada jiran keluarga. Di Simpang Tonang pesta perkawinan masih dilakukan di
rumah keluarga besar, tidak di gedung-gedung serbaguna seperti di kota-kota besar. Makanan-makanan yang ada dihidang di atas tikar, laki-laki duduk bersila
dan perempuan duduk bersimpuh. Ada juga yang menambahnya dengan mendirikan tenda di halaman depan rumah dengan ala French manan
19
4.1.3. Beberapa Contoh Kasus Perkawinan Masyarakat Setempat